Purwokerto (Antaranews Jateng) - Penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) harga eceran tertinggi (HET) perlu dievaluasi, kata pakar tanaman pangan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Prof. Totok Agung Dwi Haryanto.
"Menurut hemat saya, kebijakan HPP dan HET itu perlu ditinggal," katanya di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Senin.
Totok mengatakan hal itu kepada Antara terkait dengan harga beras di pasaran yang tetap tinggi dan cenderung fluktuatif meskipun panen masih berlangsung di beberapa daerah.
Akan tetapi jika HPP dan HET tetap diberlakukan, kata dia, hal itu sebaiknya untuk kelas beras paling bawah atau beras yang disubsidi.
Sementara untuk kelas beras lainnya, lanjut dia, sebaiknya dipersilakan untuk menjadi pilihan bagi rakyat.
"Pejabat atau orang-orang kaya tidak harus membeli beras dengan harga yang sama dengan yang dibeli masyarakat bawah. Seperti halnya PLN yang menerapkan tarif listrik untuk keluarga miskin tidak sama dengan tarif untuk keluarga kaya," ujarnya.
Menurut dia, perbedaan tarif listrik antara keluarga miskin dan kaya yang diterapkan oleh PLN itu dapat dijadikan contoh.
Selain itu, kata dia, subsidi untuk rakyat pun sudah banyak diberikan seperti terhadap bahan bakar minyak.
"Jadi, subsidi untuk beras bisa diberlakukan secara nasional tetapi khusus untuk kelas paling bawah. Sedangkan beras-beras untuk konsumsi orang menengah ke atas, sudah dibiarkan saja, sehingga itu menjadi kesempatan bagi petani-petani unggul yang memang memiliki spesifikasi produk untuk bisa memperoleh kesejahteraan dari nilai yang berbeda," katanya.
Akan tetapi, kata Totok, masyarakat banyak yang kemampuannya terbatas tidak dirugikan oleh kebijakan tersebut.
"Jadi, ada kebijakan HPP dan HET berstrata," katanya.
Dari pantauan di Pasar Manis, Purwokerto, harga beras kualitas bawah hingga saat ini masih bertahan pada kisaran Rp8.500-Rp9.500 per kilogram, sedangkan beras kualitas medium berkisar Rp10.000-Rp11.000/kg meskipun masa panen masih berlangsung di sejumlah wilayah Banyumas.
Berita Terkait
Pakar: Penghargaan IRRI pantik pengembangan beras khusus
Senin, 15 Agustus 2022 22:07 Wib
Pakar pertanian Unsoed mendaftar sebagai bakal calon rektor
Selasa, 21 Desember 2021 16:23 Wib
Mantan wartawan senior ANTARA Totok Marwoto meninggal dunia
Jumat, 18 Juni 2021 8:38 Wib
Kemendikbud: Pemerintah akan lakukan pengaturan khusus penundaan UN
Minggu, 15 Maret 2020 7:26 Wib
Ditemukan cabang Keraton Agung Sejagat di Klaten
Kamis, 16 Januari 2020 20:50 Wib
Raja dan Permaisuri Keraton Agung Sejagat ditahan
Selasa, 14 Januari 2020 22:30 Wib
Syahrul Yasin Limpo diharapkan tingkatkan kesejahteraan petani
Kamis, 24 Oktober 2019 9:14 Wib
Pakar: Bulog telah jalankan fungsinya dengan baik
Selasa, 2 Juli 2019 13:45 Wib