Roppongi, Tokyo (Antaranews Jateng) - Sineas Garin Nugroho menilai Indonesia membutuhkan lebih banyak karya dari sutradara wanita untuk memberikan perspektif baru kepada penonton.
Dalam sesi "Crossout Asia" Festival Film Tokyo 2018 (Tokyo International Film Festival/TIFF), Garin menceritakan bahwa Indonesia memiliki dua sutradara wanita hebat yakni Mouly Surya dan Kamila Andini menelurkan karya "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" dan "The Seen and Unseen".
Untuk itu, ia menilai hadirnya sutradara wanita memberikan corak dan perspektif yang berbeda karena film tersebut akan disampaikan melalui sudut pandang perempuan.
"Untuk film Indonesia, kami punya dua film director perempuan yang sangat kuat, Mouly dan Kamila," kata Garin saat seusai pemutaran film "Ach...Aku Jatuh Cinta" atau "Chaotic Love Poems" di Toho Cinemas Roppongi, Tokyo, Jumat.
"Saya rasa menjadi penting bahwa kami harus support film director perempuan karena banyak film membutuhkan perspektif perempuan," kata sutradara "Cinta Dalam Sepotong Roti" itu.
Baca juga: Sineas Indonesia di karpet merah Festival Film Tokyo 2018
Dalam sesi "Crossout Asia" Festival Film Tokyo 2018 (Tokyo International Film Festival/TIFF), Garin menceritakan bahwa Indonesia memiliki dua sutradara wanita hebat yakni Mouly Surya dan Kamila Andini menelurkan karya "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" dan "The Seen and Unseen".
Untuk itu, ia menilai hadirnya sutradara wanita memberikan corak dan perspektif yang berbeda karena film tersebut akan disampaikan melalui sudut pandang perempuan.
"Untuk film Indonesia, kami punya dua film director perempuan yang sangat kuat, Mouly dan Kamila," kata Garin saat seusai pemutaran film "Ach...Aku Jatuh Cinta" atau "Chaotic Love Poems" di Toho Cinemas Roppongi, Tokyo, Jumat.
"Saya rasa menjadi penting bahwa kami harus support film director perempuan karena banyak film membutuhkan perspektif perempuan," kata sutradara "Cinta Dalam Sepotong Roti" itu.
Baca juga: Sineas Indonesia di karpet merah Festival Film Tokyo 2018
Untuk itu, Garin yang memprakarsai ide "Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak" menyerahkan film itu agar digarap Mouly Surya agar mendapat sentuhan perempuan, sesuai perspektif film itu.
"Ketika punya ide 'Marlina', saya bilang ke Mouly kalau itu cerita favorit saya. Ini cerita yang saya suka dan yang terbaik," kata Garin.
Ia menimpali, "Tapi butuh perspektif perempuan, jadi tolong buatkan filmnya. Kalau saya yang buat, filmnya pasti berbeda, walaupun ceritanya dari saya."
Hadirnya dua pengarah film perempuan itu membuat Garin optimistis akan banyak film director yang bermunculan di panggung film Indonesia.
"Saya rasa di masa depan, kami punya banyak director perempuan, dan saya harap semakin banyak karena point of view-nya adalah pengembangan dari perspektif perempuan," pungkas dia.(Editor : Fitri Supratiwi).