Demak (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Nana Sudjana mengajak kalangan santri ikut berperan aktif dalam memerangi kemiskinan, ketidakadilan, dan kebodohan yang masih ada di masyarakat.
“Secara konseptual, tema yang diambil pada Hari Santri Nasional ini untuk mengingatkan bahwa perjuangan masih akan terus dilakukan di ranah intelektual. Perjuangan saat ini adalah untuk memerangi kemiskinan, ketidakadilan, dan kebodohan,” katanya pada peringatan Hari Santri Nasional di Alun-Alun Kabupaten Demak, Minggu.
Pada peringatan Hari Santri Nasional yang mengusung tema "Jihad Santri Jayakan Negeri", Nana berpendapat santri harus menguasai ilmu agama maupun teknologi sesuai dengan perkembangan zaman dalam memerangi tiga hal di atas.
Dengan penguasaan itu, lanjut dia, santri diharapkan mampu memilah dan memilih informasi sehingga tidak mudah terprovokasi berita bohong atau hoaks.
“Selain itu santri juga wajib memiliki life skill sebab bisa dijadikan bekal untuk kemandirian ekonomi. Artinya punya kemampuan untuk menghadapi tuntutan dan tantangan kehidupan ke depan, masih banyak tantangan yang harus kita hadapi ke depan,” ujarnya.
Lebih jauh ia mengatakan Pemprov Jateng terus melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kanwil Kemenag untuk mengantisipasi terjadinya perundungan di lingkungan pendidikan pondok pesantren.
Oleh karena itu pihaknya mengintensifkan pengawasan baik di kelas, sekolah, maupun pondok pesantren, oleh guru, kepala sekolah, maupun pengasuh pondok pesantren.
Sementara itu Sekda Provinsi Jateng Sumarno juga mengajak para santri berjihad menangani persoalan stunting melalui sosialisasi dan edukasi tentang risiko pernikahan usia dini.
“Jihad adalah bagaimana upaya kita bersungguh-sungguh menghadapi masalah-masalah bangsa Indonesia termasuk stunting adalah masalah bangsa kita, sehingga kita harus berjihad menangani masalah stunting," katanya.
Sekda menyebut tengkes atau stunting terjadi akibat beberapa faktor, salah satunya adalah usia seseorang belum waktunya menikah, sehingga berpotensi melahirkan bayi dalam kondisi tengkes karena kurangnya wawasan tentang gizi dan kesehatan sebelum menikah, saat hamil, sampai melahirkan.
“Saya berharap para santri yang telah selesai belajar atau keluar dari pondok pesantren lalu kembali ke masyarakat dapat ikut menyosialisasikan program-program pemerintah dalam upaya penanganan stunting, sebab hingga saat ini tidak sedikit masyarakat yang belum mengetahui tentang penyebab dan bahaya stunting, serta pencegahannya,” ujar Sumarno.
Baca juga: Panglima Santri : Santri harus siap jadi pemimpin di setiap tingkatan
Berita Terkait
BPJS Ketenagakerjaan Blora ikut semarakkan Hari Buruh 2024
Selasa, 21 Mei 2024 10:17 Wib
Prakiraan cuaca Semarang hari ini, waspadai rob di Pantura Jateng
Selasa, 21 Mei 2024 8:15 Wib
Sekda Jateng: Harkitnas momentum peningkatan teknologi informasi
Selasa, 21 Mei 2024 8:07 Wib
Wali Kota Semarang ajak anak muda berkolaborasi bangun kota
Selasa, 21 Mei 2024 8:06 Wib
Kapolres Jepara pimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional
Senin, 20 Mei 2024 16:13 Wib
Lima Gunung usung "Indonesia Bagian Desaku" pada Hari Peradaban Desa
Minggu, 19 Mei 2024 16:08 Wib
Prakiraan cuaca Semarang hari ini
Sabtu, 18 Mei 2024 10:10 Wib
Wali Kota: Semarang memiliki sejarah panjang penyebaran agama Buddha
Jumat, 17 Mei 2024 9:05 Wib