Hal itu dilakukan guna membendung serbuan lembaga pendidikan sejenis dari luar negeri pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan lewat berbagai pengadaan fasilitas dan perbaikan pendidikan, kata Direktur Akpelni Capt. Achmad Sulistyo,MM,M.Mar dalam keterangan tertulis yang diterima di Semarang, Jumat.
Ia mengungkapkan, pihaknya berupaya memenuhi implementasi Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW) Amandemen 2010 yang ditetapkan International Maritime Organization (IMO).
Selain itu, peraturan dalam negeri yang berasal dari Direktorat Jenderal (Ditjen) Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan tentang Petunjuk Teknis Penerbitan Pengesahan atau approval program diklat kepelautan pada lembaga diklat program pembentukan atau perguruan tinggi untuk mendapat sertifikat Ahli Nautika Tingkat III dan Ahli Teknika Tingkat III.
Ada delapan syarat yakni sarana prasarana, pendidikan dan tenaga pendidikan, pengelolaan pendidikan, pembiayaan pendidikan, kompetensi kelulusan, kurikulum, silabi dan bahan ajar, proses pelaksanaan diklat dan penilaian pendidikan. Untuk memenuhinya perlu biaya besar. Tapi dari dukungan Yayasan Wiyata Dharma, Akpelni sudah bergerak, katanya.
Salah satu pengembangan sarana prasarana misalnya, lanjutnya, dengan adanya lima buah simulator. Program studi Nautika terdiri dari simulator RADAR dan ARPA, simulator ECDIS (electronic chart display information system), simulator GMDSS (global maritime distress safety system).
Kalau program studi Teknika berupa full mission engine room simulator. Alhamdulilah, sudah approved Dirjen Perhubungan Laut sehingga Akpelni bisa melakukan beberapa keterampilan diklat dan menerbitkan sertikat sendiri, jelasnya.
Selain itu, Akpelni di bawah Yayasan Wiyata Dharma juga membangun gebung pembinaan karakter empat lantai yang bisa menampung 600 orang dan 10 kamar dosen.
Ini upaya penguatan untuk membentengi masuknya lembaga pendidikan sejenis dari luar negeri pada MEA tahun depan. Perlengkapan simulator bukan saja buat Akpelni, tapi juga untuk masyarakat pelaut yang perlu sertikat keterampilan mengingat waiting list di PIP (Politeknik Ilmu Pelayaran) Semarang cukup panjang, akunya.
Achmad pun berharap Akpelni bisa mencapai visinya, yakni tahun 2018 bisa menjadi pusat pelatihan dan pengembangan maritim yang diakui secara nasional, bahkan internasional. Untuk itu, implementasi standar manajemen ISO 9001:2008 yang akan berubah menjadi ISO 9001:2015 harus dipertahankan, katanya.
Akpelni sendiri sudah melakukan wisuda Perwira Remaja Pelayaran Niaga dan Diploma III ke- 38 tahun 2015 yang dilakukan kemarin pagi di kampusnya, Jalan Pawiyatan Luhur, Semarang. Di mana dalam wisuda ini 446 orang taruna taruni yang lulus.
Tapi tidak semua bisa hadir pada upacara wisuda karena ada yang sudah bekerja dan ada juga yang masih berada di atas kapal, imbuhnya.
Achmad merinci, sejauh ini Akpelni sudah melulusan 5503 orang. Rinciannya, 1932 dari program studi Nautika, 1794 dari program studi Teknika, dan 1777 jebolan program studi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan (KPNK).
Alumninya sudah tersebar kemana-mana sampai penjuru dunia. Bahkan ada yang bilang kalau lulusan Akpelni terkenal di luar negeri, katanya. *****