Jakarta, ANTARA JATENG - Pesawat angkut berat militer buatan Airbus Defence, Airbus A400M Atlas, milik Angkatan Udara Kerajaan Inggris, hadir di apron Pangkalan Udara Utama TNI AU Halim Perdanakusuma. Senin ini, jurnalis diberi kesempatan melihat langsung seluruh bagian pesawat transport berat yang ditawarkan juga kepada TNI AU sebagai komplemen dari armada C-130 Hercules yang sudah ada di Skuadron Udara 31 dan Skuadron Udara 32 TNI AU.
A400M Atlas bernomor registrasi ZM401 itu sebetulnya tengah menjalani misi terbang safari dari Inggris, pantai timur Amerika Serikat melintasi Samudra Atlantik, pantai barat Amerika Serikat, Australia, New Zealand, Indonesia, Malaysia, Maladewa, Dubai, Siprus, dan kembali ke Inggris.
Penerbangan jarak jauh itu untuk menguji berbagai hal yang melekat pada Atlas selain untuk mempromosikan kebolehan dan kinerja berbagai sistemnya.
Beberapa petinggi Airbus memberi sedikit penjelasan kepada wartawan, di antaranya Kepala Airbus Asia-Pasifik, Pierre Jaffre, dan Manajer Pemasaran Airbus A400M Atlas, Raul Tena.
Kami menerbangkan A400M ini dalam berbagai kondisi dan semuanya bisa dilakukan secara baik sejauh ini. Menerbangkan A400M sangat mudah karena sistem-sistemnya sangat membantu, kata Komandan Skuadron 70 Angkatan Udara Kerajaan Inggris, Wing Commander (setara letnan kolonel) Simon Boyle, di mana ZM401 itu tergabung.
Menurut dia, untuk menerbangkan dan mengoperasikan A400M Atlas, hanya memerlukan tiga personel pengawak saja, yaitu pilot-in-command dan ko-pilot, serta seorang juru muat alias load master. Namun dalam penerbangan keliling dunia kali ini, terdapat belasan orang yang turut, termasuk beberapa orang ahli sistem dari Airbus Defence, yang berkantor pusat di Toulouse.
Saat melihat dari dekat tiba, empat mesin Europrop TP400-D6 dengan baling-baling berbentuk sabit berbilah delapan bertengger gagah di semua pilonnya. Kelir abu-abu gelap dengan logo Angkatan Udara Kerajaan Inggris yang ada di pintu masuk dan bagian belakang fuselage serta di stabilizer vertikalnya memberi penanda jelas akan statusnya sebagai pesawat transport berat militer.
Begitupun boom dan nozzle permanen yang ada di atas kaca utama kokpitnya, yang berguna untuk penerbangan jarak jauh sebagai saluran pengisian ulang bahan bakar dari pesawat udara tanker.
Begitu menginjakkan kaki ke dalam kabin pesawat terbang yang pernah dipergunakan dalam film Mission Impossible dengan Tom Cruise sebagai bintang utama, kesan sangat bersih dan rapi tidak bisa dielakkan. Impresi bahwa pesawat transport militer sarat dengan alat-alat dan jauh dari rapi, seketika sirna.
Pada aspek ini, A400M Atlas memang menunjukkan kelasnya, terlepas dari rangkaian pengujian dan pengembangan yang masih terus dilakukan hingga beberapa saat lagi.
Squadron Leader (setara mayor) Rich McPhaeden, salah satu pilot yang ikut dalam penerbangan safari A400M Atlas nomor registrasi ZM401 itu mendampingi jurnalis untuk mengenal lebih dekat pesawat transport berat militer yang hingga kini baru dibuat sebanyak 38 unit dan dipergunakan delapan angkatan udara itu.
Interior memang sangat lega, rapi, dan mudah untuk dikenali dan dikuasai juru muat. Banyak sekali tautan di lantai ruang kabin, dengan tujuan memudahkan bongkar-muat sesuai misi yang dikehendaki, katanya. Begitupun dengan kokpit yang diatur sangat memerhatikan ergonomika dan kemudahan operasionalisasi.
Airbus A400M Atlas sejak beberapa tahun lalu ditawarkan kepada TNI AU. Satu unit A400M Atlas pernah mendarat dan dipertunjukkan kepada pers pada 2012 di tempat yang sama, namun saat itu penawaran resmi belum dilayangkan. Secara pengembangan, A400M Atlas telah tertunda, di antaranya penerbangan perdana dari seharusnya 2008 menjadi Januari 2009.
Di Indonesia, sempat disebut-sebut keputusan membeli lima unit Airbus A400 M Atlas ini telah dibuat dengan nilai 2 miliar dolar Amerika Serikat. Hal ini dibantah Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Normantyo, kemudian.
Airbus Industrie (dengan CASA dari Spanyol sebagai salah satu cikal-bakal konsorsium) sejak 1976 memiliki hubungan erat dengan PT Dirgantara Indonesia; pun pasal 43 UU Nomor 16/2012 tentang Industri Pertahanan mensyaratkan ada alih teknologi, imbal beli, pemakaian komponen dalam negeri, dan lain-lain saban terjadi pembelian sistem kesenjataan dari luar negeri yang belum bisa dibuat di dalam negeri.
Menanggapi kabar bahwa keputusan Indonesia membeli lima A400M Atlas
ini telah dilakukan, Tena berujar singkat, Saya tidak bisa berkomentar
tentang ini. Tentu sepenuhnya keputusan ada pada Indonesia.