Semarang (ANTARA) - Witiarso Utomo atau akrab disapa Mas Wiwit berkunjung selama tiga hari di Karimunjawa, Kabupaten Jepara dengan melakukan beragam kegiatan mulai dari melepas anak penyu atau tukik di Pantai Ujung Gelam Kepulauan Karimunjawa sampai menanam mangrove dan transplantasi terumbu karang di kawasan pesisir pantai Desa Kemujan.
Mas Wiwit yang merupakan bakal calon bupati Jepara ini bersama tim berada di Karimunjawa sejak Sabtu (6/7) sampai dengan Senin (8/7). Hari pertama kunjungan dimulai dengan melepas tukik di Pantai Ujung Gelam Kepulauan Karimunjawa. Pelepasan ini bertujuan untuk meningkatkan populasi penyu yang semakin terancam punah akibat berbagai faktor. Dari 27 pulau di Karimunjawa, 22 pulau di antaranya merupakan tempat favorit bagi penyu berkembang biak seperti penyu sisik, penyu lekang, dan penyu hijau.
"Dari 1.000 telur penyu yang menetas, diperkirakan hanya satu yang mampu mencapai usia dewasa. Untuk itulah, kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama melestarikannya. Masyarakat Karimunjawa juga bahu membahu menjaga kelestarian penyu dan ekosistemnya," kata Pengendali Ekosistem Hutan Taman Nasional Karimunjawa Kuswadi yang menyebutkan Mas Wiwit bersama rombongan melepas 50 lebih ekor tukik yang disiapkan oleh Balai Taman Nasional (BTN) Karimunjawa.
Mas Wiwit menilai langkah penebaran tukik di laut itu sangat penting untuk memastikan keberlangsungan hidup penyu di perairan. Penyu merupakan salah satu kekayaan laut kita yang harus dilindungi dan dengan melepas tukik diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi kelestarian ekosistem laut.
Kemudian, rombongan Mas Wiwit melakukan penanaman mangrove dan transplantasi terumbu karang di kawasan pesisir pantai Desa Kemujan. Penanaman mangrove ini penting untuk mencegah abrasi pantai, menyediakan habitat bagi berbagai spesies, dan membantu mitigasi perubahan iklim.
"Mangrove memiliki peran vital dalam menjaga ekosistem pesisir. Mari kita jaga dan lestarikan bersama," kata Mas Wiwit.
Ikut dalam sejumlah kegiatan, polisi hutan atau polhut Sunardi turut serta menanam mangrove bersama warga dan menyebutkan hamparan hutan magrove di Pulau Karimunjawa seluas 300 hektare.
"Hutan mangrove tersebut selain menjadi sabuk laut alami di Taman Nasional Karimunjawa, juga menjada edukasi wisata bagi para pelancong," kata Sunardi.
Terakhir, kunjungan diisi dengan ziarah ke Makam Sunan Nyamplungan, salah satu tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Jawa. Makam Sunan Nyamplungan mengingatkan akan pentingnya menjaga nilai-nilai spiritual dan budaya yang telah diwariskan.
Pada kunjungan tersebut Mas Wiwit juga berdialog dengan masyarakat Karimunjawa mengenai berbagai isu lingkungan hingga pariwisata. Ia berharap upaya pelestarian lingkungan, wisata, dan penghormatan terhadap warisan budaya akan terus dilakukan oleh masyarakat luas.
"Semoga kegiatan ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berkontribusi bagi alam, wisata, dan budaya," tutup dia.