Semarang (ANTARA) - Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir dalam memberikan jaminan sosial di bidang kesehatan. Tak sedikit masyarakat yang memberikan apresiasi terhadap pelayanan yang diberikan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Salah satunya adalah Solichul Asro (49) warga asal Desa Wologito, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, ini senantiasa setia menemani istrinya dalam menjalani cuci darah.
Solichul, dosen tidak tetap di salah satu perguruan tinggi di Kota Semarang, sempat merasa terpukul dan khawatir setelah istrinya divonis terkena gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah atau hemodialisis. Padahal, penghasilan yang didapatkan hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.
Berbagi pengalamannya di Semarang, Selasa (3/12), Solichul menceritakan bahwa istrinya memang memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak dulu. Namun, istrinya tidak mengonsumsi obat darah tingginya secara rutin dan hanya mengonsumsinya ketika dirasa pusing saja. Menurut dokter, hal itulah yang menjadi salah satu pemicu ginjal istrinya lambat laun mengalami masalah hingga harus menjalani cuci darah.
“Beberapa tahun lalu, awal mula itu setelah jalan sehat tiba-tiba muncul memar di badan istri saya. Saya pikir cuman memar biasa karena kecapekan. Tapi lama- lama memarnya semakin banyak terutama di bagian lengan disertai rasa lemas yang semakin membuat saya khawatir,” ungkapnya seperti dikutip dari siaran pers dari BPJS Kesehatan.
Tanpa pikir panjang, ia membawa istrinya ke fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) terdekat. Kemudian diberikan rujukan ke fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). Setelah dilakukan pemeriksaan laboratorium dan ultrasnografi (USG) terdapat masalah pada kedua ginjal istrinya yang mengharuskan dilakukannya cuci darah.
“Setelah diberitahu bahwa harus cuci darah, saya dan istri merasa sedih dan drop sekaligus bingung bagaimana menghadapinya,” tuturnya.
Solichul dan keluarganya terdaftar sebagai peserta Program JKN pada segmen peserta bukan penerima upah (PBPU) atau peserta mandiri. Adanya Program JKN memiliki dampak nyata kepada keluarga Solichul, ia akhirnya bisa bernapas lega ketika mengetahui bahwa program JKN menanggung seluruh biaya pelayanan kesehatan istrinya yang harus menjalani cuci darah.
“Istri saya terhitung sudah 6 tahun melakukan cuci darah seminggu dua kali setiap hari Selasa dan Jumat di Rumah Sakit Roemani ini,” jelasnya.
Solichul mengungkapkan pada awalnya ia dan keluarga selalu mengandalkan biaya pribadi untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. dirinya merasa ogah-ogahan harus membayar setiap bulannya walaupun istrinya selalu menyarankan untuk mendaftar sebagai peserta Program JKN. Namun, beberapa saat sebelum istrinya diharuskan cuci darah, Solichul mengiyakan kemauan istrinya untuk mendaftar sebagai peserta Program JKN.
“Untungnya sekeluarga sudah menjadi peserta Program JKN sebelum istri saya divonis untuk cuci darah, saya mendapatkan hikmah betapa pentingnya menjadi peserta Program JKN. walaupun membayar setiap bulannya tapi dengan adanya program JKN kita menjadi lebih tenang,” tambahnya.
Dirinya menambahkan pelayanan Program JKN dari waktu ke waktu semakin baik. Terkait anggapan perbedaan antara peserta umum dan peserta Program JKN sama sekali tak berlaku di diri Solichul. Ia merasakan berbagai kemudahan pelayanan kesehatan maupun terkait biaya pemeriksaan, tindakan, dan obat-obatan yang seluruhnya sudah ditanggung oleh BPJS Kesehatan. ditambah pula dengan proses administrasi yang kian memudahkan hanya dengan NIK pada KTP.
Ia berharap ke depannya Program JKN dapat terus ada di tengah-tengah masyarakat terutama bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
“Alhamdulillah sekarang istri saya sudah bisa menjalankan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, walaupun memang tetap terbatas karena kondisinya. Kami paham jika tidak ada BPJS Kesehatan mungkin biayanya tidak sedikit jika harus cuci darah. Terima kasih kepada BPJS Kesehatan yang telah membantu, dengan adanya BPJS Kesehatan sampai detik ini masih bisa diberikan kemudahan dalam pelayanan kesehatan,” tutupnya Bahagia. ***