"Jangan semuanya disikapi seolah normal, karena kondisi saat ini darurat," kata Haedar kepada wartawan di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan masih ada kecenderungan sebagian umat yang ingin shalat berjamaah di masjid, termasuk saat Ramadhan tiba. Semestinya umat Islam berpikir dan bertindak dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas, lebih-lebih di kala darurat.
Haedar mencontohkan apa yang terjadi di Amerika Serikat menunjukkan corona tidak bisa diremehkan. Di negara yang maju itu wabah COVID-19 melanda sangat dahsyat dan mencatatkan salah satu negara dengan angka terbesar korban meninggal.
Ketum Muhammadiyah mengingatkan jangan menyepelekan wabah tersebut. Meski angka penderita COVID-19 saat ini belum sebanyak negara lain, tetapi sebaiknya Indonesia tetap waspada dan melakukan pencegahan jangan sampai ada ledakan jumlah positif corona.
"Ini bukan soal takut atau berani hadapi wabah, tetapi soal ikhtiar yang dari segi agama maupun ilmu dibenarkan untuk usaha mencegah datangnya wabah agar tidak semakin luas," katanya.
Dia mengingatkan bahwa pilihan ibadah di rumah sudah berlaku di seluruh dunia Islam. Masjdil Haram dan Masjid Nabawi di Arab Saudi saja tidak dipakai untuk jumatan dan tarawih.
Baca juga: Said Aqil Siroj imbau masyarakat Shalat Tarawih di rumah
"Ingat, Nabi hanya satu kali tarawih di masjid. Allah menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan dalam beragama. Kenapa begitu ngotot tarawih berjamaah harus di masjid dalam suasana saat wabah meluas?," kata dia.
Baca juga: Kemenag: Ramadhan di rumah tidak mengurangi kualitas ibadah
Terlebih dalam keadaan darurat, kata dia, semestinya umat Islam mau mengikuti mayoritas pandangan bahwa selama masa pandemi corona ibadah dilakukan di rumah dengan khusyuk dan berjamaah dengan anggota keluarga.
Baca juga: Hindari corona, Masjid Al Aqsa tak akan dibuka untuk tarawih
Allah dan Nabi, kata dia, memberi jalan keluar dari kesulitan atau kedaruratan. Wabah kali ini bukan sekadar menyangkut satu pribadi tetapi terkait orang banyak dan menjadi pandemi.
"Bukankah Nabi mengingatkan 'la dharara wa la dhirara', jangan berbuat yang menyebabkan kerusakan untuk diri sendiri dan bagi orang lain. Mestinya dalam situasi darurat wabah yang mengglobal ini janganlah beragama dengan maunya sendiri-sendiri, ikutilah pendapat mayoritas yang dasarnya kuat dari Al Quran dan As Sunnah serta konteks situasi darurat umat manusia sedunia yang tengah dihadapi," kata dia.