Semarang (ANTARA) - Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati) meresmikan pembuatan greenhouse di Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Daarul 'Uluum Lido, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Peresmian ini merupakan bagian dari dukungan terhadap Program Ekopesantren yang dilaksanakan Kehati bersama Pusat Pengajian Islam Universitas Nasional (PPI Unas.
Tujuan dari kegiatan tersebut untuk mendukung peningkatan kesehatan santri, guru, dan masyarakat sekitar melalui konsumsi tanaman herbal, serta sebagai sarana edukasi mengenai keanekaragaman tumbuhan obat tradisional Indonesia.
Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Kehati Rika Anggraini menyampaikan pembangunan greenhouse itu merupakan komitmen Kehati dalam melestarikan keanekaragaman hayati Indonesia, khususnya tanaman herbal.
“Melalui pembuatan greenhouse ini, kami ingin memperkenalkan berbagai jenis tumbuhan herbal Indonesia yang bermanfaat bagi kesehatan. Kami berharap hal ini dapat mendukung kesejahteraan santri dan masyarakat sekitar,” kata Rika.
Lebih dari 15 jenis tanaman herbal Indonesia telah ditanam di greenhouse tersebut, antara lain jahe merah, jahe gajah, kunyit, pohon bidara, pohon katuk, serai wangi, saga, tapak dara, sirih merah, kencur, lengkuas, lidah buaya, temulawak, temu ireng, seledri, dan kemangi. Tanaman-tanaman ini diharapkan dapat mendukung kebutuhan herbal di pesantren sekaligus menjadi media pembelajaran untuk santri dalam memahami pentingnya keanekaragaman hayati.
Kehati sebelumnya juga melakukan kegiatan serupa di Pondok Pesantren Kun Karima La Tansa 3 di Pandeglang, Banten. Kedua pesantren tersebut, Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Daarul ‘Uluum dan Pondok Pesantren Kun Karima La Tansa 3, akan menerima penghargaan di tahun 2024 dari Universitas Nasional atas partisipasi mereka dalam program Ekopesantren, yaitu Penghargaan Ekopesantren Program Fiqih Lingkungan dan Penghargaan Ekopesantren Program Keanekaragaman Hayati.
Pondok Pesantren Tahfidz Qur'an Daarul ‘Uluum, yang memiliki 315 santri dan 74 staf pengajar, sebagian besar memenuhi kebutuhan makanannya dengan hasil budi daya tanaman sayuran dan ternak yang ada di pesantren. Beberapa jenis sayuran dan ternak yang dibudidayakan, antara lain bebek, ayam, ikan nila, serta pakcoy.
Selain itu, santri juga dilatih dalam budi daya tanaman hias seperti aglonema, anggrek, lili paris, airis, hanjuang dan lain-lain. Hasil panen dari pertanian dan peternakan ini tidak hanya digunakan untuk konsumsi internal pesantren, tetapi juga dijual kepada orang tua santri dan pengunjung sebagai bagian dari program kewirausahaan santri. Selain budi daya ternak dan tanaman, santri juga diajarkan pengolahan sampah melalui pemilahan sampah dan budi daya maggot.
Program Ekopesantren ini menjadi langkah strategis dalam mengkampanyekan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia kepada masyarakat, khususnya generasi muda. Kementerian Agama (Kemenag) mencatat, per semester ganjil 2023/2024, terdapat 39.551 pesantren di seluruh Indonesia dengan total santri mencapai 4,9 juta.
“Potensi yang dimiliki oleh pesantren-pesantren di Indonesia sangat besar, tidak hanya dalam menciptakan ekonomi yang berkelanjutan, tetapi juga dalam membangun Indonesia yang ramah lingkungan. Ini dapat terwujud melalui pendidikan Islami yang mendukung nilai kemandirian dan keberlanjutan,” tutup Rika.