Purwokerto (ANTARA) - Mengubah hama menjadi bahan yang bermanfaat dan bernilai ekonomi, itulah yang menjadi ide awal usulan program Kedaireka Kemenristekdikti yang diketuai Juli Rochmijati Wuliandari, M.Sc. Ph.D.
Peneliti dari Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) ini menaruh perhatian yang cukup serius berkait dengan ulat sutera dan budi dayanya untuk diolah menjadi bahan pembuatan benang sutera agar dapat dikembangkan menjadi lebih potensial.
Juli bersama timnya yang terdiri atas Dr. Dini Siswani Mulia, S.Pi., M.Si., Listika Yusi Risnani, S.Pd., M.Pd., Hamami Alfasani Dewanto, S.Si., M.Si, Dra. Eko Sri Israhayu, M.Hum., dan Watemin, S.P., M.P. berhasil memperoleh pendanaan program matching fund Kedaireka Kemenristekdikti tahun 2022.
Program yang dilaksanakan berupa kegiatan penelitian berjudul "Strategi Pengembangan Agrobisnis dan Produksi Kain Tenun Berbahan Sutera Attakas (Attacus atlas) di Kabupaten Banyumas".
"Attacus atlas (attakas) adalah ngengat sutera liar yang secara alami membuat kepompong berwarna cokelat. Ngengat ini banyak ditemukan di banyak daerah di Indonesia. Namun larva atau ulatnya dianggap mengganggu tanaman dan menjadi sasaran pengendalian hama pertanian," kata Juli Rohmijati saat ditemui dalam persiapan pelaksanaan program penelitiannya.
Namun jika dilihat dari perspektif yang berbeda, kata dia, dengan menerapkan teknologi dan pengetahuan yang sesuai, ulat sutera liar yang semula dianggap sebagai hama dapat diubah menjadi bahan yang bermanfaat dan berpotensi dikembangkan menjadi komoditas unik dan bernilai ekonomi tinggi dalam industri kreatif.
Penerapan hasil penelitian
Program Matching Fund Kedaireka yang dimenangi Juli bersama timnya selain melaksanakan kegiatan penelitian juga melaksanakan kegiatan pelatihan untuk memberikan kompetensi menenun bagi masyarakat pengrajin budi daya sutera Attakas di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas.
Hal yang menjadi alasan Juli melaksanakan kegiatan penelitian sekaligus pelatihan adalah karena dia ingin dapat mengimplementasikan hasil penelitian sebelumnya dan memberi dampak positif bagi masyarakat.
Baca juga: 106 lulusan Teknik Laboratorium Medik UMP ikuti sumpah profesi
Dia mengetahui bahwa penelitian berkait dengan ulat sutera telah dilakukan sejumlah peneliti. Tetapi dia belum melihat pengembangan lebih lanjut hasil penelitian yang berdampak positif bagi masyarakat.
"Ada beberapa hal yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan ini," ujar Juli.
Menurut dia, masalah utama yang menjadi penghalang pertumbuhan sektor ini adalah ketidaktersediaan bibit ulat sutera (eggs production) dan tidak adanya dukungan pelatihan dan bimbingan teknik budi dayanya (sericulture) serta teknik pemintalan benang (filatur).
Oleh karena permasalahan tersebut, maka program strategi pengembangan agrobisnis dan produksi kain tenun sutera attakas (Attacus atlas) di Kabupaten Banyumas perlu dilakukan.
Peneliti yang merupakan ahli struktur hewan tersebut, menyampaikan sejumlah cara yang dapat ditempuh untuk pengembangan agrobisnis produksi kain tenun sutera.
Cara yang pertama, membangun mini-plant budi daya ulat sutera attakas sebagai fasilitas transfer skill dan knowledge. Kedua, mempelajari metode dan teknik pembibitan (eggs production).
Baca juga: Banyumas Institute UMP bedah sejarah Kota Purwokerto
Ketiga, budi daya tanaman pakan (morikultur), budi daya ulat sutera attakas (serikultur). Keempat, teknik pengolahan kokon (filatur) sebagai teknologi tepat guna. Kelima, sebagai solusi masalah kesinambungan suplai bahan baku di kalangan industri.
