Solo (ANTARA) - Sejumlah perbankan mulai menyalurkan pembiayaan untuk rumah sederhana program fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
"Khusus untuk pembiayaan FLPP melalui Bank Mandiri baru tahun ini kami lakukan. Meski demikian, kami berupaya melakukan penyaluran secara optimal," kata Vice President Bank Mandiri Tbk Area Surakarta Ony Suryono Widodo di Solo, Jumat.
Pihaknya menargetkan 30 persen dari total pencairan KPR tahun ini atau sekitar Rp60 miliar untuk FLPP.
Untuk memastikan penyaluran optimal, katanya, salah satu segmen pasar yang disasar yaitu kaum milenial.
"Banyak keluarga muda yang membutuhkan rumah pertama untuk tempat tinggal," katanya.
Ia mengatakan salah satu syarat yang harus dipenuhi calon pembeli untuk bisa mengakses rumah sederhana ini, yaitu pegawai dengan minimal penghasilan Rp1,5 juta/bulan dan maksimal Rp4 juta/bulan untuk rumah tapak.
"Sedangkan untuk rumah susun maksimal penghasilan Rp7 juta/bulan. Calon debitur yang akan mengajukan FLPP juga diperbolehkan untuk melakukan penggabungan gaji antara suami dengan istri, dengan catatan gaji calon debitur lebih besar dari pasangannya," katanya.
Kepala Cabang BNI Slamet Riyadi Surakarta Fahrul Razi mengatakan pada 2018 BNI Slamet Riyadi menyalurkan pembiayaan FLPP untuk 93 rumah.
"Pada tahun ini targetnya bisa menyalurkan pembiayaan untuk 350 unit rumah sederhana. Kami optimistis bisa tercapai karena memang masih banyak pasarnya," katanya.
Ia mengatakan pada awal tahun ini sudah cukup banyak pengajuan KPR rumah subsidi yang masuk BNI Slamet Riyadi.
"Untuk memaksimalkan pasar, salah satu upaya yang kami lakukan adalah bekerja sama dengan perusahaan padat karya. Untuk pasar ini biasanya kebutuhan hunian para karyawan cukup tinggi," katanya.