Semarang (ANTARA) - ChildFund International di Indonesia yang telah hadir di Indonesia sejak tahun 1973, secara konsisten terus berjuang mewujudkan dunia di mana anak-anak mendapatkan hak dan menggapai potensi mereka dengan berbagai program inovatif.
Bersama Yayasan Sosial Bina Sejahtera (YSBS) yang telah bermitra sejak 1981, Yayasan Kesejahteraan Keluarga Soegijapranata (YKKS) sejak 1977, dan Yayasan Keluarga Sejahtera Boyolali (YKSB) sejak 1989, ChildFund International di Indonesia telah mendampingi anak dan keluarga di tujuh kabupaten dan kota di Jawa Tengah, yakni Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Boyolali, Wonogiri, Banyumas, Cilacap, dan Magelang.
YKKS dan ChildFund International di Indonesia telah mengimplementasikan program Swipe Safe. Yovensius Suparwadi selaku Ketua Pengurus YKKS mengatakan program keselamatan anak di ranah daring ini bertujuan agar masyarakat dapat menavigasi internet dengan aman melalui edukasi anak, orang tua, penyedia layanan, dan sekolah mengenai potensi risiko di internet, serta pemberian keterampilan praktis bagaimana melindungi diri mereka dari risiko eksploitasi seksual, kekerasan seksual, penipuan dan peretasan di dunia siber.
Inisiatif yang dimulai pada Juli 2023 ini telah menyasar lebih dari 1.100 anak dan orang muda dari 25 SMP/SMK/SMA di Kabupaten dan Kota Semarang. Agar lebih terintegrasi dalam keluarga, YKKS dan ChildFund telah memberi pelatihan kepada 300 orang tua di dua kelurahan.
"Kami mendapat dukungan dan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Semarang dan Provinsi Jawa Tengah untuk memperluas dampak program ini ke lebih banyak sekolah. PKS dengan Dinas Pendidikan Kota Semarang berlangsung telah dilaksanakan pada bulan Desember 2023, sementara dengan Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 1 Jawa Tengah terjadi Maret 2024,” kata Parwadi.
Selain memfasilitasi berdirinya 90 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan lebih dari 500 fasilitator dilatih, YKKS juga aktif dalam kolaborasi mendukung Semarang menjadi Kota Layak Anak (KLA), sehingga mendapat predikat Utama. YKKS juga dipercaya menyusun naskah akademik Reperda Kota Layak Anak hingga pembahasan bersama Pansus DPRD.
YKKS dan ChildFund International di Indonesia memberikan pelatihan paralegal kepada para penggerak Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM) serta membentuk, melatih dan menggerakkan forum-forum anak dan orang muda untuk berpartisipasi dalam menyuarakan kepentingan anak dalam forum-forum pengambilan Keputusan yang berdampak kepada kehidupan mereka.
Inovasi dan inisiatif penting lainnya yang dijalankan oleh ChildFund International di Indonesia bersama YKKS dan YKSB adalah integrasi modul soft skill ke dalam kurikulum pendidikan vokasi yang menyasar sekolah-sekolah menengah kejuruan (SMK) di Kabupaten dan Kota Semarang dan Boyolali.
"Inisiatif ini mewakili langkah penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan mempersiapkan generasi muda untuk menghadapi tantangan dunia kerja yang dinamis. Dengan menyatukan pendekatan teknis dan pengembangan soft skill, kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi ribuan siswa di wilayah tersebut,” kata Parwadi.
Kolaborasi tersebut melibatkan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Melalui Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 1 yang mengawasi Kota Semarang dan Kabupaten Semarang, serta Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah 5 yang bertanggung jawab atas Kabupaten Boyolali, pihak berwenang setempat turut serta dalam mengawal dan mendukung implementasi modul soft skill ini di lingkungan pendidikan vokasional,” kata Luthfy Mubaarok, Pimpinan Proyek YKSB.
Ia mengatakan sebanyak 125 sekolah dengan total sekitar 60.000 siswa telah menjadi bagian dari inisiatif tersebut. Di Boyolali, sejak akhir tahun 2022, YKSB dan ChildFund International di Indonesia juga telah memulai proyek pemulihan hijau (green recovery).
Inisiatif itu dianggap sangat strategis dan inovatif di Indonesia karena berfokus pada membangun kepemimpinan pemuda dalam bisnis hijau yang akan secara langsung berkontribusi pada pengurangan emisi, pembangunan rendah karbon, dan pemulihan nasional dari COVID-19.
“Konteks perubahan iklim mulai diintegrasikan ke dalam konteks program kami. Inisiatif ini secara strategis fokus pada pemanfaatan potensi unik melalui tiga aspek utama, yaitu rantai nilai hijau (green recovery chain), inkubasi bisnis hijau (green business incubation) dan pusat pengembangan pakan ternak. Proyek ini mendorong pendekatan yang komprehensif dan berbasis masyarakat untuk pembangunan berkelanjutan, yang akan melibatkan kewirausahaan pemuda, kolaborasi sektor swasta, dan penguatan akses ke sumber daya keuangan, ” kata Luthfy.
