Purwokerto (ANTARA) - Tim Kelapa Kopyor Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengikuti Festival Kelapa Internasional yang digelar di Taman Sukasada Ujung, Kabupaten Karangasem, Bali, 14-17 September 2019.
"Keikutsertaan kami pada festival tersebut atas undangan Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri selaku Ketua Panitia Festival Kelapa Internasional," kata Ketua Tim Kelapa Kopyor UMP Sisunandar, Ph.D. di Purwokerto, Selasa.
Dia yang merupakan peneliti di Coconut Research Centre (Corect) UMP mengatakan Festival Kelapa Internasional tersebut diselenggarakan oleh Koalisi Kabupaten Penghasil Kelapa (Kopek) dan diikuti dari berbagai negara di antaranya China, Srilanka, India, Thailand, Filipina, Australia, Prancis, Amerika, dan Indonesia selaku tuan rumah.
Baca juga: Dosen UMP manfaatkan teknologi kultur jaringan kembangkan kelapa kopyor
Menurut dia, China merupakan negara yang paling banyak mengirimkan delegasinya karena memiliki Coconut Research Institute, disusul Srilanka yang menghadirkan pengusaha pengelola komoditas kelapa serta India yang membawa bibit kelapa hibrida dan alat-alat pengolahan kelapa modern.
"Saya sangat berterima kasih atas apresiasi yang diberikan panitia kepada hasil penemuan kami terkait kelapa kopyor sehingga Tim Kelapa Kopyor UMP diundang dalam Festival Kelapa Internasional," kata dia yang berhasil mengembangkan pembibitan kelapa kopyor hibrida dengan menggunakan teknologi kultur jaringan.
Dalam festival tersebut, kata dia, pihaknya memamerkan kebun plasma nutfah kelapa kopyor yang dimiliki UMP.
"Hal tersebut sangat menarik minat pengunjung karena memang kelapa kopyor kita satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia," katanya.
Baca juga: Fakultas Pertanian UMP temukan inovasi es krim dari ubi jalar
Lebih lanjut, Sisunandar mengatakan kebun plasma nutfah berisi koleksi kelapa dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain Banyumas, Lampung, Madura, dan Pati.
Menurut dia, ada 11 varietas kelapa yang dimiliki kebun plasma nutfah UMP, tiga varietas di antaranya telah dilepas oleh Kementerian Pertanian.
"Belum ada satu pun tempat di Indonesia, bahkan di dunia yang mengonservasi menanam di lahan yang kemudian akan dikoleksi menjadi koleksi yang sangat bagus dan memiliki nilai ilmiah yang sangat tinggi. Hal terseut dilakukan untuk melestarikan berbagai jenis kelapa yang ada karena jika tidak dikonservasi dan hidup liar di alam, sangat rentan untuk hilang baik faktor alam atau faktor manusia," katanya.
Ia mengharapkan setelah mengikuti acara tersebut, pihaknya dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut serta membuat generasi muda lebih tertarik untuk melakukan penelitian di dunia pertanian.
"Banyak peneliti yang bergabung dengan kita khususnya melalui Corect sehingga kita dapat mengembangkan banyak hal tidak hanya kelapa kopyor," katanya. (Tgr)
Baca juga: Trio mahasiswi Farmasi UMP ciptakan pengawet buah alami
Baca juga: Cegah karies gigi, mahasiswi Farmasi UMP manfaatkan lendir bekicot
Berita Terkait
Akademisi ajak petani gula kelapa Banyumas standardisasi produk
Kamis, 27 Juni 2024 13:10 Wib
Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Cilacap tanam 1.600 bibit pohon kelapa
Rabu, 5 Juni 2024 21:15 Wib
Jelang Idul Adha, permintaan arang tempurung kelapa meningkat
Sabtu, 1 Juni 2024 18:24 Wib
Pakar: Budi daya padi di lahan kelapa sawit dukung ketahanan pangan
Sabtu, 27 April 2024 10:03 Wib
Air kelapa muda cegah penyakit degeneratif, hasilkan guru besar baru di Unissula Semarang
Rabu, 15 November 2023 8:30 Wib
Komoditas kelapa berkelanjutan didorong dengan sistem green financing
Selasa, 3 Oktober 2023 14:56 Wib
Mentan luncurkan Pusat Nursery Kelapa Genjah di Batang
Jumat, 20 Januari 2023 19:03 Wib
Menteri Pertanian dorong Pemkab Batang tingkatkan kualitas kelapa kelas dunia
Jumat, 20 Januari 2023 19:02 Wib