Solo (ANTARA) - Masa pandemi COVID-19 memberikan dampak penjualan hio atau dupa pada saat Imlek laku keras karena banyak orang yang menggunakannya untuk sembahyang.
"Yang paling laku hio, karena bencana banyak jadi yang pakai dupa juga banyak," kata salah satu pedagang pernak-pernik Imlek Giarsiadi Wijaya di Pasar Gede Solo, Jumat.
Ia mengatakan faktor bencana cukup berdampak pada penjualan hio karena makin banyak orang yang membutuhkannya sebagai perlengkapan sembahyang agar segera terhindar dari bencana tersebut.
"Dari seminggu yang lalu permintaan terus mengalami kenaikan, saya sudah jual lebih dari 100 pak. Puncaknya kemarin, saya pikir pandemi tidak ada yang beli ternyata permintaan tetap banyak. Tetapi memang acara kumpul-kumpul 'nggak' ada," katanya.
Baca juga: Pandemi, perayaan Imlek bersama di Kelenteng Cahaya Sakti Temanggung ditiadakan
Meski mengalami kenaikan permintaan, ia mengaku tidak menaikkan harga jual. Untuk harga jual hio sendiri mulai dari Rp10.000-50.000.
Selain hio, dikatakannya, kue keranjang juga masih diminati oleh masyarakat yang merayakan Imlek. Bahkan, ia sudah menjual sekitar 1 ton sejak satu minggu yang lalu. Selain itu, beberapa kebutuhan Imlek yang dicari oleh konsumen di antaranya manisan buah, lampion, dan pernak-pernik Imlek.
Pedagang lain Jefry mengatakan sejak datangnya pandemi COVID-19, permintaan hio selalu ada setiap harinya.
"Hionya agak tambah banyak karena bencana banyak. Yang pakai dupa lebih banyak, kalau ada bencana ya setiap hari pakai," katanya.
Untuk harga hio yang paling diminati konsumen di kisaran Rp10.000-15.000. Selain itu, perlengkapan sembahyang lain juga banyak diminati, di antaranya lilin serta aneka kue dan buah untuk persembahan dewa.
"Untuk berbagai perlengkapan ini saya dipasok dari Jakarta," katanya.
Baca juga: Klenteng Tien Kok Sie tak libatkan umat pada ritual Imlek tahun ini
Baca juga: Gubernur Ganjar sepakat tak ada libur Imlek cegah lonjakan kasus COVID-19