"Saat ini yang sedang digencarkan pemerintah, baik pusat, provinsi maupun kabupaten/kota adalah vaksinasi COVID-19 yang belum serta merta diterima oleh masyarakat secara keseluruhan. Masih ada masyarakat yang enggan, ragu atau takut, bahkan yang paling ngeri adalah menolak vaksin," kata Taj Yasin Maimoen di Semarang, Jumat.
Selain itu, lanjut dia, mereka cenderung lebih memperhatikan sejumlah kasus yang muncul di media massa, yang diduga terkait dengan vaksinasi, padahal belum tentu kasus tersebut sebagai kejadian ikutan pascaimunisasi.
Baca juga: Hasil uji praklinik pertama vaksin Unair diklaim menjanjikan
Baca juga: WHO: Saat ini tidak perlu suntikan ketiga vaksin COVID
Oleh karena itu, ia berharap mahasiswa memiliki inovasi untuk mengatasi berbagai persoalan terkait vaksinasi, misalnya pusat data yang memuat catatan medis masyarakat, yang nantinya bisa menjadi acuan tim medis untuk memutuskan, apakah berdasarkan riwayat kesehatan tersebut seseorang bisa dilakukan tindakan vaksinasi.
Data tersebut juga untuk mengantisipasi jika ada peserta vaksinasi yang memberikan data tidak benar, khususnya menyangkut penyakit komorbid yang mungkin diderita, sebab saat ini skrining vaksinasi dilakukan manual melalui wawancara dengan peserta vaksinasi.
Jika mahasiswa memiliki inovasi semacam itu, kata Gus Yasin, dampak negatif vaksinasi atau KIPI dapat diminimalisasi, dan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi juga akan meningkat.(LHP)