Kodim-Pemkab Purbalingga tanam 5.000 albasia di daerah rawan longsor
Purbalingga (ANTARA) - Komando Distrik Militer 0702/Purbalingga bersama Pemerintah Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, dan sejumlah pemangku kepentingan melakukan kegiatan reboisasi dengan menanam 5.000 bibit pohon albasia di daerah rawan longsor.
Kegiatan yang diinisiasi Komandan Kodim 0702/Purbalingga Letnan Kolonel Infanteri Dipo Sabungan Lumban Gaol itu dipusatkan di Dusun IV Sipetung, Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Kamis.
Dandim 0702/Purbalingga Letkol Inf Dipo Sabungan Lumban Gaol mengatakan pihaknya telah memetakan daerah rawan bencana di Kabupaten Purbalingga, salah satunya Desa Siwarak yang memiliki kondisi alam berupa perbukitan dengan ketinggian curam.
"Oleh karena itu perlu dilakukan reboisasi di lahan kosong untuk mencegah longsor dan menjaga keseimbangan alam," jelasnya.
Ia mengharapkan kegiatan reboisasi tersebut memberikan sejumlah manfaat, antara lain menjaga ketersediaan oksigen, menjaga ketersediaan air tanah agar tidak terjadi kekeringan saat kemarau, dan terjaganya populasi hewan di sekitarnya.
Terkait dengan hal itu, Dandim mengajak semua pihak yang terlibat dalam kegiatan reboisasi untuk aktif mengedukasi masyarakat agar kelestarian alam terutama keberadaan pepohonan tetap terjaga.
Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Purbalingga R Imam Wahyudi mengharapkan kegiatan reboisasi sebagai upaya pencegahan bencana tersebut dapat dilanjutkan oleh masyarakat.
Selain mencegah bencana, kata dia, kegiatan reboisasi tersebut juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk turut mencegah tanah longsor.
"Apa yang dilakukan hari ini (23/2) perlu ada keberlanjutan dari masyarakat yang difasilitasi oleh stakeholder (pemangku kepentingan, red.). Terlebih lahan perbukitan di dusun ini umumnya dijadikan sebagai perkebunan nanas," katanya.
Dengan demikian, kata dia, tanaman nanas tersebut tentunya tidak bisa memperkuat tanah agar tidak longsor, sehingga perlu adanya tanaman keras untuk mencegah longsor.
Dalam hal ini, reboisasi tersebut dilakukan di bekas lokasi longsor yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 yang mengakibatkan sejumlah keluarga harus mengungsi ke tempat yang aman untuk sementara waktu meskipun kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
Tim Geologi Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang melakukan kajian di lokasi longsor tersebut merekomendasikan untuk dilakukan reboisasi. *
Baca juga: Kodim Wonosobo bersama Perhutani lakukan penghijauan
Kegiatan yang diinisiasi Komandan Kodim 0702/Purbalingga Letnan Kolonel Infanteri Dipo Sabungan Lumban Gaol itu dipusatkan di Dusun IV Sipetung, Desa Siwarak, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Kamis.
Dandim 0702/Purbalingga Letkol Inf Dipo Sabungan Lumban Gaol mengatakan pihaknya telah memetakan daerah rawan bencana di Kabupaten Purbalingga, salah satunya Desa Siwarak yang memiliki kondisi alam berupa perbukitan dengan ketinggian curam.
"Oleh karena itu perlu dilakukan reboisasi di lahan kosong untuk mencegah longsor dan menjaga keseimbangan alam," jelasnya.
Ia mengharapkan kegiatan reboisasi tersebut memberikan sejumlah manfaat, antara lain menjaga ketersediaan oksigen, menjaga ketersediaan air tanah agar tidak terjadi kekeringan saat kemarau, dan terjaganya populasi hewan di sekitarnya.
Terkait dengan hal itu, Dandim mengajak semua pihak yang terlibat dalam kegiatan reboisasi untuk aktif mengedukasi masyarakat agar kelestarian alam terutama keberadaan pepohonan tetap terjaga.
Sementara itu, Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretaris Daerah Purbalingga R Imam Wahyudi mengharapkan kegiatan reboisasi sebagai upaya pencegahan bencana tersebut dapat dilanjutkan oleh masyarakat.
Selain mencegah bencana, kata dia, kegiatan reboisasi tersebut juga sebagai sarana edukasi bagi masyarakat untuk turut mencegah tanah longsor.
"Apa yang dilakukan hari ini (23/2) perlu ada keberlanjutan dari masyarakat yang difasilitasi oleh stakeholder (pemangku kepentingan, red.). Terlebih lahan perbukitan di dusun ini umumnya dijadikan sebagai perkebunan nanas," katanya.
Dengan demikian, kata dia, tanaman nanas tersebut tentunya tidak bisa memperkuat tanah agar tidak longsor, sehingga perlu adanya tanaman keras untuk mencegah longsor.
Dalam hal ini, reboisasi tersebut dilakukan di bekas lokasi longsor yang terjadi pada tanggal 25 Oktober 2022 yang mengakibatkan sejumlah keluarga harus mengungsi ke tempat yang aman untuk sementara waktu meskipun kejadian tersebut tidak menimbulkan korban jiwa.
Tim Geologi Fakultas Teknik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto yang melakukan kajian di lokasi longsor tersebut merekomendasikan untuk dilakukan reboisasi. *
Baca juga: Kodim Wonosobo bersama Perhutani lakukan penghijauan