KLG mengkirab Penghargaan Akademi Jakarta pada Festival Lima Gunung
Magelang (ANTARA) - Komunitas Lima Gunung (KLG) mengikutkan Penghargaan Akademi Jakarta yang baru saja diterima dari Akademi Jakarta pada kirab budaya puncak Festival Lima Gunung XXIII/2024 di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, yang akan diselenggarakan pada Minggu 29 September.
"Tanda terima kasih komunitas (Komunitas Lima Gunung), kami memutuskan untuk mengikutkan Penghargaan Akademi Jakarta dalam kirab puncak Festival Lima Gunung, besok (29/9)," kata Ketua Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Sujono di Magelang, Sabtu.
Komunitas berbasis seniman petani kawasan lima gunung yang mengelilingi Kabupaten Magelang yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh itu menerima anugerah kebudayaan pada 2024 itu dari Akademi Jakarta (AJ) pada 23 September.
Penghargaan berupa patung, piagam, dan natura itu, diserahkan oleh Anggota Pengurus AJ Zeffry Alkatiri kepada dua perwakilan yang juga tokoh pegiat KLG Endah Pertiwi dan Lyra de Blaw.
Ia mengatakan warga dusun lokasi festival telah menyiapkan ancak yang dihias dengan bahan alam pertanian setempat untuk tempat patung "Penghargaan Akademi Jakarta" yang akan dikirab. Patung berwarna kuning keemasan karya maestro pematung Indonesia, Dolorosa Sinaga, berupa sosok mendekati sempurna dengan tangan kanan menunjuk ke langit dan tangan kiri ke bumi.
Kirab budaya menjadi tradisi dalam puncak Festival Lima Gunung, diikuti para tokoh, pegiat, seniman petani komunitas yang didirikan budayawan Magelang Sutanto Mendut lebih dari 20 tahun itu. Kirab selalu dimulai mereka setelah waktu zuhur.
"Tradisi kirab dalam festival kami ini, bukan sekadar memperkuat kemeriahan acara puncak festival, tapi juga ungkapan syukur masyarakat desa dan gunung, dan simbol tolak bala, supaya kehidupan masyarakat desa ke depan terbebas marabahaya dan tercapai harapan-harapan baik," ujarnya didampingi Manajer Festival Lima Gunung Endah Pertiwi.
Komunitas Lima Gunung, ucapnya, tidak menduga penghargaan itu diperoleh dari Akademi Jakarta tahun ini, setelah lebih dari dua dasawarsa menjalani dan menghidupi berbagai aktivitas kesenian rakyat dan tradisi desa, serta mengeksplorasi nilai-nilai kehidupan dusun dan gunung, serta budaya pertanian, untuk penguatan peradaban desa dari berbagai tantangan perkembangan zaman.
"Komunitas Lima Gunung memberikan penghargaan juga kepada Akademi Jakarta dalam wujud kirab budaya festival kami tahun ini," katanya.
Festival Lima Gunung agenda kebudayaan setiap tahun diselenggarakan Komunitas Lima Gunung secara mandiri atau tanpa sponsor dengan lokasi berpindah-pindah di dusun-dusun basis komunitas itu di kawasan lima gunung Kabupaten Magelang.
Seluruh rangkaian festival tahun ini dengan tema "Wolak-Waliking Jaman Kelakone" berlangsung selama 17-29 September 2024 di sejumlah dusun dengan puncaknya di Dusun Keron. Tema itu sebagai respons Komunitas Lima Gunung terhadap dinamika perkembangan situasi kehidupan saat ini dan harapan keadaan yang menjadi lebih baik pada masa mendatang.
Sedikitnya 120 kelompok kesenian dengan total sekitar 2.000 personel, baik dari grup-grup seniman petani Komunitas Lima Gunung, desa-desa sekitar Keron dan luar Kabupaten Magelang, serta luar negeri, tercatat ikut festival dengan mementaskan, seperti tarian, musik, wayang, teater, pembacaan puisi, diskusi, performa seni, pameran foto, kirab budaya, dan pidato kebudayaan.
Budayawan Sutanto Mendut mengemukakan pentingnya kearifan sebagaimana menjadi jalan kebudayaan Komunitas Lima Gunung mendapatkan perhatian saksama khalayak elite supaya kebijakan dan keputusan publik mereka mendapat tempat bermakna.
"Berbagai hal tindakan dikerjakan dan dihadirkan (Komunitas) Lima Gunung selama ini dengan kearifan lokal masing-masing desa, sengaja atau tidak sengaja memberikan arti pentingnya pendidikan dan mendidik bangsa dan negara, dan tahun ini Akademi Jakarta mengkajinya untuk memberikan penghargaan itu," katanya.