Dalam melaksanakan program Matching Fund Kedaireka ini, selain mendapat dukungan dari tim, Juli juga melibatkan sejumlah mahasiswa. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan dapat meningkatkan wawasan pengetahuan mereka berkait dengan budi daya sutera liar dan pemanfaatannya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat.
Keunggulan dari program ini adalah dapat menjadi fasilitas pembelajaran untuk meningkatkan keselarasan pengajaran dan pelatihan budi daya sutera-liar antara mahasiswa, usahawan muda, maupun masyarakat dengan kebutuhan pengrajin tenun dan industri persuteraan.
Pelaksanaan program ini dapat meningkatkan pemahaman tentang pentingnya budi daya ulat sutera Attakas, konservasi dan bagi masyarakat pedesaan berpotensi sebagai alternatif pemulihan ekonomi kerakyatan yang terpuruk akibat krisis COVID-19.
Baca juga: UMP jalin kolaborasi dengan Rumah Mocaf Banjarnegara
Program Berkolaborasi dengan beberapa program studi lain dan aktif melibatkan mahasiswa. Penerima manfaat adalah masyarakat kelompok tenun kain lurik Tangeran, Banyumas.
Tahapan pelaksanaan
Kaitannya dengan budi daya sutera liar, Juli Rohmijati menjelaskan beberapa tahapan yang harus dilalui. Tahapan yang dimaksud adalah mini-plant budi daya tanaman pakan ulat sutera Attakas, mini-plant pembibitan ulat sutera Attakas F3, mini-plant domestikasi ulat sutera Attakas outdoor di bawah perlindungan jaring nilon dan mini-plant produksi benang pintal sutera attakas melalui teknik degumming, carding dan spinning.
"Pada awalnya, sebenarnya kami ingin mengembangkan budi daya sutera murbai. Budi daya ini sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Kemudian kami berkenalan dengan ahli sutera liar, sehingga kami beralih ke sutera liar," kata Juli.
Berdasarkan penelitian tentang sutera liar yang sudah dilaksanakan, kata dia, pihaknya memperoleh data-data yang sangat penting, yakni rendahnya daya hidup yang dimiliki sutera liar.
Baca juga: Wabup Banyumas bangga menjadi alumni UMP
Dalam hal ini, seekor kupu-kupu sekali bertelur bisa sampai 200 butir. Dari sejumlah telur yang ditetaskan, hanya 20 persen yang dapat hidup. Pada saat 20 persen jadi ulat, akan diincar oleh para predator di antaranya burung, lebah, dan kadal.
"Jadi ngengat sutera liar itu daya hidupnya rendah. Yang kemudian dilakukan adalah upaya meningkatkan daya hidupnya, supaya tidak hanya 20 persen. Teknik peningkatan daya hidup yang dilakukan adalah dengan cara memelihara ulat-ulat tersebut," jelasnya.
Lebih lanjut, Juli mengatakan bahwa dalam perkembangannya ulat-ulat tersebut mengalami instar (kulitnya mengelupas) atau bahasa jawanya ngelungsumi. Ulat-ulat tersebut sebelum menjadi kupu-kupu mengalami instar hingga 6 kali.
Instar 1 hingga 3 dipelihara di dalam ruangan. Instar 4-6 di luar ruangan. Pada saat pemeliharaan di luar ruangan diberi sungkup (pelindung) supaya tidak dimakan burung dan lebah.
Pemeliharaan di luar ruangan dilakukan sampai menjadi kokon (kepompong). Proses dari telur menjadi kokon, kira-kira 1 bulan. Kokon yang dihasilkan ada yang berwarna cokelat dan ada yang berwarna kuning.
Yang cokelat disebut sutera Atakas, yang kuning disebut sutera emas. Pembibitan dilakukan di UMP, pemeliharaan industrinya dilakukan di desa Tanggeran Somagede, Banyumas.
