Ganjar: Alat biometrik mudahkan tahapan ibadah haji
Boyolali (Antaranews Jateng) - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan alat biometrik untuk memeriksa identitas diri jamaah di Embarkasi Surakarta menjadi percontohan akan memudahkan tahapan saat menjalani ibadah haji di Arab Saudi.
"Pelayanan akan lebih baik karena alat ini, biasa dilakukan di Arab Saudi ketika jamaah tiba di bandara setempat," kata Gubernur Ganjar Pranowo, usai melepas jamaah calon haji Kloter pertama asal Tegal Jateng, di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Selasa.
Menurut Gubernur Ganjar Pranowo, jamaah calon haji yang sudah dicek dengan alat biometrik di embarkasi tersebut membantu meringankan tahapan yang ada di Arab Saudi, hanya saja prosesnya masih membutuhkan kebiasaan, kecepatan, dan latihan, sehingga waktunya bisa lebih diperpendek.
"Hal itu, sesuatu yang biasa mendigitalkan dengan alat elektronik agar lebih akurat," kata Gubernur.
Menurut Gubernur, dengan alat tersebut jamaah kloter pertama saat pemeriksaan biometrik membutuhkan waktu dua hingga tujuh menit. Namun, pemeriksaan biometrik kloter berikutnya akan jauh lebih cepat karena petugas lebih mengetahui ritmenya.
"Dengan alat biometrik di embarkasi. ini, jadi pelayanan makin baik," kata Gubernur.
Rombongan kloter pertama yang sudah menjalani pemeriksaan dengan alat biometrik untuk identitas diri jamaah calon haji dengan kesesuaian retina mata dan sidik jari, baru sekitar 50 persen atau belum seluruhnya. Jamaah yang belum melakukan pemeriksaan biometrik akan dilakukan di Arab Saudi.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Subag Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkas Afief Mundzir, karena kendala waktu jadwal penerbangan sehingga jamaah yang menjalani sekitar 50 persen.
Menurut Afief Mundzir, karena biometrik alat baru sehingga pemeriksaan rombongan jamaah kloter pertama belum bisa mencapai 100 persen, dan masih membutuhkan kebiasaan.
Dia mengatakan untuk alokasi waktu tahapan pemeriksaan biometrik untuk jamaah satu kloter selama empat jam, jadi setiap calon haji membutuhkan waktu lima hingga tujuh menit. Namun, jamaah kloter pertama hanya 50 persen yang melajani pemeriksaan dengan 20 unit alat biometrik.
Kendati demikian, PPIH Embarkasi Surakarta menargetkan penerapan pemeriksaan alat biometrik dengan kesesuaian retina mata dan sidik jari tersebut pada rombongan jamaah berikutnya minimal empat sudah bisa mencapai 100 persen setiap kloternya.
Embarkasi Surakarta, Jawa Tengah, dijadikan tempat percontohan penerapan pemeriksaan biometrik atau identitas diri jamaah calon haji dengan kesesuaian retina mata dan sidik jari, penyelenggaraan haji di Indonesia.
Menurut Kepala Subag Humas PPIH Embarkasi Afief Mundzir dari 12 Embarkasi di Indonesia tiga yang sudah menerapkan pemeriksan biometrik ini, yakni Surakarta (Solo), Jakarta, dan Surabaya, tetapi Embarkasi Surakarta yang menjadi pilot project. Penyelenggaraan haji tahun sebelumnya pemeriksaan biometrik dilaksanakan di bandara kedatangan di Mekkah dan Jeddah, Arab Saudi, yang banyak memakan waktu lama karena kendala bahasa.
"Pelayanan akan lebih baik karena alat ini, biasa dilakukan di Arab Saudi ketika jamaah tiba di bandara setempat," kata Gubernur Ganjar Pranowo, usai melepas jamaah calon haji Kloter pertama asal Tegal Jateng, di Asrama Haji Donohudan Boyolali, Selasa.
Menurut Gubernur Ganjar Pranowo, jamaah calon haji yang sudah dicek dengan alat biometrik di embarkasi tersebut membantu meringankan tahapan yang ada di Arab Saudi, hanya saja prosesnya masih membutuhkan kebiasaan, kecepatan, dan latihan, sehingga waktunya bisa lebih diperpendek.
"Hal itu, sesuatu yang biasa mendigitalkan dengan alat elektronik agar lebih akurat," kata Gubernur.
Menurut Gubernur, dengan alat tersebut jamaah kloter pertama saat pemeriksaan biometrik membutuhkan waktu dua hingga tujuh menit. Namun, pemeriksaan biometrik kloter berikutnya akan jauh lebih cepat karena petugas lebih mengetahui ritmenya.
"Dengan alat biometrik di embarkasi. ini, jadi pelayanan makin baik," kata Gubernur.
Rombongan kloter pertama yang sudah menjalani pemeriksaan dengan alat biometrik untuk identitas diri jamaah calon haji dengan kesesuaian retina mata dan sidik jari, baru sekitar 50 persen atau belum seluruhnya. Jamaah yang belum melakukan pemeriksaan biometrik akan dilakukan di Arab Saudi.
Hal tersebut dibenarkan oleh Kepala Subag Humas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Embarkas Afief Mundzir, karena kendala waktu jadwal penerbangan sehingga jamaah yang menjalani sekitar 50 persen.
Menurut Afief Mundzir, karena biometrik alat baru sehingga pemeriksaan rombongan jamaah kloter pertama belum bisa mencapai 100 persen, dan masih membutuhkan kebiasaan.
Dia mengatakan untuk alokasi waktu tahapan pemeriksaan biometrik untuk jamaah satu kloter selama empat jam, jadi setiap calon haji membutuhkan waktu lima hingga tujuh menit. Namun, jamaah kloter pertama hanya 50 persen yang melajani pemeriksaan dengan 20 unit alat biometrik.
Kendati demikian, PPIH Embarkasi Surakarta menargetkan penerapan pemeriksaan alat biometrik dengan kesesuaian retina mata dan sidik jari tersebut pada rombongan jamaah berikutnya minimal empat sudah bisa mencapai 100 persen setiap kloternya.
Embarkasi Surakarta, Jawa Tengah, dijadikan tempat percontohan penerapan pemeriksaan biometrik atau identitas diri jamaah calon haji dengan kesesuaian retina mata dan sidik jari, penyelenggaraan haji di Indonesia.
Menurut Kepala Subag Humas PPIH Embarkasi Afief Mundzir dari 12 Embarkasi di Indonesia tiga yang sudah menerapkan pemeriksan biometrik ini, yakni Surakarta (Solo), Jakarta, dan Surabaya, tetapi Embarkasi Surakarta yang menjadi pilot project. Penyelenggaraan haji tahun sebelumnya pemeriksaan biometrik dilaksanakan di bandara kedatangan di Mekkah dan Jeddah, Arab Saudi, yang banyak memakan waktu lama karena kendala bahasa.