Semarang (ANTARA) - Ajang Tour de Borobudur yang menjadi agenda rutin tahunan sejak tahun 2000 terus dilakukan penyempurnaan agar semakin sempurna.
Penyempurnaan Tour de Borobudur paling terasa saat Provinsi Jawa Tengah dipimpin Gubernur Ganjar Pranowo yang doyan bersepeda sehingga praktis ada perhatian lebih dalam menyempurnakan gelaran.
Dalam beberapa tahun terakhir, Tour de Borobudur mulai bisa dinikmati masyarakat luas dan tidak sekadar jadi tontonan konvoi sepeda mahal di trek pedesaan karena banyak pihak yang dilibatkan.
Selain menyajikan pesona wisata yang dikemas dalam bungkus sport tourism, perhatian Ganjar Pranowo soal aspek sosial pada Tour De Borobudur menjadikannya helatan yang unik.
Wakil Koordinator Penelitian Tour de Borobudur dari Universitas Negeri Semarang, Billy Castyana, mengatakan aspek sosial ini menjadi salah satu indikator keunikan Tour de Bobrobudur seperti yang terlihat pada gelaran tahun 2022 lalu.
Waktu itu, dirinya melihat Tour de Borobudur menjadi wadah sosial melalui kerja sama dengan anak-anak berkebutuhan khusus, sekolah, hingga universitas.
Sisi kemanusiaan yang diangkat mengajak masyarakat dan peserta untuk melihat aspek lain melalui ajang ini.
"Dan itu mendorong sisi kemanusiaan dari masing-masing peserta untuk melihat bahwa ternyata Tour de Borobudur tidak hanya mementingkan sisi bisnis dan event yang sukses, tapi bagaimana berkontribusi kepada masyarakat secara nyata," kata Billy saat dihubungi melalui telepon dari Semarang, Selasa.
Ia mengungkapkan dalam penelitiannya, keterlibatan seluruh pihak terasa lebih kental, terutama keterlibatan pemerintah daerah dalam mendukung ajang Tour de Borobudur.
Tentu karena keterlibatan pemerintah sangat signifikan pada aspek penyiapan lokasi, pengamanan hingga pelayanan administrasi.
Menurut dia, pemerintah daerah memandang Tour de Borobudur menyimpan potensi besar di sektor ekonomi dan promosi pariwisata.
Berdasar laporannya, salah satu fokus pemerintah daerah adalah menyediakan tempat bagi UMKM lokal. Keterlibatan UMKM lokal, lanjut dia, benar-benar dirasakan sehingga masyarakat tidak hanya sebagai penonton dan peserta saja.
"Sehingga ada multiplier effect yang bisa didapatkan oleh pemerintah dan masyarakat melalui Tour De Borobudur, baik itu secara ekonomi atau promosi agar peningkatan pariwisata terjadi," katanya.
Selain pemerintah, Tour de Borobudur juga menarik banyak perusahaan untuk bergabung menjadi sponsor. Menurut Billy, para sponsor melihat Tour de Borobudur memiliki potensi pasar yang besar dilihat dari banyaknya jumlah peserta. Apalagi, peserta yang datang bukan hanya dari Jawa Tengah saja, melainkan dari berbagai daerah se-Indonesia.
"Perusahaan melihat ini kesempatan untuk meningkatkan brand awareness. Sebenarnya yang mereka tuju adalah bagaimana masyarakat bisa mengenal. Produk-produk yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan tersebut melalui event ini," ujarnya.
Promosi Lintas Daerah
Billy melihat Tour de Borobudur bisa menjadi promosi lintas daerah karena memiliki rute yang panjang, mengantarkan peserta menikmati kemolekan potensi di daerah-dareah yang dilewati selama menemoih perjalanan.
Berbeda dari lari marathon yang saat ini hanya berkisar 5 kilometer hingga 10 kilometer saja atau cukup digelar di satu kota sehingga Tour de Borobudur ini memiliki potensi pariwisata yang sangat besar.
Meski dinilai sudah nyaris sempurna, Dirinya memberikan sedikit catatan dan berharap panitia Tour de Borobudur lebih getol melibatkan masyarakat untuk menjadi volunteer.
Dengan demikian, masyarakat punya semangat berkontribusi, dan mendapatkan pengalaman berbagi, berinteraksi dengan para peserta.
Selain itu, dia juga menyarankan adanya agenda-agenda pendamping selama Tour de Borobudur digelar.
"Harapannya bisa lebih luas lagi bisa membawa keterlibatan masyarakat untuk volunteerism, meningkatkan social impact dari Tour de Borobudur," katanya.