"Kalau berbicara tentang riset dan dikti berarti kita berbicara tentang masa depan," kata Jusuf Kalla dalam acara Rapat Kerja Nasional Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi di Graha Widya Bhakti Puspiptek Serpong, Tangerang, Senin.
Menurut Kalla, perbedaan antara perguruan tinggi dan museum adalah museum membicarakan masa lalu, sedangkan perguruan tinggi membicarakan masa depan.
Untuk itu, ujar dia, riset dan teknologi diperlukan untuk menjawab permasalahan di masa depan dan mengemukakan apa yang dibutuhkan dalam memperbaiki kekeliruan untuk menjawab bangsa.
"Kita harus menjawab masa depan. Selama tidak berbicara masa depan maka hanya menjadi seorang birokrat yang hanya membicarakan prosedur," katanya.
Wapres juga menyebutkan bahwa lembaga riset dan teknologi jangan hanya mengeluhkan biaya atau persentase anggaran riset bila dibandingkan dengan anggaran sejumlah negara tetangga, tetapi apa yang bisa dihasilkan dengan minimnya biaya.
Kalla menyatakan, teknologi dan riset mengubah keadaan di masyarakat, tetapi dalam ilmu sosial, bila keadaannya berubah maka teorinya juga berubah.
Sementara itu Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M Nasir menyatakan, integrasi ristek dan dikti yang telah berlangsung sejak 2014 telah membuahkan hasil.
Nasir mengemukakan, beberapa indikator yang naik secara internasional adalah seperti aplikasi paten.
Menristekdikti juga mengutarakan harapannya agar riset dan teknologi dapat bertransformasi membangun bangsa terutama saat memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). "Riset harus membumi dan memahami kebutuhan masyarakat, serta menghasilkan sesuatu hal yang relevan," katanya.
Sebelumnya, Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah membuka Konferensi Nasional Forum Rektor Indonesia 2016 di Universitas Negeri Yogyakarta pada Jumat (30/1) malam dan menekankan peran riset oleh perguruan tinggi.
"Saya ingin mendorong perguruan tinggi untuk mengembangkan riset serta hilirisasi yang kompetitif guna menjawab kebutuhan pasar, menjawab kebutuhan industri dan menjawab kebutuhan persaingan dan kompetisi," kata Jokowi dalam sambutan pembukaan di Gedung Universitas Negeri Yogyakarta.
Menurut Presiden, perguruan tinggi perlu berperan dalam mengembangkan riset untuk diaplikasikan oleh bangsa sehingga masyarakat Indonesia dapat lebih memiliki daya saing.
Presiden menjelaskan saat ini Indonesia mulai memasuki periode persaingan yang ketat dengan negara lain dalam bidang ekonomi sehingga perguruan tinggi perlu melahirkan manusia berkompeten dalam kerja.
Jokowi mengatakan banyak tawaran kerja sama ekonomi regional seperti dari Amerika Serikat melalui "Trans Pacific Partnership" dan Tiongkok dengan "Regional Comprehensive Economic Partnership" yang perlu dikaji sehingga keputusan pemerintah tepat dan bermanfaat membangun ekonomi bangsa.
Berita Terkait
Wapres Gibran ingatkan perbedaan adalah hal lumrah
Rabu, 27 November 2024 12:49 Wib
KPPS pastikan tak ada perlakuan khusus pada Gibran di TPS
Selasa, 26 November 2024 16:49 Wib
2.500 anggota personel Solo Raya siap amankan kedatangan Wapres
Selasa, 26 November 2024 13:27 Wib
Wapres Gibran dijadwalkan mencoblos di TPS 18 Manahan Solo
Senin, 25 November 2024 14:04 Wib
Pupuk Indonesia dan Wapres ajak petani tebus pupuk bersubsidi di "Rembuk Tani"
Jumat, 22 November 2024 23:06 Wib
Wapres bertemu peserta dan pendamping program PNM di Semarang
Jumat, 22 November 2024 13:09 Wib
Wapres laksanakan Shalat Jumat di Kampung Mayangsari Semarang
Jumat, 22 November 2024 13:08 Wib
Wapres kunjungi uji coba makan bergizi di SMKN 7 Semarang
Jumat, 22 November 2024 10:05 Wib