Baca juga: Pasangan suami-istri ini jalani wisuda bareng di UMP
Tim Macthing Fund Kedaireka yang memiliki target menghasilkan benang sutera ini berharap hasil budi daya yang dilakukan akan dapat memberikan dampak kesejahteraan bagi masyarakat.
Oleh karena itu telah disiapkan narasumber profesional yang ahli di bidang penenunan/pemintalan benang untuk memberikan keterampilan menenun pada pengrajin sutera di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Banyumas.
Setiap peserta pelatihan dilatih cara mengoperasikan spinning machine (alat pemintal ), dan ditraining dari awal penyiapan bahan, penggunaan mesin, dan cara penanganan benang di dalam mesin skein dan pengepakan serta cara penimbangan dan penentuan mutu dan ukuran benang.
Setelah selesai pelatihan diharapkan peserta menjadi calon pemintal di usaha pemintalan di Banyumas dan dapat menghasilkan karya-karya unik dari kain sutera yang diproduksi.
Kesiapan pasar
Saat ditemui di rumahnya, Juli mengaku optimistis jika budi daya sutera liar yang menghasilkan kain sutera memiliki prospek sangat baik. Dia pun tidak khawatir dalam memasarkan produk jika program yang dilaksanakan dapat berjalan dengan baik, karena sudah ada perusahaan mitra yang bekerja sama dan siap membeli produk yang dihasilkan.
Baca juga: Mahasiswa Prodi Pendidikan Geografi UMP juara desain peta internasional
Bahkan, supaya menghasilkan produk yang memiliki kualitas sesuai standard perusahaan, pihak perusahaan telah bersedia untuk mendatangkan pelatih yang ahli.
Perusahaan yang akan menjadi nara sumber dan pelatih dari pelatihan pemintalan adalah perusahaan yang merupakan calon pembeli produk yaitu PT Milangkori Persada di Yogyakarta. Perusahaan telah memulai kegiatan produksi dimulai pada 1 Juni 1999 dengan membuat Yayasan Royal Silk dengan pasar utama adalah ekspor ke Jepang.
Untuk mencapai tujuan itu, perajin Yarsilk dibimbing tim ahli dari Jepang mulai dari riset hingga pembuatan benang. Kini Yarsilk telah mempunyai ruang pamer di Tokyo, Jepang.
PT Milangkori telah berkomitmen untuk bekerja sama menjadi pembeli secara kontinyu berapapun produksi benang yg dihasilkan maupun kerja sama pengembangan teknik dan inovasi produk.
Salah seorang profesional pemintalan benang dari PT Milangkori, Muhammad Akib membenarkan hal tersebut. Menurutnya, PT Milangkori sudah siap menerima produk benang dan kain sutera dari program Matching Fund Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hal yang menjadi alasan perusahaan menerima produk karena kain sutera memiliki keunggulan.
"Keunggulan kain sutera liar dari sutera biasa, pertama, pori-pori pada inti seratnya banyak sekali. Berarti dia bisa menyimpan air dan udara lebih banyak. Pada saat lembab, ia bersifat menyerap. Pada saat kering ia melepaskan, maka kain sutera yang kita pakai terasa dingin," katanya.
Selain itu, kata dia, kain sutera liar punya sifat antibakteri dan secara natural sudah berwarna, tidak memakai zat-zat kimia yang berbahaya, sehingga dipakai lebih sehat.
Yang cukup menarik bahwa budi daya sutera liar ini bisa dikembangkan dari hama menjadi berguna. Oleh karena punya nilai ekonomi usaha ini bisa menggerakkan ekonomi rakyat kecil.
"Kegiatan kemitraan ini semoga menjadi upaya konkret untuk mewujudkan ketahanan sandang, green economy dan sahabat lingkungan," kata Akib.
Baca juga: Mahasiswa UMP jadi finalis Pilmapres Tingkat Nasional Tahun 2022
Baca juga: Mahasiswa Farmasi UMP bikin jamu oles dari daun kersen