Pedagang kerajinan Borobudur jualan bergiliran pada masa pandemi COVID-19
Magelang (ANTARA) - Para pedagang di Sentra Kerajinan Makanan Borobudur (SKMB) Taman Wisata Candi Borobudur berjualan secara bergiliran untuk mengantisipasi penyebaran COVID-19.
"Sejak 2 pekan lalu kami berjualan secara bergiliran antara nomor kios genap dengan nomor kios ganjil sehingga kami berjualan dua hari sekali," kata seorang pedagang SKMB Sri Winayah (50) di Magelang, Rabu.
Protokol kesehatan benar-benar diterapkan di lokasi tersebut sebelum memasuki SKMB pengunjung diminta untuk mencuci tangan dengan sabun yang telah disediakan.
Baca juga: Zona I Candi Borobudur dibuka untuk wisatawan
Pengunjung juga tidak boleh sembarangan masuk ke SKMB yang dibagi menjadi empat blok itu. Setiap blok maksimal 20 orang dalam suatu waktu dan diberlakukan secara berurutan.
"Kalau pintu 1 sudah dimasuki 20 pengunjung, kemudian 20 pengunjung berikutnya masuk pintu 2 dan seterusnya setelah sampai pintu 4 kemudian kembali lagi ke pintu 1," katanya.
Ia menuturkan kedatangan pengunjung yang diatur secara bergiliran tersebut untuk mencegah kerumunan pengunjung di suatu titik dan hal ini juga merupakan upaya pemerataan rezeki bagi pedagang.
Menurut dia, selama berjualan saat pandemi COVID-19 ini penghasilannya menurun drastis karena pengunjung belum banyak dan minat beli juga menurun.
Ia menyampaikan mulai kembali aktif berjualan sekitar dua minggu lalu, sebelumnya libur sekitar 4 bulan dan tinggal di rumah saja sehingga tidak ada pemasukan.
Sebelum terjadi pandemi COVID-19, katanya penghasilan waktu ramai pengunjung dalam satu minggu bisa mendapat uang Rp2 juta hingga Rp3 juta, kalau sekarang dalam satu minggu belum tentu hasilnya.
Baca juga: BKB secara rutin lakukan pengukuran stabilitas bangunan Candi Borobudur
"Kalau sekarang sehari bisa laku tiga buah dagangan saja sudah bersyukur. Kami menjual kaos Rp20 ribu hingga Rp60 ribu per lembar dan 3 daster Rp100.000," katanya.
Pedagang yang lain Lilis (28) juga menyampaikan hal yang sama, kondisi tempat jualannya sepi, dalam satu hari belum tentu dagangannya laku.
"Para pengunjung yang memasuki SKMB belum tentu mereka membeli barang di sini," katanya.
Ia berharap pandemi corona segera berlalu sehingga bisa berjualan secara normal dan pengunjung bisa berdatangan ke objek wisata ini.
"Sejak 2 pekan lalu kami berjualan secara bergiliran antara nomor kios genap dengan nomor kios ganjil sehingga kami berjualan dua hari sekali," kata seorang pedagang SKMB Sri Winayah (50) di Magelang, Rabu.
Protokol kesehatan benar-benar diterapkan di lokasi tersebut sebelum memasuki SKMB pengunjung diminta untuk mencuci tangan dengan sabun yang telah disediakan.
Baca juga: Zona I Candi Borobudur dibuka untuk wisatawan
Pengunjung juga tidak boleh sembarangan masuk ke SKMB yang dibagi menjadi empat blok itu. Setiap blok maksimal 20 orang dalam suatu waktu dan diberlakukan secara berurutan.
"Kalau pintu 1 sudah dimasuki 20 pengunjung, kemudian 20 pengunjung berikutnya masuk pintu 2 dan seterusnya setelah sampai pintu 4 kemudian kembali lagi ke pintu 1," katanya.
Ia menuturkan kedatangan pengunjung yang diatur secara bergiliran tersebut untuk mencegah kerumunan pengunjung di suatu titik dan hal ini juga merupakan upaya pemerataan rezeki bagi pedagang.
Menurut dia, selama berjualan saat pandemi COVID-19 ini penghasilannya menurun drastis karena pengunjung belum banyak dan minat beli juga menurun.
Ia menyampaikan mulai kembali aktif berjualan sekitar dua minggu lalu, sebelumnya libur sekitar 4 bulan dan tinggal di rumah saja sehingga tidak ada pemasukan.
Sebelum terjadi pandemi COVID-19, katanya penghasilan waktu ramai pengunjung dalam satu minggu bisa mendapat uang Rp2 juta hingga Rp3 juta, kalau sekarang dalam satu minggu belum tentu hasilnya.
Baca juga: BKB secara rutin lakukan pengukuran stabilitas bangunan Candi Borobudur
"Kalau sekarang sehari bisa laku tiga buah dagangan saja sudah bersyukur. Kami menjual kaos Rp20 ribu hingga Rp60 ribu per lembar dan 3 daster Rp100.000," katanya.
Pedagang yang lain Lilis (28) juga menyampaikan hal yang sama, kondisi tempat jualannya sepi, dalam satu hari belum tentu dagangannya laku.
"Para pengunjung yang memasuki SKMB belum tentu mereka membeli barang di sini," katanya.
Ia berharap pandemi corona segera berlalu sehingga bisa berjualan secara normal dan pengunjung bisa berdatangan ke objek wisata ini.