Batang (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, memasang alat sistem pendeteksi dini bencana (early warning system) di daerah rawan longsor di Desa Jolosekti, Kecamatan Tulis.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang, Ulul Azmi di Batang, Sabtu, mengatakan bahwa saat ini luasan tanah amblas di Desa Jolosekti semakin bertambah yaitu sudah mencapai 24,65 hektare.
"Berdasar kajian tim ESDM Jateng, disebutkan dalam radius tersebut, pada areal pertanian di kedalaman 30 meter seluas 35 hektare kondisinya sudah seperti bubur. Oleh karena, untuk antisipasi dan minimalisasi korban atas anomali longsor karena sesar minor maka kita pasang early warning system," katanya.
Baca juga: 199 desa di Banjarnegara ditargetkan dilengkapi sistem peringatan dini longsor
Baca juga: BMKG luncurkan inovasi peringatan dini potensi longsor
Ulul Azmi mengatakan alat sistem pendeteksi dini bencana ini sebagai sinyal untuk memberitahukan akan munculnya kejadian alam berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya.
Peringatan dini pada masyarakat atas bencana ini, kata dia, merupakan sebagai cara efektif untuk mencegah banyaknya jumlah korban jiwa dalam sebuah bencana.
"Kendati demikian, perlu diingat meski teknologi dan kajian ilmiah mampu menentukan potensi gempa dan longsor namun hingga kini sistem teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan bencana gempa dan lainnya akan terjadi," katanya.
Menurut dia, dengan alat sistem peringatan dini bencana ini diharapkan bisa meminimalisasi dampak dari bencana termasuk korban jiwa.
"Sesuai arahan tim EDSM, di area 24,65 hektare berupa lahan pertanian akan diubah menjadi lahan tanaman keras. Hal itu, untuk memperlambat bencana longsor," katanya.
Baca juga: Sejumlah titik di Pati perlu dilengkapi alat peringatan dini longsor
Baca juga: Alat deteksi dini tanah longsor dipasang di Sirongge Banjarnegara
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Batang, Ulul Azmi di Batang, Sabtu, mengatakan bahwa saat ini luasan tanah amblas di Desa Jolosekti semakin bertambah yaitu sudah mencapai 24,65 hektare.
"Berdasar kajian tim ESDM Jateng, disebutkan dalam radius tersebut, pada areal pertanian di kedalaman 30 meter seluas 35 hektare kondisinya sudah seperti bubur. Oleh karena, untuk antisipasi dan minimalisasi korban atas anomali longsor karena sesar minor maka kita pasang early warning system," katanya.
Baca juga: 199 desa di Banjarnegara ditargetkan dilengkapi sistem peringatan dini longsor
Baca juga: BMKG luncurkan inovasi peringatan dini potensi longsor
Ulul Azmi mengatakan alat sistem pendeteksi dini bencana ini sebagai sinyal untuk memberitahukan akan munculnya kejadian alam berupa bencana maupun tanda-tanda alam lainnya.
Peringatan dini pada masyarakat atas bencana ini, kata dia, merupakan sebagai cara efektif untuk mencegah banyaknya jumlah korban jiwa dalam sebuah bencana.
"Kendati demikian, perlu diingat meski teknologi dan kajian ilmiah mampu menentukan potensi gempa dan longsor namun hingga kini sistem teknologi belum mampu memprediksi dengan tepat dan akurat kapan bencana gempa dan lainnya akan terjadi," katanya.
Menurut dia, dengan alat sistem peringatan dini bencana ini diharapkan bisa meminimalisasi dampak dari bencana termasuk korban jiwa.
"Sesuai arahan tim EDSM, di area 24,65 hektare berupa lahan pertanian akan diubah menjadi lahan tanaman keras. Hal itu, untuk memperlambat bencana longsor," katanya.
Baca juga: Sejumlah titik di Pati perlu dilengkapi alat peringatan dini longsor
Baca juga: Alat deteksi dini tanah longsor dipasang di Sirongge Banjarnegara