Teliti etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa, Dosen USM raih Doktor
Semarang (ANTARA) - Daryono, dosen mata kuliah Agama Islam Universitas Semarang (USM) berhasil meraih Doktor dalam Ujian Terbuka Program Doktor Studi Islam Pascasarjana UIN Walisongo Semarang di Kampus UIN Walisongo Semarang pada 14 Maret 2023.
Daryono meraih predikat cumlaude setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Etos Kerukunan Keagamaan Orang Islam Jawa (Studi terhadap Pemikiran Raja Mangkunegara IV).
Dalam ujian tersebut, Daryono mendapat dukungan dari Rektor USM Dr Supari ST MT yang hadir menunggui ujian hingga selesai. Selain itu dukungan juga datang dari Bendahara Yayasan Alumni Undip Dewi Tuti Muryati SH MH, Direktur Pascasarjana USM Dr Indarto SE MSi, dan sejumlah dosen USM.
Dalam disertasinya, Daryono menjelaskan alasan Mangkunegara IV melakukan pembaruan sikap moral karena semasa leluhur tidak sesuai pada perkembangan tiga ciri khas budaya kearifan lokal Jawa yang harmonis, struktural fungsional, dan transedal dalam kondisi kolonial.
“Ketiganya menuntut diperbarui dari feodal Jawa menjadi feodal Belanda berpaham merkantilisme melahirkan etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa atau pengalaman keagamaan sesuai dengan kemajuan yang manusiawi,” katanya.
Menurut Daryono pembaruan tersebut meliputi tiga konstruksi teoritis sikap baik (budi luhur) yakni, bersikap baik atau hormat, dan peduli terhadap apa saja, bersikap baik atau hormat dan rukun serta peduli kepada sesama, serta sesuai budaya atau pengalaman keagamaan orang Islam jawa.
“Tiga konstruksi teoritis tersebut merupakan identitas etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa atau pengalaman keagamaan sesuai tuntutan kewajiban dan kebutuhan dunia kehidupan semasanya dalam kondisi kolonial yang ditunjukkan melalui strategi implementasi,” katanya.
Ia menjelaskan, strategi implementasi pada etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa atau pengalaman keagamaan tersebut melalui bersikap moral atau beretos tepo seliro (tenggang rasa dan andhapasor (rendah hati) bertujuan demi ojo mitunani wong liyo (jangan merugikan orang lain) serta amamangun karyenak tyasing sasami (berusaha agar orang lain dan dirinya hidup bahagia sejahtera).
Strategi itu, katanya, sesuai dengan pertama: kemajuan yang manusiawi melalui pendekatan tut wuri handayani; kedua: pembangunan etis yang berkelanjutan; dan ketiga: sesuai sikap multikulturalis, objektivasi teosentris-humanistis dan objektivasi Islam kolaboratif serta, pluralism modern.
“Strategi implementasi tersebut dimungkinkan bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat visi etisnya sebagai solusi problem konflik sosial dan kerusuhan bernuansa agama atau SARA di Indonesia,” tandas Daryono.
Rektor USM, Dr Supari ST MT mengatakan, pihaknya mengapresiasi atas capai gelar tertinggi akademik yang diraih Daryono. Dia berharap, ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi masyarakat dan USM.
''Kami mengapresiasi keberhasilan beliau (Red--Dr Daryono) yang dengan semangat yang tinggi akhirnya berhasil meraih gelar doktor. Semoga ilmunya barokah dan bermanfaat bagi masyarakat,'' ungkapnya.
Daryono meraih predikat cumlaude setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Etos Kerukunan Keagamaan Orang Islam Jawa (Studi terhadap Pemikiran Raja Mangkunegara IV).
Dalam ujian tersebut, Daryono mendapat dukungan dari Rektor USM Dr Supari ST MT yang hadir menunggui ujian hingga selesai. Selain itu dukungan juga datang dari Bendahara Yayasan Alumni Undip Dewi Tuti Muryati SH MH, Direktur Pascasarjana USM Dr Indarto SE MSi, dan sejumlah dosen USM.
Dalam disertasinya, Daryono menjelaskan alasan Mangkunegara IV melakukan pembaruan sikap moral karena semasa leluhur tidak sesuai pada perkembangan tiga ciri khas budaya kearifan lokal Jawa yang harmonis, struktural fungsional, dan transedal dalam kondisi kolonial.
“Ketiganya menuntut diperbarui dari feodal Jawa menjadi feodal Belanda berpaham merkantilisme melahirkan etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa atau pengalaman keagamaan sesuai dengan kemajuan yang manusiawi,” katanya.
Menurut Daryono pembaruan tersebut meliputi tiga konstruksi teoritis sikap baik (budi luhur) yakni, bersikap baik atau hormat, dan peduli terhadap apa saja, bersikap baik atau hormat dan rukun serta peduli kepada sesama, serta sesuai budaya atau pengalaman keagamaan orang Islam jawa.
“Tiga konstruksi teoritis tersebut merupakan identitas etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa atau pengalaman keagamaan sesuai tuntutan kewajiban dan kebutuhan dunia kehidupan semasanya dalam kondisi kolonial yang ditunjukkan melalui strategi implementasi,” katanya.
Ia menjelaskan, strategi implementasi pada etos kerukunan keagamaan orang Islam Jawa atau pengalaman keagamaan tersebut melalui bersikap moral atau beretos tepo seliro (tenggang rasa dan andhapasor (rendah hati) bertujuan demi ojo mitunani wong liyo (jangan merugikan orang lain) serta amamangun karyenak tyasing sasami (berusaha agar orang lain dan dirinya hidup bahagia sejahtera).
Strategi itu, katanya, sesuai dengan pertama: kemajuan yang manusiawi melalui pendekatan tut wuri handayani; kedua: pembangunan etis yang berkelanjutan; dan ketiga: sesuai sikap multikulturalis, objektivasi teosentris-humanistis dan objektivasi Islam kolaboratif serta, pluralism modern.
“Strategi implementasi tersebut dimungkinkan bisa menjadi pelajaran yang bermanfaat visi etisnya sebagai solusi problem konflik sosial dan kerusuhan bernuansa agama atau SARA di Indonesia,” tandas Daryono.
Rektor USM, Dr Supari ST MT mengatakan, pihaknya mengapresiasi atas capai gelar tertinggi akademik yang diraih Daryono. Dia berharap, ilmu yang diperoleh bermanfaat bagi masyarakat dan USM.
''Kami mengapresiasi keberhasilan beliau (Red--Dr Daryono) yang dengan semangat yang tinggi akhirnya berhasil meraih gelar doktor. Semoga ilmunya barokah dan bermanfaat bagi masyarakat,'' ungkapnya.