Luthfy juga menjelaskan keberhasilan program pengasuhan responsif yang diimplementasi di tiga kabupaten, yaitu Boyolali, Wonogiri, dan Magelang. Program ini didasari peran Posyandu dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang dianggap oleh masyarakat tidak cukup mendukung peningkatan kualitas pengasuhan anak di rumah.
“Saat itu masih banyak orang tua menerapkan model pengasuhan secara turun temurun yang cenderung melakukan kekerasan verbal maupun fisik pada anak. Kami melakukan berbagai pelatihan dan diskusi kelompok terfokus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melakukan pengasuhan yang layak dan ramah anak. Hasilnya, orang tua di wilayah dampingan memiliki kapasitas pengasuhan tanpa kekerasan yang menunjang tumbuh kembang anak secara optimal,” jelasnya.
Dalam implementasi program ini, YKSB bekerja sama dengan posyandu, PAUD dan puskesmas kecamatan dengan melibatkan bidan desa dan ahli gizi puskesmas untuk memantau keberlangsungan program.
Keselamatan anak saat belajar menjadi fokus perhatian di Cilacap. Bersama mitra YSBS-Mino Martani, ChildFund International di Indonesia menjalankan program sekolah aman. Proyek ini berhasil menorehkan capaian dalam menerapkan tiga pilar sekolah aman, yaitu fasilitas sekolah aman, manajemen bencana di sekolah, serta pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.
“Di Kecamatan Kampung Laut, saat musim hujan kegiatan pendidikan anak-anak harus terhenti karena sekolah kebanjiran. Karena terletak di pulau-pulau kecil, daerah ini rawan bencana alam seperti banjir dan tsunami. Selain itu, kualitas bangunan menunjukkan bahwa bangunan sekolah tergenang air dan tidak dapat diakses saat air pasang sehingga tidak aman bagi anak-anak untuk belajar," kata Lisa Indah Prasetyanti, Kepala Unit YBSS-Mino Martani.
Lisa menjelaskan proyek ini menyasar sembilan sekolah dasar di Kampung Laut dan 20 sekolah imbas yang juga mendapat manfaat dari program sekolah aman ini. Selain renovasi mayor dan minor di semhilan sekolah, YBSB-Mino Martani dan ChildFund International di Indonesia juga melengkapi sekolah dengan sarana yang aman, mulai dari meja, kursi dan lemari.
“Di semua sekolah kini telah ada petunjuk atau rambu evakuasi. Kami juga menyediakan alat peraga ajar dan buku bacaan tentang PRB di sekolah-sekolah Kami juga mengadakan sesi khusus untuk mensosialisasikan Permendikbud No. 75/2016 kepada komite sekolah dan menginisiasi terbentuknya Sekretariat /Forum Komunikasi PRB di tingkat kabupaten sebagai media komunikasi dan pembelajaran bersama tentang Satuan Pendidikan Aman Bencana," paparnya lagi.
Terakhir, pada tahun 2022 hingga awal 2023, ChildFund International melalui YSBS-Mino Martani juga mengimplementasikan program Climate-Proof Bestek untuk merenovasi dan memperbaiki bangunan-bangunan sekolah dengan mempertimbangkan skenario iklim. Program ini memberi manfaat langsung kepada 57 siswa di sekolah yang direnovasi dan siswa dari 39 sekolah lain dalam satu kecamatan di Cilacap.
“Inisiatif menarik di Cilacap lainnya dalam merespon isu lingkungan adalah ecoprint yang dilakukan orang para pemuda yang tergabung dalam Forum Anak & Orang Muda. Ecoprint merupakan teknik mencetak, mewarnai dan membuat produk dari bahan-bahan alami yang menjadi alternatif mengurangi kerusakan lingkungan dan ekosistem akibat limbah pembuatan tekstil,” tutup Lisa.
Husnul Ma’ad selaku Country Director ChildFund International di Indonesia menjelaskan upaya organisasinya berpusat pada menghubungkan anak-anak dengan komunitas, institusi, dan sumber daya untuk memastikan mereka tumbuh dengan sehat, terdidik, terampil, dan yang terpenting aman, baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun di ranah daring.
“Keberhasilan ChildFund International di Indonesia ini tentunya tidak lepas dari hasil kerja keras seluruh mitra, komunitas, pemerintah, donor, sponsor, dan pemangku kepentingan yang selalu berkomitmen untuk terus mendukung langkah kami. Untuk itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang senantiasa telah berkontribusi dalam perjalanan ChildFund International selama 50 tahun di Indonesia. Kami berharap kedepannya dukungan ini dapat menginspirasi lebih banyak pihak lainnya untuk ikut mewujudkan dunia di mana anak-anak bisa mendapatkan hak dan kesempatan untuk mencapai potensi maksimal mereka,” tutup Ma’ad.