Musim kemarau, Boyolali tetap jaga produksi padi
Boyolali (ANTARA) - Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tetap menjaga produksi tanaman padi dengan melakukan berbagai kegiatan program pada masa puncak musim kemarau pada Agustus 2023.
"Kami untuk menjaga produktivitas pertanian tanaman padi, hortikultura, dan budi daya, program tetap berlangsung pada masa puncak musim kemarau saat ini," kata Kepala Dispertan Boyolali Joko Suhartono, di Boyolali, Rabu.
Joko Suhartono menyampaikan program kegiatan menjaga produktivitas yang tetap berlangsung antara lain pembangunan sarana umum, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pertanian seperti pembangunan jalan usaha tani, embung dan jaringan irigasi tersier.
Selain itu, kegiatan pengawasan penggunaan sarana pendukung pertanian sesuai dengan komoditas, teknologi dan spesifikasi lokasi. Contohnya, bantuan benih padi, jagung, kacang tanah, bawang merah yang bersertifikat atau berlabel. Kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan memberikan bantuan pestisida hayati atau ramah lingkungan.
Joko juga menyampaikan peranan para petugas penyuluh pertanian lapangan dalam pendampingan kepada petani untuk tetap berproduksi di tengah puncak kemarau dengan mengatur pemilihan pola tanam yang tepat dan cocok menanam tanaman palawija yang tidak membutuhkan banyak air. Kemudian menggunakan metode pengairan basah-kering atau irigasi berselang untuk tanaman padi.
Ketersediaan air dengan infrastruktur irigasi, embung, dan waduk, untuk memasok kebutuhan pertanian di tengah puncak kemarau, kata dia, pengaturan air terutama pada daerah irigasi yang berasal dari bendung, waduk ataupun mata air dapat dilakukan dengan sistem giliran.
Penanganan hama dan penyakit tanaman pertanian saat musim kemarau, kata dia, hama penggerek batang pada musim kemarau saat ini, telah menyerang pertanaman padi di Kecamatan Mojosongo seluas 21 hektare, Sawit (7 ha), Banyudono (4 ha) dan Nogosari (28 ha). Telah dilakukan pengendalian secara kimia, biologi dan pengendalian lainnya seluas 57 ha.
"Hama tikus di Boyolali menyerang tanaman padi di Kecamatan Teras seluas 3 hektare. Ketercukupan dan pemanfaatan pupuk secara tepat dan seimbang untuk pertanian, baik pupuk organik maupun non-organik," katanya.
Dia menjelaskan soal petani yang mengalami gagal panen di wilayah Boyolali pada musim kemarau, Dispertan belum mendapat laporan, tetapi petugas lapangan terus melakukan pengecekan dan pemantauan di lokasi pertandingan yang tersebar di 22 kecamatan di Boyolali.
Sementara itu, produksi gabah di Kabupaten Boyolali pada Juli 2023 masih aman, yakni sebanyak 21.047 ton gabah kering giling (GKG) atau 12.079 ton setara beras. Luas tanam Juli ada 2.191 hektare dengan luas panen 3.670 ha. Sehingga, stok beras di Boyolali masih surplus 2.037 ton.
Produksi pangan di Boyolali diperkirakan hingga Desember 2023, luas tanam total 48.618 ha dengan luas tanam 50.889 ha dengan produktivitas 57,35 kuintal per Ha, estimasi 291.848 ton GKG atau sekitar 167 ton setara beras. Jika kebutuhan Boyolali 120.501 ton per tahun sehingga mengalami surplus sekitar 46.985 ton setara beras.
"Kami untuk menjaga produktivitas pertanian tanaman padi, hortikultura, dan budi daya, program tetap berlangsung pada masa puncak musim kemarau saat ini," kata Kepala Dispertan Boyolali Joko Suhartono, di Boyolali, Rabu.
Joko Suhartono menyampaikan program kegiatan menjaga produktivitas yang tetap berlangsung antara lain pembangunan sarana umum, rehabilitasi dan pemeliharaan prasarana pertanian seperti pembangunan jalan usaha tani, embung dan jaringan irigasi tersier.
Selain itu, kegiatan pengawasan penggunaan sarana pendukung pertanian sesuai dengan komoditas, teknologi dan spesifikasi lokasi. Contohnya, bantuan benih padi, jagung, kacang tanah, bawang merah yang bersertifikat atau berlabel. Kegiatan pengendalian organisme pengganggu tanaman dengan memberikan bantuan pestisida hayati atau ramah lingkungan.
Joko juga menyampaikan peranan para petugas penyuluh pertanian lapangan dalam pendampingan kepada petani untuk tetap berproduksi di tengah puncak kemarau dengan mengatur pemilihan pola tanam yang tepat dan cocok menanam tanaman palawija yang tidak membutuhkan banyak air. Kemudian menggunakan metode pengairan basah-kering atau irigasi berselang untuk tanaman padi.
Ketersediaan air dengan infrastruktur irigasi, embung, dan waduk, untuk memasok kebutuhan pertanian di tengah puncak kemarau, kata dia, pengaturan air terutama pada daerah irigasi yang berasal dari bendung, waduk ataupun mata air dapat dilakukan dengan sistem giliran.
Penanganan hama dan penyakit tanaman pertanian saat musim kemarau, kata dia, hama penggerek batang pada musim kemarau saat ini, telah menyerang pertanaman padi di Kecamatan Mojosongo seluas 21 hektare, Sawit (7 ha), Banyudono (4 ha) dan Nogosari (28 ha). Telah dilakukan pengendalian secara kimia, biologi dan pengendalian lainnya seluas 57 ha.
"Hama tikus di Boyolali menyerang tanaman padi di Kecamatan Teras seluas 3 hektare. Ketercukupan dan pemanfaatan pupuk secara tepat dan seimbang untuk pertanian, baik pupuk organik maupun non-organik," katanya.
Dia menjelaskan soal petani yang mengalami gagal panen di wilayah Boyolali pada musim kemarau, Dispertan belum mendapat laporan, tetapi petugas lapangan terus melakukan pengecekan dan pemantauan di lokasi pertandingan yang tersebar di 22 kecamatan di Boyolali.
Sementara itu, produksi gabah di Kabupaten Boyolali pada Juli 2023 masih aman, yakni sebanyak 21.047 ton gabah kering giling (GKG) atau 12.079 ton setara beras. Luas tanam Juli ada 2.191 hektare dengan luas panen 3.670 ha. Sehingga, stok beras di Boyolali masih surplus 2.037 ton.
Produksi pangan di Boyolali diperkirakan hingga Desember 2023, luas tanam total 48.618 ha dengan luas tanam 50.889 ha dengan produktivitas 57,35 kuintal per Ha, estimasi 291.848 ton GKG atau sekitar 167 ton setara beras. Jika kebutuhan Boyolali 120.501 ton per tahun sehingga mengalami surplus sekitar 46.985 ton setara beras.