Pedagang di Kudus berharap dapat tambahan beras Bulog
Kudus (ANTARA) - Sejumlah pedagang di pasar tradisional di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berharap mendapatkan tambahan pasokan beras dari Perum Bulog mengingat beras yang digelontorkan melalui program stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) diminati pembeli.
"Sebelumnya, saya mendapatkan pasokan 2,3 kuintal beras. Namun, belum lama sudah habis dibeli konsumen," kata salah satu pedagang beras di Pasar Bitingan Kudus Syafaat di Kudus, Minggu.
Menurut dia, hadirnya program SPHP sangat tepat karena mencari tambahan pasokan beras di pasaran juga agak sulit. Bahkan, harga kulakan beras juga mulai naik.
Ia berharap mendapatkan tambahan pasokan beras karena sebelumnya mendapatkan hingga 5 kuintal, namun saat ini turun menjadi 2,5 kuintal dalam bentuk kemasan 5 kilogram.
Harga beras dari Perum Bulog sesuai harga jual eceran tertinggi sebesar Rp10.900/kg. Meskipun ada tambahan biaya operasional ketika dijual ke konsumen harganya masih lebih murah dibandingkan harga jual di pasaran.
"Karena harga jual beras di pasaran saat ini mencapai Rp13.000/kg," ujarnya.
Asrofi, salah satu pedagang beras di Pasar Baru Kudus mengakui adanya program SPHP memang berdampak di pasaran, karena harga jual beras ketika ada pasokan beras Bulog di pasaran bisa stabil.
Hal itu, kata dia, terlihat saat awal Agustus 2023 harga jual beras sempat naik bertahap, namun adanya pasokan dari Bulog harga jual tertahan di angka Rp12.600/kg.
Hanya saja, kata dia, pedagang yang bisa mendapatkan pasokan beras dari Bulog tidak semuanya, melainkan tertentu.
Sementara itu, Kepala Gudang Bulog Kudus Eko Setiawan mengakui pendistribusian beras Bulog ke toko ritel memang disesuaikan stok, kebetulan sebelumnya beras kemasan 5 kg yang bisa didistribusikan memang belum sesuai permintaan, sehingga yang diterima pedagang tidak sesuai alokasi awal.
"Tetapi, saat ini stok kembali tersedia sehingga distribusi berikutnya tentu akan disesuaikan sehingga pedagang bisa mendapatkannya lebih banyak dari sebelumnya," ujarnya.
Ia mengungkapkan pasokan beras SPHP setiap pekannya ke sejumlah toko ritel di beberapa pasar tradisional di Kudus berkisar antara 15-20 ton.
Dengan adanya pasokan beras sebanyak itu, diharapkan harga jual beras yang semula tinggi bisa stabil kembali serta menekan angka inflasi.
"Sebelumnya, saya mendapatkan pasokan 2,3 kuintal beras. Namun, belum lama sudah habis dibeli konsumen," kata salah satu pedagang beras di Pasar Bitingan Kudus Syafaat di Kudus, Minggu.
Menurut dia, hadirnya program SPHP sangat tepat karena mencari tambahan pasokan beras di pasaran juga agak sulit. Bahkan, harga kulakan beras juga mulai naik.
Ia berharap mendapatkan tambahan pasokan beras karena sebelumnya mendapatkan hingga 5 kuintal, namun saat ini turun menjadi 2,5 kuintal dalam bentuk kemasan 5 kilogram.
Harga beras dari Perum Bulog sesuai harga jual eceran tertinggi sebesar Rp10.900/kg. Meskipun ada tambahan biaya operasional ketika dijual ke konsumen harganya masih lebih murah dibandingkan harga jual di pasaran.
"Karena harga jual beras di pasaran saat ini mencapai Rp13.000/kg," ujarnya.
Asrofi, salah satu pedagang beras di Pasar Baru Kudus mengakui adanya program SPHP memang berdampak di pasaran, karena harga jual beras ketika ada pasokan beras Bulog di pasaran bisa stabil.
Hal itu, kata dia, terlihat saat awal Agustus 2023 harga jual beras sempat naik bertahap, namun adanya pasokan dari Bulog harga jual tertahan di angka Rp12.600/kg.
Hanya saja, kata dia, pedagang yang bisa mendapatkan pasokan beras dari Bulog tidak semuanya, melainkan tertentu.
Sementara itu, Kepala Gudang Bulog Kudus Eko Setiawan mengakui pendistribusian beras Bulog ke toko ritel memang disesuaikan stok, kebetulan sebelumnya beras kemasan 5 kg yang bisa didistribusikan memang belum sesuai permintaan, sehingga yang diterima pedagang tidak sesuai alokasi awal.
"Tetapi, saat ini stok kembali tersedia sehingga distribusi berikutnya tentu akan disesuaikan sehingga pedagang bisa mendapatkannya lebih banyak dari sebelumnya," ujarnya.
Ia mengungkapkan pasokan beras SPHP setiap pekannya ke sejumlah toko ritel di beberapa pasar tradisional di Kudus berkisar antara 15-20 ton.
Dengan adanya pasokan beras sebanyak itu, diharapkan harga jual beras yang semula tinggi bisa stabil kembali serta menekan angka inflasi.