Produksi gula semut tingkatkan kesejahteraan petani di Boyolali
Boyolali (ANTARA) - Para petani gula kelapa yang tergabung dalam Kelompok Tani Wanita Manggar Sari di Desa Bandung, Kecamatan Wonosegoro, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, memproduksi gula semut untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.
Ketua Kelompok Tani Wanita Manggar Sari Desa Bandung, Siti Wadlifah di Boyolali, Minggu, mengatakan warga di Desa Bandung memang mayoritas petani pohon kelapa sehingga menjadi salah satu sentra produksi gula kelapa atau gula jawa atau gula merah di Boyolali.
Gula merah diproduksi dengan bahan baku nira atau air hasil sadapan bunga kelapa atau "manggar". Daerah ini banyak terdapat pohon kelapa menjadi mata pencarian para petani sehari-hari.
Baca juga: Gula Semut Magelang Tembus Pasar Australia
Kelompok Tani Manggar Sari Desa Bandung yang berdiri sejak 2008 hingga sekarang mempunyai 60 anggota, kata Siti Wadlifah, setiap hari mampu memproduksi gula merah rata-rata puluhan kuintal dengan harga sekitar Rp25.000 per kilogram.
Para petani kelapa tergabung Kelompok Tani Manggar Sari tersebut yang menggantungkan penghasilan dengan memproduksi gula kelapa mempunyai ide guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan membuat gula semut.
Jika memproduksi gula merah membutuhkan waktu sekitar dua jam, sedangkan gula semut membutuhkan waktu tiga jam dengan nilai harga lebih tinggi mencapai Rp40.000/kg, kata Siti.
Menurut Siti anggotanya kemudian mengikuti beberapa pelatihan dan kemudian mengajak untuk meningkatkan harga ekonomi gula kelapa menjadi diversifikasi produk yang lebih berkualitas.
"Kami mengembangkan inovasi untuk meningkatkan harga jual gula kelapa sejak 2014. Salah satunya dengan memproduksi gula semut yang merupakan gula merah dalam bentuk bubuk atau kristal kecil mirip semut," kata Siti.
Inovasi dari gula kelapa menjadi gula semut supaya lebih menarik, kata dia, dengan mengedepankan kualitas, murni nira tidak pernah dicampuri bahan apapun. Akhirnya gula semut harganya lebih tinggi karena prosesnya butuh waktu lama, kadar air sedikit jadi tahan lama dan tidak mudah berjamur.
Inovasi gula semut tersebut mendongkrak harga jual gula kelapa cetakan sekitar semula Rp25.000/kg, gula semut mampu mencapai harga Rp40.000/kg. Harga itu, dirasa pantas, karena gula telah melalui proses cukup lama dibanding memproduksi gula kelapa biasa sehingga tekstur menjadi halus serta rasa manis yang dihasilkan aman dikonsumsi setiap hari.
"Produksi gula semut Wonosegoro mulai dilirik konsumen. Selain khas manis gula lebih terasa, untuk khasiat dari gula semut yang bisa bermanfaat bagi kesehatan tubuh," katanya.
Bahkan, Kelompok Tani di Desa Bandung tersebut membawa nama baik Kabupaten Boyolali melalui lomba-lomba. Para petani juga menerima bantuan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu peremajaan bibit pohon kelapa, obat-obatan hama kelapa, pupuk, serta alat produksi guna meningkatkan kualitas produksi gula kelapa di Desa Bandung
"Setiap petani anggota rata-rata mampu memproduksi gula kelapa sekitar tujuh hingga sepuluh kg per hari. Untuk pemasaran langsung dikirim ke pedagang di pasar atau toko-toko, dan melalui daring," katanya.
Baca juga: Penuhi permintaan Moscow, Purbalingga kembangkan industri gula semut
Ketua Kelompok Tani Wanita Manggar Sari Desa Bandung, Siti Wadlifah di Boyolali, Minggu, mengatakan warga di Desa Bandung memang mayoritas petani pohon kelapa sehingga menjadi salah satu sentra produksi gula kelapa atau gula jawa atau gula merah di Boyolali.
Gula merah diproduksi dengan bahan baku nira atau air hasil sadapan bunga kelapa atau "manggar". Daerah ini banyak terdapat pohon kelapa menjadi mata pencarian para petani sehari-hari.
Baca juga: Gula Semut Magelang Tembus Pasar Australia
Kelompok Tani Manggar Sari Desa Bandung yang berdiri sejak 2008 hingga sekarang mempunyai 60 anggota, kata Siti Wadlifah, setiap hari mampu memproduksi gula merah rata-rata puluhan kuintal dengan harga sekitar Rp25.000 per kilogram.
Para petani kelapa tergabung Kelompok Tani Manggar Sari tersebut yang menggantungkan penghasilan dengan memproduksi gula kelapa mempunyai ide guna meningkatkan kesejahteraan anggotanya dengan membuat gula semut.
Jika memproduksi gula merah membutuhkan waktu sekitar dua jam, sedangkan gula semut membutuhkan waktu tiga jam dengan nilai harga lebih tinggi mencapai Rp40.000/kg, kata Siti.
Menurut Siti anggotanya kemudian mengikuti beberapa pelatihan dan kemudian mengajak untuk meningkatkan harga ekonomi gula kelapa menjadi diversifikasi produk yang lebih berkualitas.
"Kami mengembangkan inovasi untuk meningkatkan harga jual gula kelapa sejak 2014. Salah satunya dengan memproduksi gula semut yang merupakan gula merah dalam bentuk bubuk atau kristal kecil mirip semut," kata Siti.
Inovasi dari gula kelapa menjadi gula semut supaya lebih menarik, kata dia, dengan mengedepankan kualitas, murni nira tidak pernah dicampuri bahan apapun. Akhirnya gula semut harganya lebih tinggi karena prosesnya butuh waktu lama, kadar air sedikit jadi tahan lama dan tidak mudah berjamur.
Inovasi gula semut tersebut mendongkrak harga jual gula kelapa cetakan sekitar semula Rp25.000/kg, gula semut mampu mencapai harga Rp40.000/kg. Harga itu, dirasa pantas, karena gula telah melalui proses cukup lama dibanding memproduksi gula kelapa biasa sehingga tekstur menjadi halus serta rasa manis yang dihasilkan aman dikonsumsi setiap hari.
"Produksi gula semut Wonosegoro mulai dilirik konsumen. Selain khas manis gula lebih terasa, untuk khasiat dari gula semut yang bisa bermanfaat bagi kesehatan tubuh," katanya.
Bahkan, Kelompok Tani di Desa Bandung tersebut membawa nama baik Kabupaten Boyolali melalui lomba-lomba. Para petani juga menerima bantuan dari Pemerintah Kabupaten Boyolali yaitu peremajaan bibit pohon kelapa, obat-obatan hama kelapa, pupuk, serta alat produksi guna meningkatkan kualitas produksi gula kelapa di Desa Bandung
"Setiap petani anggota rata-rata mampu memproduksi gula kelapa sekitar tujuh hingga sepuluh kg per hari. Untuk pemasaran langsung dikirim ke pedagang di pasar atau toko-toko, dan melalui daring," katanya.
Baca juga: Penuhi permintaan Moscow, Purbalingga kembangkan industri gula semut