Boyolali (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menyebutkan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayahnya, sejak Januari hingga Maret 2024 tercatat mencapai 174 orang dan tiga di antaranya meninggal dunia.
"Kasus DBD di Boyolali 2024 tersebut menurun dibanding periode yang sama pada 2023, sebanyak 187 kasus dan lima diantaranya meninggal dunia," kata Kepala Dinkes Boyolali Puji Astuti di Boyolali, Kamis.
Puji Astuti mengatakan ada tiga kasus DBD yang meninggal dunia tahun ini, dan satu orang diantaranya, di Kecamatan Wonosamodro, satu di Teras, dan satu lainnya di Wonosegoro, tetapi sekarang ada penurunan kasus, sehingga kondisi belum terlalu membahayakan.
Kendati demikian, Dinkes Boyolali mengimbau tetap waspada melakukan pembersihan sarang nyamuk (PSN) dengan cara bersih-bersih secara serentak dalam satu lingkungan atau wilayah kecamatan, sehingga tidak hanya memindahkan nyamuk ke tempat yang lain.
Selain itu, pihaknya juga mengimbau masyarakat untuk menghindari tempat-tempat yang tergenang air, misalnya pot bunga, pelepah pohon pisang atau pohon rimbun-rimbun lainnya harus dikurangi. Karena, sekarang pada musim hujan, tetapi ada hari panasnya, sehingga memungkinkan nyamuk aedes aegypti berkembang-biak.
"Kami mengimbau masyarakat jangan cepat-cepat meminta fogging (pengasapan). Karena fogging itu dilakukan untuk daerah yang betul-betul menjadi fokus infeksi," katanya.
Jadi, jika ditemukan ada kasus dirawat di rumah sakit yang betul menderita DBD, akan dilakukan penyelidikan epidemiologi. Dari hasil surveilans nanti diketahui bahwa memang sumber penularan di situ atau mendapatkan dari tempat lain.
Hal tersebut dilihat dalam satu kasus dari 10 kasus DBD, menderita panas tanpa sebab, jika benar baru akan dilakukan kegiatan fogging.
Selain itu, kata dia, gerakan untuk melihat jentik yang ada di rumah harus dilakukan pada penampungan air. Angka beda jentik nyamuk harus lebih dari 95 persen, kalau memastikan bahwa tidak ada penyebaran atau pertumbuhan nyamuk demam berdarah di situ.
Pihaknya berharap masyarakat dapat meminta obat pembunuh jentik-jentik nyamuk atau abate di puskesmas terdekat. Abate diberikan secara gratis untuk masyarakat selama persediaan masih ada.
Menurut dia, jika ada anggota keluarga yang mengalami gejala mengarah ke demam berdarah sebaiknya segera diperiksakan ke dokter atau layanan kesehatan terdekat.
Dia menjelaskan keterlambatan penanganan gejala DBD dapat memicu terjadinya dengue shock syndrome (DSS) yang bisa menyebabkan kematian.
Baca juga: Kemenkes terjunkan tim peneliti jenis virus nyamuk DBD Jepara
Berita Terkait
Dinkes catat kasus penyakit DBD di Boyolali mulai berkurang
Kamis, 25 April 2024 8:46 Wib
Dinkes dukung BPJS Kesehatan Purwokerto dalam pencapaian KBK FKTP
Kamis, 28 Maret 2024 16:38 Wib
Dinkes Wonosobo antisipasi peredaran makanan tidak layak konsumsi
Kamis, 28 Maret 2024 8:51 Wib
Dinkes: Layanan bagi lansia bagian standar pelayanan minimal kesehatan
Selasa, 26 Maret 2024 19:55 Wib
Dinkes Boyolali sebut kasus DBD 2024 meningkat dibanding 2023
Selasa, 26 Maret 2024 11:33 Wib
Dinkes Temanggung minta warga tetap waspada DBD
Senin, 25 Maret 2024 18:48 Wib
Tren kasus DBD Boyolali 2024 terus menurun
Sabtu, 23 Maret 2024 17:07 Wib
Dinkes Jepara ajak masyarakat terapkan PHBS cegah BDB
Kamis, 21 Maret 2024 17:07 Wib