Demak (ANTARA) - Mahasiswa Universitas Muria Kudus (UMK) yang melaksanakan kuliah kerja nyata (KKN) di Desa Pasir, Kabupaten Demak, memberikan pelatihan kepada warga setempat dalam mengolah limbah minyak goreng menjadi lilin aromaterapi.
Menurut Anggota KKN Regular Tim 57 UMK, Dana Mifkhakhun Nur Khasan di Demak, Minggu, gagasan untuk membuat pelatihan tersebut, karena di desa setempat merupakan penghasil bawang merah. Selain ada yang menjual dalam bentuk bawang merah hasil panen petani, sebagian juga ada yang diproses lagi menjadi barang jadi, seperti bawang goreng kemasan.
Banyaknya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang memproduksi bawang goreng maupun produk lain yang menghasilkan limbah minyak goreng atau jelantah, akhirnya muncul ide untuk melatih warga memanfaatkan limbah tersebut menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis.
Salah satunya, membuat lilin aromaterapi menggunakan limbah minyak goreng yang selama ini hanya dibuang dan berpotensi mencemari lingkungan.
Pelatihan yang digelar selama kegiatan KKN berlangsung bulan ini, kata dia, menggandeng ibu-ibu PKK desa setempat serta 11 mahasiswa KKN tim 57.
Hasilnya, imbuh dia, limbah minyak goreng tersebut bisa menjadi lilin aromaterapi sekaligus bisa dijual sebagai cenderamata.
Proses pembuatannya, kata dia, memang membutuhkan waktu, karena diawali dengan penjernihan limbah minyak goreng menggunakan arang kayu. Setelah didiamkan selama 24 jam minyak goreng menjadi lebih jernih.
Minyak goreng hasil penjernihan dimasukkan ke dalam panci ditambah bahan kimia stearic acid atau palm wax dengan perbandingan 1:1. Lantas diaduk hingga rata, kemudian ditambah pewarna dan aroma vanila atau pewangi jenis lainnya.
Semua bahan tersebut, kata dia, diaduk di atas api sampai mendidih. Kemudian, masukan ke dalam cetakan atau gelas kecil untuk pembuatan cenderamata yang sudah berisi benang ball yang diikat dengan tusuk gigi. Sedangkan proses berikutnya menunggu lilin tersebut mengeras dengan didiamkan selama 24 jam.
Sementara itu, Sri, salah satu anggota PKK Desa Pasir, Kecamatan Mijen mengaku senang bisa mengikuti pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari bahan limbah minyak goreng.
"Sebelumnya saya tidak pernah terpikir bahwa minyak jelantah bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai, apalagi lilin aromaterapi yang tidak hanya bermanfaat, tetapi juga bisa dijual sebagai produk unggulan," ujarnya.
Menurut dia, ide ini bisa menjadi salah satu solusi mengolah limbah rumah tangga secara kreatif. Tentunya sangat bermanfaat, baik dari sisi lingkungan maupun ekonomi.
"Selama ini minyak jelantah biasanya dibuang begitu saja, tetapi sekarang kami tahu bahwa minyak ini bisa diolah dan dimanfaatkan," ujar Ana, anggota PKK lainnya.