Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengaku sangat prihatin dengan kejadian dua kasus dugaan bunuh diri yang dilakukan mahasiswi dari kampus berbeda dalam waktu dua hari belakangan.
"Kami juga prihatin atas persoalan ini. Harapan saya, mari kita bersama-sama mencoba meminimalaisir persoalan seperti ini," kata Ita, sapaan akrab Hevearita di Semarang, Kamis.
Dua kasus dugaan bunuh diri terjadi di Semarang, pertama dilakukan NJW (20) warga Ngaliyan, Semarang, mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Selasa (10/10).
Kasus kedua, seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang berinisial EN (24) warga Kapuas, Kalimantan Tengah, yang ditemukan meninggal dunia di dalam kamar indekosnya, Rabu (11/10).
Dari kedua kasus dugaan bunuh diri itu, kepolisian menemukan surat wasiat yang diduga ditulis oleh yang bersangkutan sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
"Kalau saya melihat kasus ini, yang katanya ada surat dan sebagainya ini, kan artinya mereka mempunyai permasalahan dalam internal keluarga atau kehidupan pribadi," katanya.
Menurut dia, Rumah Duta Revolusi Mental (RDRM) sebenarnya sudah memiliki layanan konseling, tetapi fokusnya memang pada penanganan kasus kekerasan rumah tangga dan perundungan anak.
Meski begitu, Ita akan berupaya mencari solusi atas persoalan tersebut dengan menggandeng berbagai pihak, seperti organisasi kemasyarakatan, kampus, dan organisasi kepemudaan.
"Untuk persoalan pada kasus mahasiswa, memang perlu dicari solusi bagaimana peran pemerintah, dari perguruan tinggi, dan lingkungan sekitarnya. Kita semua bisa berkolaborasi mencari solusi dalam masalah ini," katanya.
Ita juga mengajak seluruh pihak untuk peduli, termasuk perguruan tinggi, pemilik indekos, masyarakat sekitar, hingga kawan-kawan sebaya untuk mencegah terjadinya kasus serupa.
"Jika ada persoalan pada para pelajar, mahasiswa, mungkin mereka memiliki problem yang tidak bisa terpecahkan, pihak kampus mesti tahu, bapak ibu kosnya juga bisa lebih mengerti, teman-teman di lingkungannya memahami," katanya.
Apalagi, kata dia, mahasiswa yang berkuliah di kampus-kampus di Kota Atlas tidak hanya warga Semarang, tetapi kebanyakan justru merantau dari daerah lain yang indekos atau tinggal sementara.
Selain itu, Ita juga mengingatkan pentingnya peran orang tua dan keluarga untuk lebih peka dalam memperhatikan perkembangan putra-putrinya yang beranjak dewasa, terutama terkait kesehatan mentalnya.
"Kami harapkan peran orang tua harus memperhatikan kepada putra-putrinya meski mereka sudah beranjak dewasa. Orang tua mesti harus peka untuk memperhatikan perkembangan putra-putrinya," katanya.
Berita Terkait
Komnas HAM: Hukum jika ada pelanggaran di kasus polisi tembak siswa
Rabu, 27 November 2024 6:23 Wib
Dinkes Blora rutin survei migrasi penduduk antisipasi malaria
Selasa, 26 November 2024 16:29 Wib
Analis yakin Kapolri evaluasi internal terkait penembakan antar-polisi
Senin, 25 November 2024 13:26 Wib
Dinkes Boyolali: Kasus DBD pada November mulai menurun
Senin, 25 November 2024 8:53 Wib
Polda Jateng: 28 kasus TPPO diungkap selama November 2024
Sabtu, 23 November 2024 5:25 Wib
Empat tersangka eksploitasi anak di ponpes hingga kini masih bebas
Jumat, 22 November 2024 19:59 Wib
Habiburokhman duga kasus polisi tembak polisi di Sumbar karena tambang
Jumat, 22 November 2024 14:44 Wib
Dinkes Blora catat temuan tuberculosis mencapai 1.218 kasus
Jumat, 22 November 2024 14:43 Wib