Khofifah kenang Eyang Noto semasa hidupnya rendah hati
Solo (ANTARA) - Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawangsa mengatakan almarhum ibunda Presiden Joko Widodo, Sudjiatmi Notomihardjo (Eyang Noto) semasa hidupnya "low profile" atau rendah hati.
"Saya mengenak Eyang Notol sebelum Pak Jokowi menjadi Presiden, beliau membangun egaliterisme, dan rajin hadir setiap ada undangan pengajian," kata Khofifah usai melayat di rumah duka Jalan Pleret Raya 9A Banyuanyar Solo, Kamis.
Menurut Khofifah, dirinya bertemu dengan putri eyang Noto, dan yang ditanyakan apa wasiat beliau sebelum wafat, pada Rabu (25/3), sekitar pukul 16.45 WIB.
"Beliau selesai menjalankan Sholat Dhuhur bertanya apakah sudah waktunya Ashar. Beliau sebelum wafat sempat berdialog dengan putri-putrinya. Beliau juga sempat berfoto bersama sebelum meninggalkan kita semua," katanya,
Baca juga: Ganjar: Bu Noto "grapyak" dan "semanak"
Salah satu wasiat beliau, kata dia, agar putra putrinya melanjutkan silatuhrahim dengan teman-teman beliau. Beliau juga berpesan jika ada sisa rejeki hartanya agar untuk diwakafkan masjid.
"Saya mengenal beliau sebelum pak Jokowi menjadi Presiden, hampir tidak pernah meninggalkan shalat berjemaah subuh di masjid, kemudian magrib dan Isya," katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi rumah duka menyebutkan ratusan karangnya buka datang dari berderet memenuhi sepanjang Jalan Letjen Suprapto Banyuayar Solo.
Karangan bunga datang dari berbagai kalangan baik pejabat negara, swasta, ormas maupun pribadi dan lainnya. Karangan bunga untuk almarhum ibunda Jokowi berjejer panjangnya sekitar satu kilometer.
Karangan bunga duka cita, antara lain dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla, dan pejabat negara lainnya.
Sudjiatmi Notomihardjo meninggal dunia pada usia 77 tahun karena penyakit kanker. Jenazah almarhumah rencananya dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mundu, Selokaton, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada Kamis, pukul 13.00 WIB.
Baca juga: Rumah duka ibunda Jokowi tanpa kepadatan pelayat
"Saya mengenak Eyang Notol sebelum Pak Jokowi menjadi Presiden, beliau membangun egaliterisme, dan rajin hadir setiap ada undangan pengajian," kata Khofifah usai melayat di rumah duka Jalan Pleret Raya 9A Banyuanyar Solo, Kamis.
Menurut Khofifah, dirinya bertemu dengan putri eyang Noto, dan yang ditanyakan apa wasiat beliau sebelum wafat, pada Rabu (25/3), sekitar pukul 16.45 WIB.
"Beliau selesai menjalankan Sholat Dhuhur bertanya apakah sudah waktunya Ashar. Beliau sebelum wafat sempat berdialog dengan putri-putrinya. Beliau juga sempat berfoto bersama sebelum meninggalkan kita semua," katanya,
Baca juga: Ganjar: Bu Noto "grapyak" dan "semanak"
Salah satu wasiat beliau, kata dia, agar putra putrinya melanjutkan silatuhrahim dengan teman-teman beliau. Beliau juga berpesan jika ada sisa rejeki hartanya agar untuk diwakafkan masjid.
"Saya mengenal beliau sebelum pak Jokowi menjadi Presiden, hampir tidak pernah meninggalkan shalat berjemaah subuh di masjid, kemudian magrib dan Isya," katanya.
Berdasarkan pantauan di lokasi rumah duka menyebutkan ratusan karangnya buka datang dari berderet memenuhi sepanjang Jalan Letjen Suprapto Banyuayar Solo.
Karangan bunga datang dari berbagai kalangan baik pejabat negara, swasta, ormas maupun pribadi dan lainnya. Karangan bunga untuk almarhum ibunda Jokowi berjejer panjangnya sekitar satu kilometer.
Karangan bunga duka cita, antara lain dari mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Wakil Presiden Yusuf Kalla, dan pejabat negara lainnya.
Sudjiatmi Notomihardjo meninggal dunia pada usia 77 tahun karena penyakit kanker. Jenazah almarhumah rencananya dimakamkan di Pemakaman Keluarga Mundu, Selokaton, Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah pada Kamis, pukul 13.00 WIB.
Baca juga: Rumah duka ibunda Jokowi tanpa kepadatan pelayat