BNPT ingatkan mahasiswa Unsoed tentang pentingnya pendidikan kebangsaan
Ada empat alasan mengapa pendidikan kebangsaan itu penting kaitannya dengan pencegahan ideologi radikal-terorisme
Kepala BNPT RI juga menegaskan bahwa terjadi pola perubahan serangan terorisme di Indonesia. Dari 2018-2023 terjadi penurunan open attack. Hal itu karena, pertama, masifnya penindakan dari Densus 88. Kedua, karakter generasi muda yang tidak menyukai kekerasan, di samping kekerasan yang sudah tidak populer di kalangan remaja.
Oleh karena itu, para radikal-teroris mengubah pendekatan dari hard approach menjadi soft approach, yaitu gerakan di bawah tanah secara sistematis, terstruktur, dan masif.
"Target utama radikalisasi ini adalah remaja, anak, dan perempuan. Mereka menggunakan media sosial, yang dulunya menggunakan strategi 'bullet' lalu sekarang menjadi 'ballot stategy',' tuturnya.
Selanjutnya, ia mengorelasikan antara strategi bawah tanah itu dengan fenomena self-radicalization yang merupakan anak kandung dari online radicalization. Self-radicalization itu kemudian melahirkan lonewolf yang bergerak sendirian tanpa struktur hierarkis.
"Mereka (lonewolf) bergerak sendirian, mengumpulkan dana-dana lewat barcode memanfaatkan sifat orang Indonesia yang murah hati. Mereka bersedekah yang tahunya masuk ke rekening akun radikal," papar Rycko.
Kepala BNPT RI meneguhkan tiga kelompok rentan ini jangan sampai terpapar karena mereka merupakan generasi penerus bangsa.
“Jika ketiga kelompok ini menjadi intoleran, dapat dibayangkan dapat terjadi banalisasi bangsa, konsep kebangsaan yang dibangun dari persatuan dan perbedaan ini selesai. Ini yang saya saya katakan jika ingin mengakhiri bangsa Indonesia,” tegas Rycko.
Para kelompok radikal-teroris juga pandai memanipulasi kesucian simbol dan atribut agama untuk mempersuasi targetnya. Mahasiswa pada dasarnya tidak menyukai cara kekerasan, namun karena dibungkus dengan dalil agama maka ia menjadi menarik dan membuat korbannya terbuai terbuai.
Baca juga: Mahasiswa Unsoed jadi Duta Inspirasi Indonesia Jawa Tengah
Rycko selanjutnya berpesan kepada para mahasiswa dan civitas Unsoed untuk membangun kesadaran bersama tentang bahaya laten ideologi kekerasan apapun namanya. Ia menyuruh mahasiswa untuk lapor ke pihak berwenang jika menemukan kajian yang mengajarkan kekerasan dan intoleran.
“Kalau menemukan kajian aneh-aneh di media sosial, Telegram, dan semacamnya, yang mengajarkan kebencian mengolok-olok, cepat di-block saja. Hati-hati, mereka menyusupnya lewat soft-approach," tegasnya.
Sementara itu, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Akhmad Sodiq, M.Sc.Agr.,IPU menyampaikan visi Unsoed, yaitu pengobatan sumber daya pedesaan dan kearifan lokal.
Ia berharap bahwa visi ini bisa menjambatani bahwa NKRI yang begitu kaya akan sumber daya melalui generasi Soedirman ini akan lebih memperkokoh tentang NKRI harga mati terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan pemberantasan kebodohan.
"Semoga kuliah ini bisa membentuk sikap visioner, membuka clear understanding, dan agile untuk pencegahan paham radikal-terorisme," kata Rektor.
Kuliah umum ini menjadi langkah konkret BNPT RI dan Unsoed dalam upaya mengedukasi generasi muda Indonesia tentang bahaya intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
BNPT RI dan Unsoed terus mengajak generasi muda untuk bersatu dalam perbedaan demi masa depan bangsa yang lebih harmonis dan sejahtera terutama dalam rangka memperingati Hari Pahlawan Tahun 2023.
Baca juga: Mahasiswa FISIP Unsoed jadi Duta Pemuda Provinsi Jawa Tengah
Baca juga: Dua tim karya tulis ilmiah Fabio Unsoed raih medali di Bali
Baca juga: Influencer Felicia Putri Tjiasaka ramaikan Soedirman Investment Week (SIW) 2023