BEI catat kenaikan transaksi di Soloraya di tengah pandemi
Solo (ANTARA) - Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat kenaikan transaksi di saat terjadinya pelemahan ekonomi dalam negeri akibat pandemi COVID-19 yang hingga saat ini belum berakhir.
"Untuk di Soloraya (Jawa Tengah II) sendiri justru jumlah investor bertambah cukup tinggi. Transaksi juga di atas rata-rata," kata Kepala BEI Jawa Tengah II M Wira Adibrata di Solo, Senin.
Ia mengatakan untuk angka transaksi kali ini justru lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Pihaknya mencatat, pada bulan Januari-Februari rata-rata jumlah transaksi di angka Rp800 miliar/bulan, bulan Maret dan April naik menjadi Rp1 triliun/bulan.
Baca juga: Presiden ajak Bangsa Indonesia bangkit dari pandemi
Meski bulan Mei sempat turun di angka Rp791 miliar, untuk Juni naik lagi di angka Rp1,9 triliun, dan Juli Rp1,6 triliun.
"Melihat kondisi ini artinya banyak orang yang sudah bisa melihat momentum. Begitu Corona masuk di awal Maret, penurunan harga sampai turun 40-50 persen," katanya.
Ia mengatakan kondisi saat ini berbeda dengan pada saat terjadi pelemahan ekonomi tahun 2008. Ia mengatakan pada saat itu terjadi penurunan harga saham, karena panik banyak investor yang akhirnya menjual saham mereka hingga berdampak pada kerugian.
"Kondisi saat ini berbeda, investor khususnya di Soloraya sudah bisa melihat momentum. Sekarang time to buy (saatnya membeli) karena harganya murah. Harga saham turun iya, tetapi pasar malah ramai," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, untuk jumlah investor di Jawa Tengah II saat ini juga terus mengalami kenaikan sejak bulan Januari 2020. Menurut dia, pada bulan Januari ada kenaikan jumlah investor sebanyak 178 orang.
Angka ini kembali meningkat sebanyak 229 orang di bulan Februari, Maret dan April masing-masing naik sebanyak 420 dan 405 orang. Selanjutnya di bulan Mei naik sebanyak 404, Juni bertambah 760, dan Juli sebanyak 824 orang.
"Dengan adanya penambahan ini jumlah investor aktif di Jawa Tengah II sebanyak 31.207 orang," katanya.
Baca juga: Pelaku usaha di kawasan wisata Borobudur mulai buka kembali
"Untuk di Soloraya (Jawa Tengah II) sendiri justru jumlah investor bertambah cukup tinggi. Transaksi juga di atas rata-rata," kata Kepala BEI Jawa Tengah II M Wira Adibrata di Solo, Senin.
Ia mengatakan untuk angka transaksi kali ini justru lebih tinggi dibandingkan sebelum pandemi COVID-19. Pihaknya mencatat, pada bulan Januari-Februari rata-rata jumlah transaksi di angka Rp800 miliar/bulan, bulan Maret dan April naik menjadi Rp1 triliun/bulan.
Baca juga: Presiden ajak Bangsa Indonesia bangkit dari pandemi
Meski bulan Mei sempat turun di angka Rp791 miliar, untuk Juni naik lagi di angka Rp1,9 triliun, dan Juli Rp1,6 triliun.
"Melihat kondisi ini artinya banyak orang yang sudah bisa melihat momentum. Begitu Corona masuk di awal Maret, penurunan harga sampai turun 40-50 persen," katanya.
Ia mengatakan kondisi saat ini berbeda dengan pada saat terjadi pelemahan ekonomi tahun 2008. Ia mengatakan pada saat itu terjadi penurunan harga saham, karena panik banyak investor yang akhirnya menjual saham mereka hingga berdampak pada kerugian.
"Kondisi saat ini berbeda, investor khususnya di Soloraya sudah bisa melihat momentum. Sekarang time to buy (saatnya membeli) karena harganya murah. Harga saham turun iya, tetapi pasar malah ramai," katanya.
Sementara itu, lanjut dia, untuk jumlah investor di Jawa Tengah II saat ini juga terus mengalami kenaikan sejak bulan Januari 2020. Menurut dia, pada bulan Januari ada kenaikan jumlah investor sebanyak 178 orang.
Angka ini kembali meningkat sebanyak 229 orang di bulan Februari, Maret dan April masing-masing naik sebanyak 420 dan 405 orang. Selanjutnya di bulan Mei naik sebanyak 404, Juni bertambah 760, dan Juli sebanyak 824 orang.
"Dengan adanya penambahan ini jumlah investor aktif di Jawa Tengah II sebanyak 31.207 orang," katanya.
Baca juga: Pelaku usaha di kawasan wisata Borobudur mulai buka kembali