Purwokerto (ANTARA) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir membekali belasan mahasiswa internasional Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, dengan wawasan tentang kemuhammadiyahan.
Pembekalan tersebut diberikan Prof. Haedar saat menerima kunjungan 11 mahasiswa internasional UMP dari berbagai negara yang didampingi Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep., Wakil Rektor I Ir. Aman Suyadi, M.P., Wakil Rektor II Drs. Ikhsan Mujahid, M.Si., dan sejumlah Kepala Biro di Aula Kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Jumat.
Dalam sambutannya, Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso, S.Kp., Ns., M.Kep. mengatakan beberapa mahasiswa internasional yang kuliah di UMP itu mendapatkan beasiswa dan ada pula yang berbiaya sendiri.
"Kami siapkan mahasiswa itu sebelum masuk dan di awal-awal itu dengan BIPA, perkuliahan dengan bahasa Indonesia, dan juga tentang kultur di Indonesia supaya mereka beradaptasi dengan baik di Purwokerto," katanya.
Ia pun menceritakan kisah lucu karena ada mahasiswa yang berasal dari Thailand tetapi pintar berbahasa Indonesia dan fasih berbahasa Jawa dialek Banyumas.
"Ngapak-nya (bahasa Jawa Banyumasan, red.) mahir sekali karena mereka dilepas ke masyarakat, kos-kosan seperti itu. Sebagian ada di asrama dan sebagian ada di kos-kosan," jelas Rektor.
Sementara saat memberi pembekalan bagi mahasiswa internasional UMP, Ketum PP Muhammadiyah Prof. Haedar Nashir menceritakan sejarah dan perkembangan Muhammadiyah.
Ia juga menyarankan Rektor UMP untuk mengajak mahasiswa internasional datang ke Papua agar bisa lebih tahu mengenai peranan Muhammadiyah dalam memberdayakan masyarakat setempat.
"Di sana (Papua, red.) Muhammadiyah minoritas, Islam minoritas, tetapi kami membangun sekolah, membangun rumah sakit, membangun pendidikan tinggi tanpa berpikir tentang bagaimana orang untuk pindah agama, itu adalah pilihan," jelasnya.
Menurut dia, hal itu menunjukkan bahwa Muhammadiyah memraktikkan ajaran dalam Al Quran khususnya Surat Al Hujurat ayat 13.
Bahkan, kata dia, hal itu juga dilakukan oleh Muhammadiyah dalam konteks global dengan mendirikan sekolah Muhammadiyah di sejumlah negara termasuk Universitas Muhammadiyah di Malaysia.
"Di Libanon, kami bikin dua sekolah madrasah untuk pengungsi Palestina, anak-anak Palestina. Itu cara kami untuk membuktikan bahwa Islam adalah rahmatan lil alamin," kata Prof. Haedar.