"Sudah ada ribuan orang dari berbagai daerah di Indonesia yang datang ke sini untuk mengikuti pelatihan kami secara gratis," kata Pendiri Yayasan Ansa Dr. Nugroho Widiasmadi di Semarang, Sabtu.
Hal itu diungkapkannya di sela peluncuran "Pusat Informasi dan Pengembangan Desa Mandiri Pangan dan Energi" yang dikelola oleh PKBM Ansa Schooling Semarang di bawah naungan Yayasan Ansa.
Nugroho menyebutkan bahwa program memandirikan desa itu sudah diawali sejak dua tahun lalu dengan sasaran para pemuda desa untuk diberikan pelatihan mengelola sektor pertanian dan peternakannya.
"Pelatihan berlangsung tiga hari. Setelah itu, mereka bisa menerapkannya di desa masing-masing. Hanya butuh waktu tiga tahun agar desa bisa mandiri di sektor pertanian, peternakan, dan energi," katanya.
Selama ini, kata dia, sektor pertanian Indonesia sulit maju karena kondisi tanah yang semula subur menjadi "sakit" karena pemakaian pupuk kimia yang berlebihan sehingga hasilnya tidak optimal.
Untuk mengatasinya, kata dia, lahan pertanian yang "sakit" harus dipulihkan, kemudian petani juga bisa memanfaatkan limbah pertanian untuk diolah menjadi pupuk dan pakan ternak yang berkualitas tinggi.
"Kuncinya, pada pemanfaatan mikrobakter Alfaafa 11 (MA-11) yang kami temukan. Lahan pertanian kembali subur dalam waktu singkat, limbah pertanian bisa difermentasi secara cepat jadi pupuk dan pakan ternak," katanya.
Dengan mikrobakter MA-11, kata dia, lahan pertanian bisa digemburkan sedalam 1 meter hanya dalam waktu sebulan, limbah pertanian berupa jerami bisa difermentasi jadi pakan ternak hanya dalam kurun waktu 3--5 hari.
"Kemudian, limbah peternakan berupa kotoran ternak yang berbentuk padat bisa diolah jadi pupuk dalam waktu 24 jam, sementara limbah cair berupa urine bisa diolah jadi pupuk cair dalam lima hari," katanya.
Dalam proses fermentasi limbah padat itu, kata dia, petani juga mendapatkan bonus tambahan, yakni bioetanol yang bisa digunakan untuk bahan bakar, serta gas metana dari pengolahan limbah cair ternak.
Program memandirikan desa itu, kata Nugroho, mendapat dukungan banyak pihak, salah satunya Bank Indonesia yang membiayai seluruh kegiatan pelatihan dan wokrshop itu sehingga bisa digelar secara gratis.
Pada kesempatan sama, Yayasan Ansa juga kedatangan tamu sebanyak 60 orang dari Kabupaten Parigi Moutong, meliputi pejabat Dinas Pertanian dan Peternakan, anggota DPRD, dan petani daerah setempat.
"Kami ingin belajar bagaimana memajukan pertanian dan peternakan desa. Ada 60 orang yang kami kirim belajar ke sini," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Parigi Moutong Hadi Safwan.