Klaten (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten menyebut para petani setempat banyak mengendalikan hama padi baik itu tikus maupun wereng secara hayati.
"Memang di Klaten ada beberapa daerah endemis tikus maupun wereng batang cokelat, tapi terutama dari kelompok tani sudah melakukan pengendalian secara hayati," kata Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan Kabupaten Klaten Iwan Kurniawan di Klaten, Jawa Tengah, Senin.
Ia mengatakan dalam hal ini petani berupaya mengenal alam sehingga ketika terjadi endemis maka diimbau agar petani mencari varietas padi yang tahan terhadap penyakit.
"Sementara yang tahan terhadap penyakit ya Inpari 32," katanya.
Sedangkan ketika musim kemarau, kata dia, diharapkan para petani budi daya padi yang berumur pendek supaya kebutuhan irigasi tercukupi.
Selain itu, dikatakannya, pengendalian hama dapat dilakukan salah satunya dengan melakukan tanam serentak.
"Jadi pengendalian penyakit melalui kelompok tani, salah satunya harus tanam serentak," katanya.
Ia mengatakan beberapa kecamatan yang sudah berhasil melakukan cara ini antara lain di Kecamatan Trucuk, Kecamatan Karangdowo, dan Kecamatan Cawas.
"Terutama pada lahan irigasi teknis mempengaruhi keberhasilan tanam serentak, tapi kalau irigasi setengah teknis atau tadah hujan itu memang kelompok agak kesulitan menggerakkan tanam serentak. Jadi kuncinya di sumber daya airnya," katanya.
Sementara itu, diakuinya, beberapa daerah yang masih banyak sawah tadah hujan antara lain di Kecamatan Bayat dan Manisrenggo.
"Memang daerah-daerah ini lebih mengandalkan air hujan karena irigasi terbatas," katanya.