Baca juga: "Kiai Kanjeng" sajikan "Komposisi Jalan Sunyi" di Festival Lima Gunung
"Tanda terima kasih komunitas (Komunitas Lima Gunung), kami memutuskan untuk mengikutkan Penghargaan Akademi Jakarta dalam kirab puncak Festival Lima Gunung, besok (29/9)," kata Ketua Komunitas Lima Gunung Kabupaten Magelang Sujono di Magelang, Sabtu.
Komunitas berbasis seniman petani kawasan lima gunung yang mengelilingi Kabupaten Magelang yakni Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh itu menerima anugerah kebudayaan pada 2024 itu dari Akademi Jakarta (AJ) pada 23 September.
Penghargaan berupa patung, piagam, dan natura itu, diserahkan oleh Anggota Pengurus AJ Zeffry Alkatiri kepada dua perwakilan yang juga tokoh pegiat KLG Endah Pertiwi dan Lyra de Blaw.
Ia mengatakan warga dusun lokasi festival telah menyiapkan ancak yang dihias dengan bahan alam pertanian setempat untuk tempat patung "Penghargaan Akademi Jakarta" yang akan dikirab. Patung berwarna kuning keemasan karya maestro pematung Indonesia, Dolorosa Sinaga, berupa sosok mendekati sempurna dengan tangan kanan menunjuk ke langit dan tangan kiri ke bumi.
Kirab budaya menjadi tradisi dalam puncak Festival Lima Gunung, diikuti para tokoh, pegiat, seniman petani komunitas yang didirikan budayawan Magelang Sutanto Mendut lebih dari 20 tahun itu. Kirab selalu dimulai mereka setelah waktu zuhur.
"Tradisi kirab dalam festival kami ini, bukan sekadar memperkuat kemeriahan acara puncak festival, tapi juga ungkapan syukur masyarakat desa dan gunung, dan simbol tolak bala, supaya kehidupan masyarakat desa ke depan terbebas marabahaya dan tercapai harapan-harapan baik," ujarnya didampingi Manajer Festival Lima Gunung Endah Pertiwi.
Komunitas Lima Gunung, ucapnya, tidak menduga penghargaan itu diperoleh dari Akademi Jakarta tahun ini, setelah lebih dari dua dasawarsa menjalani dan menghidupi berbagai aktivitas kesenian rakyat dan tradisi desa, serta mengeksplorasi nilai-nilai kehidupan dusun dan gunung, serta budaya pertanian, untuk penguatan peradaban desa dari berbagai tantangan perkembangan zaman.
"Komunitas Lima Gunung memberikan penghargaan juga kepada Akademi Jakarta dalam wujud kirab budaya festival kami tahun ini," katanya.
Festival Lima Gunung agenda kebudayaan setiap tahun diselenggarakan Komunitas Lima Gunung secara mandiri atau tanpa sponsor dengan lokasi berpindah-pindah di dusun-dusun basis komunitas itu di kawasan lima gunung Kabupaten Magelang.
Seluruh rangkaian festival tahun ini dengan tema "Wolak-Waliking Jaman Kelakone" berlangsung selama 17-29 September 2024 di sejumlah dusun dengan puncaknya di Dusun Keron. Tema itu sebagai respons Komunitas Lima Gunung terhadap dinamika perkembangan situasi kehidupan saat ini dan harapan keadaan yang menjadi lebih baik pada masa mendatang.
Sedikitnya 120 kelompok kesenian dengan total sekitar 2.000 personel, baik dari grup-grup seniman petani Komunitas Lima Gunung, desa-desa sekitar Keron dan luar Kabupaten Magelang, serta luar negeri, tercatat ikut festival dengan mementaskan, seperti tarian, musik, wayang, teater, pembacaan puisi, diskusi, performa seni, pameran foto, kirab budaya, dan pidato kebudayaan.
Budayawan Sutanto Mendut mengemukakan pentingnya kearifan sebagaimana menjadi jalan kebudayaan Komunitas Lima Gunung mendapatkan perhatian saksama khalayak elite supaya kebijakan dan keputusan publik mereka mendapat tempat bermakna.
"Berbagai hal tindakan dikerjakan dan dihadirkan (Komunitas) Lima Gunung selama ini dengan kearifan lokal masing-masing desa, sengaja atau tidak sengaja memberikan arti pentingnya pendidikan dan mendidik bangsa dan negara, dan tahun ini Akademi Jakarta mengkajinya untuk memberikan penghargaan itu," katanya.
Baca juga: "Kiai Kanjeng" sajikan "Komposisi Jalan Sunyi" di Festival Lima Gunung