Kudus (Antaranews Jateng) - Nasi uyah asem dan nasi jangkrik goreng yang disediakan pada ritual buka luwur Sunan Kudus, Jawa Tengah, masih diminati masyarakat dari berbagai daerah di Tanah Air karena mereka rela antre lama demi mendapatkan nasi berkat tersebut, Kamis.
Ribuan warga tampak antre untuk mendapatkan nasi uyah asem maupun nasi jangkrik goreng, meskipun antreannya cukup panjang dan melelahkan karena harus bergiliran dengan warga lain yang juga ikut antre.
Untuk menghindari antrean yang terlalu lama, panitia buka luwur membagi dua antrean berbeda, antara perempuan dengan laki-laki.
Panitia juga menyediakan papan pengumuman yang berisi rute antrean untuk mendapatkan nasi brekat dari tradisi Buka Luwur Sunan Kudus.
Kasminah, warga Mojokerto, Jawa Timur mengakui sengaja datang ke Kudus untuk mengikuti ritual Buka Luwur Sunan Kudus.
"Apalagi, ada pembagian berkat nasi uyah asem maupun nasi jangkrik goreng," ujarnya.
Ia meyakini hal itu bisa mendatangkan keberkahan, selain pula berziarah ke Makam Sunan Kudus.
Ngasipah, salah seorang warga Desa Sambung, Kecamatan Undaan, Kabupaten Kudus, di Kudus, Kamis mengakui, rela antre demi mendapatkan nasi brekat dari tradisi buka luwur.
"Hampir setiap tahun, saya memang ikut antre untuk mendapatkan nasi yang diyakini bisa mendatangkan keberkahan tersebut," ujarnya.
Selain akan dimakan sebagai menu sarapan pagi, katanya, sebagian nasinya diberikan untuk tetangga.
Berdasarkan pantauan, sejumlah warga yang mendapatkan nasi uyah asem tampak semangat menyantapnya bersama rekan-rekannya.
Warga juga ada yang memanfaatkan nasi tersebut untuk bahan campuran makanan ayam atau ternak lain dengan harapan tidak mudah terserang penyakit.
Ketua Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus Muhammad Nadjib Hassan menjelaskan berkat buka luwur yang dibagikan untuk umum berjumlah 29.032 bungkus.
Berkat tersebut, kata dia, berupa nasi dan daging dengan olahan uyah asem, dibungkus dengan daun jati dan diikat tali agel.
Selain berkat untuk umum, juga dibagikan berkat keranjang untuk tamu undangan sebanyak 2.498 keranjang.
Daging dan nasi yang dibagikan tersebut, kata dia, berasal dari masyarakat dengan inisiatif sendiri memberikan bantuan.
Selain mendapatkan bantuan uang, kata dia, panitia juga mendapatkan bantuan berupa beras, kerbau, dan kambing serta bumbu-bumbuan.
Jumlah bantuan kerbau yang diterima sebanyak 11 ekor kerbau dan 84 ekor kambing, sedangkan beras yang dimasak sebanyak 6.760 kilogram dari total beras bantuan sebanyak 12.126 kg.
Sementara kebutuhan kain mori untuk mengganti mori yang terpasang di Makam Sunan Kudus sejak satu tahun yang lalu, kata dia, sebanyak 15.032 meter mori dan 110 meter gorden, yang kesemuanya telah dibuat dan dipasang seluruhnya.
Buka luwur, kata dia, ritual kolosal yang pada tahun ini melibatkan ribuan 1.175 perewang dan 10.095 masyarakat tercatat memberikan bantuan pada Buka Luwur tahun ini.
Ia menegaskan ritual khusus ini dinamakan buka luwur dan bukan khaul sebagaimana lazimnya di tempat lain, karena memang hingga saat ini belum ditemukan tanggal pasti wafatnya Kangjeng Sunan Kudus.
Makna utama pelaksanaan buka luwur, kata dia, untuk meneladani sosok dan perjuangan Kangjeng Sunan Kudus yang menyebarkan Islam dengan jalan damai serta mengembangkan kebudayaan lokal.
Selain itu, buka luwur juga menjadi media refleksi untuk melestarikan peninggalan Kangjeng Sunan Kudus, terutama ajaran toleransi yang saat ini sangat dibutuhkan bangsa Indonesia.