"Penanaman karakter antikorupsi ini tentunya memerlukan peran keluarga di rumah maupun di sekolah," kata Wakil Ketua DPRD Provinsi Jateng Quatly Abdulkadir Alkatiri di Semarang, Senin.
Menurut dia, penanaman karakter dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana seperti mengembalikan uang kembalian jajan atau belanja.
Hal tersebut, kata dia, berarti membiasakan anak agar tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya dan berani mengakui kesalahan yang berarti mengajarkan nilai kejujuran.
Baca juga: Pakar ingatkan pentingnya siapkan generasi milenial antikorupsi sejak dini
"Yang penting adalah pembiasaan, karakter dibentuk dari sebuah kebiasaan dan nilai-nilai ini akan terbawa sampai mereka dewasa," ujar politikus Partai Keadilan Sejahtera itu.
Ia menyebutkan peran guru di sekolah juga penting karena dapat memberikan teladan dengan cara tidak terlambat hadir ke sekolah, adil pada semua murid, menanamkan nilai kejujuran, serta tidak membiarkan murid menyontek.
Quatly juga berpendapat, yang tidak kalah penting adalah penanaman nilai-nilai spiritual agar minimal timbul rasa khawatir ketika akan melakukan perbuatan yang dilarang oleh agamanya dan dapat membedakan mana perbuatan yang baik serta mana perbuatan yang buruk.
"Pendidikan formal penting, tapi sisi spiritualitas juga harus disentuh," katanya.
Ketika disinggung mengenai upaya pencegahan di kalangan DPRD Jateng, Quatly mengatakan bahwa transparansi menjadi kunci upaya pencegahan tersebut.
"Anggota dewan diminta terbuka mengenai agenda-agenda kegiatan resminya. Kita harus memastikan kegiatannya ada, jangan sampai fiktif. Kami juga memastikan hak-hak anggota tersampaikan dengan baik," ujarnya.
Selain itu, kalangan legislator juga selalu diingatkan bahwa pengabdian pada masyarakat menjadi hal yang utama bagi wakil rakyat, bukan kepentingan dirinya maupun golongan tertentu.
Baca juga: Ganjar ajak pelajar tempeli stiker antikorupsi di mobil dinas
Baca juga: Dua SMA di Pati jadi percontohan pendidikan antikorupsi