Garin: kebudayaan Singapura berkembang dari kota dagang
Semarang (Antaranews jateng) - Produser dan sutradara kawakan Garin Nugroho mengingatkan Singapura awalnya hanya kota dagang semata, tetapi sekarang memiliki banyak ruang pertunjukan budaya yang mendukung pertumbuhan industri kreatif.
"Dengan adanya ruang-ruang pertunjukan, sedikit demi sedikit dengan manajemen budaya membuat mereka mampu mengelola budaya sesuai spesifikasi mereka," katanya saat Silaturahmi Bersama Seniman dan Media Kota Semarang, di Semarang, Senin malam.
Pada acara yang diprakarsai Djarum Foundation itu, dikenalkan pula Taman Indonesia Kaya yang dibangun Djarum Foundation di bekas Taman Keluarga Berencana (KB) Semarang yang bakal menjadi ruang budaya terbuka bagi para seniman.
Sosok kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961 itu, menjelaskan sekarang ini di Singapura banyak muncul panggung kecil yang menjadi tempat orang-orang melakukan pertunjukan yang memberikan nilai bagi perkembangan industri kreatif.
Garin menjelaskan yang terpenting adalah empat elemen penting dalam mendukung ruang budaya terbuka, yakni lokakarya manajemen produksi, kemampuan berjejaring, menumbuhkan kepemimpinan baru, dan komunikasi terhadap generasi baru.
"Masih ada lagi, hadirnya dialog kebudayaan. Saya ambil contoh Papua, mereka mengambil burung Cenderawasih sebagai ruang kreatif tari yang dikelola secara baik hingga sekarang berkembang menjadi kampanye pelestariannya," katanya.
Hadir pada kesempatan itu, seniman asal Yogyakarta Butet Kertaradjasa dan aktris Maudy Koesnaedi. Mereka turut memberikan apresiasi terhadap Taman Indonesia Kaya, sebagaimana Galeri Indonesia Kaya di Jakarta yang sudah lebih dahulu ada.
Program Director Bhakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan pembangunan Taman Indonesia Kaya merupakan bentuk kerja sama yang baik antara Djarum Foundation dengan Pemerintah Kota Semarang.
Taman Indonesia Kaya, kata dia, akan menjadi panggung budaya terbuka yang bisa dimanfaatkan secara gratis para seniman lokal di Jawa Tengah, khususnya Semarang, sebagaimana Galeri Indonesia Kaya di Jakarta.
Dia mengakui Indonesia perlu banyak belajar dari negara-negara lain, termasuk Singapura yang menjadi tetangga yang sekarang ini sudah memiliki banyak tempat atau ruang publik, termasuk gedung bagi seniman untuk berkarya.
Ia menjelaskan Taman Indonesia Kaya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai ruang rias, ruang ganti, panggung terbuka dengan kapasitas lebih dari 1.000 orang, hingga fasilitas bagi kalangan difabel.
"Kami bangun Taman Indonesia Kaya ini untuk difungsikan sebagai panggung budaya. Setelah jadi, kami hibahkan kepada Pemkot Semarang yang diharapkan bisa menjadi ruang kreatif bagi seniman, termasuk mendorong pemberdayaan ekonomi," katanya.
"Dengan adanya ruang-ruang pertunjukan, sedikit demi sedikit dengan manajemen budaya membuat mereka mampu mengelola budaya sesuai spesifikasi mereka," katanya saat Silaturahmi Bersama Seniman dan Media Kota Semarang, di Semarang, Senin malam.
Pada acara yang diprakarsai Djarum Foundation itu, dikenalkan pula Taman Indonesia Kaya yang dibangun Djarum Foundation di bekas Taman Keluarga Berencana (KB) Semarang yang bakal menjadi ruang budaya terbuka bagi para seniman.
Sosok kelahiran Yogyakarta, 6 Juni 1961 itu, menjelaskan sekarang ini di Singapura banyak muncul panggung kecil yang menjadi tempat orang-orang melakukan pertunjukan yang memberikan nilai bagi perkembangan industri kreatif.
Garin menjelaskan yang terpenting adalah empat elemen penting dalam mendukung ruang budaya terbuka, yakni lokakarya manajemen produksi, kemampuan berjejaring, menumbuhkan kepemimpinan baru, dan komunikasi terhadap generasi baru.
"Masih ada lagi, hadirnya dialog kebudayaan. Saya ambil contoh Papua, mereka mengambil burung Cenderawasih sebagai ruang kreatif tari yang dikelola secara baik hingga sekarang berkembang menjadi kampanye pelestariannya," katanya.
Hadir pada kesempatan itu, seniman asal Yogyakarta Butet Kertaradjasa dan aktris Maudy Koesnaedi. Mereka turut memberikan apresiasi terhadap Taman Indonesia Kaya, sebagaimana Galeri Indonesia Kaya di Jakarta yang sudah lebih dahulu ada.
Program Director Bhakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan pembangunan Taman Indonesia Kaya merupakan bentuk kerja sama yang baik antara Djarum Foundation dengan Pemerintah Kota Semarang.
Taman Indonesia Kaya, kata dia, akan menjadi panggung budaya terbuka yang bisa dimanfaatkan secara gratis para seniman lokal di Jawa Tengah, khususnya Semarang, sebagaimana Galeri Indonesia Kaya di Jakarta.
Dia mengakui Indonesia perlu banyak belajar dari negara-negara lain, termasuk Singapura yang menjadi tetangga yang sekarang ini sudah memiliki banyak tempat atau ruang publik, termasuk gedung bagi seniman untuk berkarya.
Ia menjelaskan Taman Indonesia Kaya akan dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai ruang rias, ruang ganti, panggung terbuka dengan kapasitas lebih dari 1.000 orang, hingga fasilitas bagi kalangan difabel.
"Kami bangun Taman Indonesia Kaya ini untuk difungsikan sebagai panggung budaya. Setelah jadi, kami hibahkan kepada Pemkot Semarang yang diharapkan bisa menjadi ruang kreatif bagi seniman, termasuk mendorong pemberdayaan ekonomi," katanya.