Kerajinan kursi limbah tong makin diminati di Solo
Solo (ANTARA) - Seorang perajin dengan memanfaatkan limbah tong bekas tempat obat-obatan menjadi kursi yang cantik dan mempunyai nilai jual tinggi, di Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres Kota Solo.
Seorang perajin kursi unik "Tong Arsya", Syafiq Tamam Sildjian (29), di Jagalan Solo, Kamis, mengatakan kursi buatannya memang unik dengan memanfaatkan limbah tempat obat yang dibuat dari perusahaan-perusahaan farmasi di Solo dan sekitar.
Namun, kata Syafiq, limbah tong bekas tempat obat itu, dengan ide kreatif memoles menjadi kursi yang indah dan cantik yang diminati banyak konsumen terutama di cafe-cafe dan restoran di berbagai daerah.
Syafiq mengatakan bisnisnya tersebut berawal dari mencoba-coba memanfaatkan tong bekas tempat obat dengan dihiasi gambar bahan MMT reklame, busa, kayu, kain sofa dan lem, jadilah kursi yang cantik dan ternyata banyak peminatnya.
"Awalnya saya membuat kursi dari limbah ini, hanya lima buah pada 2017, dan ternyata banyak peminatnya, sehingga pesanan terus berdatangan melalui media online," katanya.
Menurut dia, membuat kursi tersebut dengan dibantu dua orang tenaga kerja, dan kemapuan produksi rata-rata mencapai 50 hingga 100 buah per minggu. Hal ini, tergatung dari permintaan pesanan konsumen.
Selain itu, kerajinan kursi buatannya tersebut dijual sangat terjangkau mulai dari harga Rp30.000 per buah hingga Rp125.000 per buah, sedangkan untuk mejanya hanya dijual Rp170.000 per buah.
Bahkan, konsumen bisa membeli per set yang terdiri dari satu meja dan dua kursi dijual Rp385 ribu per set ukuran panjang dan Rp350 ribu per set ukuran pendek.
"Soal desain kursi bisa dipesan sesuai selera atau permintaan konsumen," kata Syafiq yang mengaku lulusan Fakultas Publisistik Jurusan Ilmu Komunikasi UNS Surakarta, pada 2012 itu.
Baca juga: PMI Kota Magelang Gelar Lomba Lukis Tong Sampah
Menurut dia, jika pesanan lagi banyak bisa menjual hingga 500 buah per bulan, tetapi kondisi pasar sedang sepi paling permintaan konsumen hanya sekitar 300 buah per bulan.
"Konsumen bisa datang dari daerah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan. Pelanggan kebanyakan dari cafe-cafe dan restoran di provinsi itu," katanya.
Menyinggung soal bahan baku untuk membuat kerajinan kursi buatannya, kata dia, cukup mudah limbah tong mengambil atau pesan dari perusahaan farmasi seperti PT Konimex di Sukoharjo, dan perusahaan YK Triyan di Karanganyar. Sedangkan, bahan baku lainnya seperti lem, kain sofa, busa, lem, kayu dan MMT dapat di cari di Solo.
Menurut dia, dengan bisnis kerajinan kreatif dengan memanfaatkan limbah tong tersebut, nilai jual menjadi tinggi, dan penghasilan rata-rata minimal Rp6 juta hingga Rp7 juta per bulan.
Limbah tong bekas tempat obat, sebelumnya hanya untuk mainan anak-anak, tetapi dengan polesan ide kreatif sekarang menjadi barang yang bernilai.
Baca juga: Mahasiswa UM Surabaya Buat Tong Sampah bisa Menutup dan Membuka Otomatis
Seorang perajin kursi unik "Tong Arsya", Syafiq Tamam Sildjian (29), di Jagalan Solo, Kamis, mengatakan kursi buatannya memang unik dengan memanfaatkan limbah tempat obat yang dibuat dari perusahaan-perusahaan farmasi di Solo dan sekitar.
Namun, kata Syafiq, limbah tong bekas tempat obat itu, dengan ide kreatif memoles menjadi kursi yang indah dan cantik yang diminati banyak konsumen terutama di cafe-cafe dan restoran di berbagai daerah.
Syafiq mengatakan bisnisnya tersebut berawal dari mencoba-coba memanfaatkan tong bekas tempat obat dengan dihiasi gambar bahan MMT reklame, busa, kayu, kain sofa dan lem, jadilah kursi yang cantik dan ternyata banyak peminatnya.
"Awalnya saya membuat kursi dari limbah ini, hanya lima buah pada 2017, dan ternyata banyak peminatnya, sehingga pesanan terus berdatangan melalui media online," katanya.
Menurut dia, membuat kursi tersebut dengan dibantu dua orang tenaga kerja, dan kemapuan produksi rata-rata mencapai 50 hingga 100 buah per minggu. Hal ini, tergatung dari permintaan pesanan konsumen.
Selain itu, kerajinan kursi buatannya tersebut dijual sangat terjangkau mulai dari harga Rp30.000 per buah hingga Rp125.000 per buah, sedangkan untuk mejanya hanya dijual Rp170.000 per buah.
Bahkan, konsumen bisa membeli per set yang terdiri dari satu meja dan dua kursi dijual Rp385 ribu per set ukuran panjang dan Rp350 ribu per set ukuran pendek.
"Soal desain kursi bisa dipesan sesuai selera atau permintaan konsumen," kata Syafiq yang mengaku lulusan Fakultas Publisistik Jurusan Ilmu Komunikasi UNS Surakarta, pada 2012 itu.
Baca juga: PMI Kota Magelang Gelar Lomba Lukis Tong Sampah
Menurut dia, jika pesanan lagi banyak bisa menjual hingga 500 buah per bulan, tetapi kondisi pasar sedang sepi paling permintaan konsumen hanya sekitar 300 buah per bulan.
"Konsumen bisa datang dari daerah Jawa Timur, Jawa Barat, dan Kalimantan. Pelanggan kebanyakan dari cafe-cafe dan restoran di provinsi itu," katanya.
Menyinggung soal bahan baku untuk membuat kerajinan kursi buatannya, kata dia, cukup mudah limbah tong mengambil atau pesan dari perusahaan farmasi seperti PT Konimex di Sukoharjo, dan perusahaan YK Triyan di Karanganyar. Sedangkan, bahan baku lainnya seperti lem, kain sofa, busa, lem, kayu dan MMT dapat di cari di Solo.
Menurut dia, dengan bisnis kerajinan kreatif dengan memanfaatkan limbah tong tersebut, nilai jual menjadi tinggi, dan penghasilan rata-rata minimal Rp6 juta hingga Rp7 juta per bulan.
Limbah tong bekas tempat obat, sebelumnya hanya untuk mainan anak-anak, tetapi dengan polesan ide kreatif sekarang menjadi barang yang bernilai.
Baca juga: Mahasiswa UM Surabaya Buat Tong Sampah bisa Menutup dan Membuka Otomatis