"Nyantrik", film yang menjembatani generasi muda dan seni tradisi
Semarang (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi meluncurkan serial film berjudul "Nyantrik" yang mengangkat cerita wayang orang untuk menjembatani generasi muda dengan seni tradisi.
"Memang serial 'Nyantrik' ini buat memberi ruang pada kalangan muda untuk berpartisipasi, khususnya pengembangan seni tradisi," kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, di Semarang, Jateng, Senin.
Peluncuran serial "Nyantrik" digelar di Gedung Ki Narto Sabdo Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, diawali dengan penampilan pergelaran Wayang Kulit Ngesti Pandhawa.
Hilmar melihat selama ini ada jarak antara seni tradisi dengan kalangan muda sehingga dibuatlah serial film dokumenter tersebut dengan sumber langsung dari para maestro wayang.
"Jadi, selama beberapa waktu, dua minggu, kami berkeliling di beberapa tempat untuk berinteraksi dengan para maestro untuk menimba ilmu dan ikut memainkan (film, red.)," ujarnya.
Karena menyasar anak muda, ia menjelaskan bahwa beberapa artis muda yang memang bukan berlatar belakang seni tradisi diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan film tersebut.
"Dengan mengajak temen-temen artis muda dan mereka bukan orang berlatar belakang seni tradisi, kami ingin memberi pesan bahwa seni tradisi untuk semua. Semua bisa mengakses, asalkan ada jalannya, ada kemauannya," katanya.
Untuk pemilihan Kota Semarang sebagai lokasi peluncuran, kata dia, karena Kota Atlas adalah markas Wayang Orang Ngesti Pandhawa yang memiliki sejarah panjang pengembangan seni tradisi.
"Salah satu pusat wayang orang kan di Semarang. Tadi saya sebut Ngesti Pandhowo luar biasa. Tepat 70 tahun lalu diundang oleh Bung Karno untuk main di Istana (Negara)," katanya.
Serial film "Nyantrik" akan ditayangkan di kanal budaya "Indonesiana.tv" yang selama 24 jam seluruhnya menayangkan siaran kebudayaan Indonesia dengan berbagai ragam khas nusantara.
"Indonesiana.tv sekarang punya 1.300 jam berisi konten ragam banyak seni tradisi, cagar budaya, hingga kuliner. Semua ekspresi yang basisnya kebudayaan Indonesia," pungkas Hilmar.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi Kemendikbud yang memberikan fasilitas kepada generasi muda untuk berpartisipasi dalam pelestarian seni tradisi melalui pembuatan film.
"Akar budaya dari nenek moyang ini tetap dijaga dan kembangkan, tentu yang klasik nggak akan hilang. Jika semua berjalan, saya rasa bangsa ini akan menjadi bangsa yang kaya akan budaya," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan seni tradisi budaya, salah satunya dengan pengembangan Gedung Ki Narto Sabdo.
Ita, sapaan akrab Hevearita menjelaskan bahwa Gedung Ki Narto Sabdo direncang sebagai gedung pusat pertunjukan di Jateng untuk memfasilitasi geliat seni dan budaya di wilayah tersebut.
"Saya mengapresiasi di-'lauching'-nya film 'Nyantrik'. Ini jadi satu suplemen atau vitamin bagi anak-anak untuk semangat terus dalam mencintai seni budaya tradisional," katanya.
"Memang serial 'Nyantrik' ini buat memberi ruang pada kalangan muda untuk berpartisipasi, khususnya pengembangan seni tradisi," kata Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Hilmar Farid, di Semarang, Jateng, Senin.
Peluncuran serial "Nyantrik" digelar di Gedung Ki Narto Sabdo Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) Semarang, diawali dengan penampilan pergelaran Wayang Kulit Ngesti Pandhawa.
Hilmar melihat selama ini ada jarak antara seni tradisi dengan kalangan muda sehingga dibuatlah serial film dokumenter tersebut dengan sumber langsung dari para maestro wayang.
"Jadi, selama beberapa waktu, dua minggu, kami berkeliling di beberapa tempat untuk berinteraksi dengan para maestro untuk menimba ilmu dan ikut memainkan (film, red.)," ujarnya.
Karena menyasar anak muda, ia menjelaskan bahwa beberapa artis muda yang memang bukan berlatar belakang seni tradisi diajak untuk berpartisipasi dalam pembuatan film tersebut.
"Dengan mengajak temen-temen artis muda dan mereka bukan orang berlatar belakang seni tradisi, kami ingin memberi pesan bahwa seni tradisi untuk semua. Semua bisa mengakses, asalkan ada jalannya, ada kemauannya," katanya.
Untuk pemilihan Kota Semarang sebagai lokasi peluncuran, kata dia, karena Kota Atlas adalah markas Wayang Orang Ngesti Pandhawa yang memiliki sejarah panjang pengembangan seni tradisi.
"Salah satu pusat wayang orang kan di Semarang. Tadi saya sebut Ngesti Pandhowo luar biasa. Tepat 70 tahun lalu diundang oleh Bung Karno untuk main di Istana (Negara)," katanya.
Serial film "Nyantrik" akan ditayangkan di kanal budaya "Indonesiana.tv" yang selama 24 jam seluruhnya menayangkan siaran kebudayaan Indonesia dengan berbagai ragam khas nusantara.
"Indonesiana.tv sekarang punya 1.300 jam berisi konten ragam banyak seni tradisi, cagar budaya, hingga kuliner. Semua ekspresi yang basisnya kebudayaan Indonesia," pungkas Hilmar.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengapresiasi Kemendikbud yang memberikan fasilitas kepada generasi muda untuk berpartisipasi dalam pelestarian seni tradisi melalui pembuatan film.
"Akar budaya dari nenek moyang ini tetap dijaga dan kembangkan, tentu yang klasik nggak akan hilang. Jika semua berjalan, saya rasa bangsa ini akan menjadi bangsa yang kaya akan budaya," katanya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menyampaikan dukungannya terhadap pengembangan seni tradisi budaya, salah satunya dengan pengembangan Gedung Ki Narto Sabdo.
Ita, sapaan akrab Hevearita menjelaskan bahwa Gedung Ki Narto Sabdo direncang sebagai gedung pusat pertunjukan di Jateng untuk memfasilitasi geliat seni dan budaya di wilayah tersebut.
"Saya mengapresiasi di-'lauching'-nya film 'Nyantrik'. Ini jadi satu suplemen atau vitamin bagi anak-anak untuk semangat terus dalam mencintai seni budaya tradisional," katanya.