Presiden Joko Widodo meminta semua pihak memberikan perhatian serius terhadap pembangunan pertanian agar Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, apalagi penduduk Indonesia saat ini sudah mencapai 273 juta jiwa lebih.
Untuk mendukung hal itu dibutuhkan alat produksi pertanian yang berkualitas baik dan salah satu alat pertanian yang dibutuhkan para petani adalah cangkul.
Namun, selama ini cangkul hanya mampu diproduksi di dalam negeri sebanyak 3 juta unit per tahun, sedangkan 7 juta unit dari total 10 juta unit kebutuhkan per tahun terpaksa harus diimpor.
Hal tersebut membuat Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) yang sejak 2018 fokus membina UMKM pande besi dengan mayoritas pembuat cangkul di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
YDBA terus mengembangkan produk ini hingga mendapatkan branding cangkul merah putih pada 2020.
Direktur PT Astra International Tbk sekaligus Ketua Pembina YDBA Gita Tiffany Boer mengatakan bahwa pihaknya melihat adanya potensi kebutuhan pasar, kompetensi, dan kreativitas serta komitmen UMKM pande besi dalam mengembangkan produk, serta sejalan dengan gagasan Program Cangkul Merah Putih oleh pemerintah.
YDBA melakukan koordinasi dengan Kementerian Koperasi dan UKM serta Kementerian Perindustrian dengan tujuan menyukseskan program tersebut, bahkan kini produk UMKM pande besi ini menjadi bagian dari Program Cangkul Merah Putih.
"YDBA telah melakukan pembinaan dan pengembangan UMKM di berbagai sektor, kami sangat bangga UMKM pande besi di Klaten," katanya dalam keterangan pers, Senin (19/4).
Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro menegaskan semua UMKM binaan YDBA, termasuk UMKM yang memroduksi alat pertanian diharapkan dapat membawa hasil guna yang positif.
"YDBA selalu siap memberikan pelatihan-pelatihan mengenai manajemen dan teknik produksi yang berkualitas agar hasil produksinya juga berkualitas," ujarnya.
Sementara itu, sejumlah pelaku usaha yang ditemui di Klaten mengakui kehadiran YDBA sangat membantu.
Seperti yang disampaikan Supriyanto selaku pemilik Usaha Dagang Arum Sari, perajin pacul di Dukuh Karangpoh, Desa Bonyokan, Kecamatan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah.
Menurut dia, setelah mendapatkan pelatihan dari YDBA, pola kerja di bengkelnya menjadi berubah yakni prosesnya sistematis dan teratur sehingga waktu produksi juga cepat.
"Dengan menerapkan itu, kami memiliki standar kualitas yang tetap untuk semua produk yang kami hasilkan. Kehadiran YDBA bukan bicara pada volume barang yang dihasilkan, namun mengajarkan kami menghasilkan produk berkualitas," katanya.
Supriyanto mengungkapkan, rata-rata tiap hari UD Arum Sari bisa memroduksi 30 cangkul yang dipasok ke sejumlah daerah melalui pengepul seperti di Kabupaten Sragen, Ponorogo, dan Pekalongan.
Harga satu cangkul beragam, tergantung pada ukurannya yakni Rp50 ribu sampai Rp85 ribu per unit, meskipun saat ini hanya mengalami kendala untuk pemasaran produk agar lebih masif.
Perajin lainnya, Didik Dwi Hartanto mengakui hal serupa dan menilai kehadiran YDBA sangat positif dalam membantu para perajin cangkul.
YDBA memberikan pelatihan-pelatihan agar pelaku usaha bisa memroduksi dengan sistematis dan kualitas produk yang menjadi perhatian besar.
Didik memroduksi Pacul Jawa yang dianggap lebih kuat dan diminati banyak petani di Jawa.
Tiap hari, ia bisa menghasilkan 10 cangkul yang kemudian dijual dengan harga Rp45 ribu hingga di atas Rp50 ribu per cangkul.