Semarang, ANTARA JATENG - PT PLN (Persero) menyatakan nelayan Karimunjawa membutuhkan "cold storage" atau ruang pendingin untuk menyimpan ikan hasil tangkapan sebelum dijual ke pasaran.
"Selama ini belum ada satupun alat `cold storage` di Karimunjawa, padahal nelayan sangat butuh alat ini," kata Manager PLN Area Kudus Didi Rachmat di Semarang, Jumat.
Mengenai kebutuhan listrik untuk mengaliri "cold storage" tersebut pihaknya siap menyalurkannya. Sejauh ini, PLN masih memiliki kapasitas daya yang tersedia dari PLTD Legon Bajak, Kecamatan Karimunjawa, Kabupaten Jepara sebesar 2x2,2 megawatt (mw).
Untuk diketahui, dari total kapasitas tersebut sejauh ini baru digunakan 11 persennya, sehingga masih banyak daya yang belum tersalurkan.
"Dalam hal ini kami mengundang investor untuk datang, salah satu tujuannya tentu sekaligus membantu melengkapi infrastruktur nelayan," katanya.
Meski tidak menyampaikan biaya pasti, dia mengatakan nelayan tidak bisa menyediakan alat tersebut secara mandiri mengingat harganya yang cukup mahal.
"Kami juga berharap instansi terkait yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan dapat segera mengambil langkah," katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Tengah Ali Mulyono tidak memungkiri adanya kesulitan nelayan Karimunjawa dalam menyimpan hasil tangkapan mereka.
"Dengan terbatasnya fasilitas mau tidak mau mereka langsung menjual hasil tangkapannya. Jadi harga berapapun akan terima," katanya.
Berbeda jika ada "cold storage", nelayan dapat menyimpan ikannya dan menjualnya ketika harga bagus. Dengan demikian, nelayan akan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
"Kalau disimpan di `cold storage` ini kan kualitas ikan tetap baik meski disimpan dalam hitungan bulan," katanya.