Semarang Night Carnival 2024, padukan beragam budaya masyarakat
Semarang (ANTARA) - Pergelaran Semarang Night Carnival 2024 yang mengangkat tema "Niscala" memadukan beragam unsur kebudayaan masyarakat, seperti Warak Ngendog, Elang Jawa, Barongsai, dan Sesaji Rewanda.
Arak-arakan SNC dimulai dari halaman Balai Kota Semarang, Sabtu malam, dilepas oleh Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu dan akan berakhir di Lapangan Pancasila Simpang Lima.
Marching Band dari Drum Corps Pelopor Cenderawasih Akademi Kepolisian (Akpol) mengawali defile, diikuti parade kostum unik dan menarik dari para peserta sesuai dengan tema yang diangkat.
Masyarakat juga tumpah ruah di sepanjang rute yang dilalui oleh defile SNC 2024 untuk menonton, sembari mengabadikan gambar kegiatan budaya yang hanya digelar setahun sekali itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso mengatakan bahwa "Niscala" yang diangkat sebagai tema SNC 2024 mengambarkan kekuatan, kekokohan, dan kebersamaan.
"Secara tema berbeda dari SNC tahun lalu, kali ini 'Niscaya'. Ini menggambarkan bagaimana kebersamaan masyarakat dan Pemerintah Kota Semarang untuk membangun Semarang semakin hebat," katanya.
Dari tema besar Niscala, kata dia, diturunkan menjadi empat subtema, yakni Warak Ngendog yang diketahui sebagai hewan imajiner ikon Kota Semarang sebagai bentuk akulturasi budaya.
Warak Ngendog digambarkan sebagai binatang yang berkepala naga mewakili budaya China, bertubuh seperti hewan buraq mewakili Islam, dan berkaki empat mirip kambing mewakili budaya Jawa.
Kedua, subtema elang Jawa yang saat ini habitatnya masih cukup lestari di Kota Semarang sehingga dengan ditampilkannya pada SNC ini diharapkan masyarakat bisa ikut melestarikan.
"Kemudian, barongsai. Kita paham bahwa Kota Semarang ini adalah akulturasi (budaya) yang luar biasa. Barongsai sekarang tidak hanya miliki etnis Tionghoa, tetapi tercampur. Banyak pelaku seni barongsai orang Jawa," katanya.
Kemudian, subtema rewanda yang artinya monyet diambilkan dari tradisi Sesaji Rewanda di Goa Kreo Semarang yang menjadi tempat Sunan Kalijaga mengambil kayu jati untuk pembangunan Masjid Demak.
"Di sana (Goa Kreo, red.), Sunan Kalijaga mencari kayu jati untuk Masjid Demak dibantu rewanda, yakni empat monyet yang ada di Goa Kreo. Ini perbedaan yang unik yang harus dilestarikan," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti berharap SNC merupakan puncak dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Semarang yang kali ini ke 477 tahun.
"SNC ini mengusung bagaimana kerahaman budaya di Kota Semarang, ada (unsur, red.) Pecinan, Rewanda (monyet), elang. Ini menggambarkan bagaimana budaya yang ada di Kota Semarang," kata Ita, sapaan akrabnya.
Arak-arakan SNC dimulai dari halaman Balai Kota Semarang, Sabtu malam, dilepas oleh Wali Kota Hevearita Gunaryanti Rahayu dan akan berakhir di Lapangan Pancasila Simpang Lima.
Marching Band dari Drum Corps Pelopor Cenderawasih Akademi Kepolisian (Akpol) mengawali defile, diikuti parade kostum unik dan menarik dari para peserta sesuai dengan tema yang diangkat.
Masyarakat juga tumpah ruah di sepanjang rute yang dilalui oleh defile SNC 2024 untuk menonton, sembari mengabadikan gambar kegiatan budaya yang hanya digelar setahun sekali itu.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Wing Wiyarso mengatakan bahwa "Niscala" yang diangkat sebagai tema SNC 2024 mengambarkan kekuatan, kekokohan, dan kebersamaan.
"Secara tema berbeda dari SNC tahun lalu, kali ini 'Niscaya'. Ini menggambarkan bagaimana kebersamaan masyarakat dan Pemerintah Kota Semarang untuk membangun Semarang semakin hebat," katanya.
Dari tema besar Niscala, kata dia, diturunkan menjadi empat subtema, yakni Warak Ngendog yang diketahui sebagai hewan imajiner ikon Kota Semarang sebagai bentuk akulturasi budaya.
Warak Ngendog digambarkan sebagai binatang yang berkepala naga mewakili budaya China, bertubuh seperti hewan buraq mewakili Islam, dan berkaki empat mirip kambing mewakili budaya Jawa.
Kedua, subtema elang Jawa yang saat ini habitatnya masih cukup lestari di Kota Semarang sehingga dengan ditampilkannya pada SNC ini diharapkan masyarakat bisa ikut melestarikan.
"Kemudian, barongsai. Kita paham bahwa Kota Semarang ini adalah akulturasi (budaya) yang luar biasa. Barongsai sekarang tidak hanya miliki etnis Tionghoa, tetapi tercampur. Banyak pelaku seni barongsai orang Jawa," katanya.
Kemudian, subtema rewanda yang artinya monyet diambilkan dari tradisi Sesaji Rewanda di Goa Kreo Semarang yang menjadi tempat Sunan Kalijaga mengambil kayu jati untuk pembangunan Masjid Demak.
"Di sana (Goa Kreo, red.), Sunan Kalijaga mencari kayu jati untuk Masjid Demak dibantu rewanda, yakni empat monyet yang ada di Goa Kreo. Ini perbedaan yang unik yang harus dilestarikan," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti berharap SNC merupakan puncak dari rangkaian peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Semarang yang kali ini ke 477 tahun.
"SNC ini mengusung bagaimana kerahaman budaya di Kota Semarang, ada (unsur, red.) Pecinan, Rewanda (monyet), elang. Ini menggambarkan bagaimana budaya yang ada di Kota Semarang," kata Ita, sapaan akrabnya.