Magelang, Antara Jateng - Balai Konservasi Candi Borobudur (BCB) di Magelang, Jawa Tengah, Jumat menggelar simulasi siaga bencana Candi Borobudur dengan melibatkan sejumlah unsur terkait.
Kepala Balai Konservasi Candi Borobudur (BCB) Marsis Sutopo, mengatakan, simulasi ini melibatkan sekitar 200 orang dengan melibatkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, kepolisian, TNI, Puskesmas, dan masyarakat sekitar Candi Borobudur.
"Dalam simulasi ini juga melibatkan para pelajar dari sekolah-sekolah di sekitar Candi Borobudur sehingga mereka sejak dini mengenal bagaimana penanganan bencana sewaktu-waktu terjadi di sekitarnya," katanya.
Pada simulasi tersebut diumuman bahwa status Gunung Merapi yang berjarak sekitar 30 kilometer dari Candi Borobudur statusnya siaga dan Komandan Tim Tanggap Bencana Marsis Sutopo menginstrusikan pada staf BCB untuk mempersiapkan diri jika terjadi peningkatan status Gunung Merapi.
Beberapa waktu kemudian BCB mendapat kabar dari BPBD Kabupaten Magelang bahwa status Gunung Merapi meningkat menjadi awas dan abu vulkanik dan pasir hasil erupsi telah terbawa angin ke arah barat daya.
Pengumuman dari BPBD tersebut kemudian ditindaklanjuti oleh petugas keamanan Candi Borobudur dengan menyampaikan informasi kepada pengunjung agar segera turun dari candi karena abu vulkanik Merapi dalam waktu 15 menit diperkirakan sampai di kawasan Candi Borobudur.
Bebeberapa menit kemudian BPBD juga menginformaskan bahwa telah terjadi gempa tektonik beruntun sebanyak empat kali dengan kekuatan 6,4 SR yang tidak berpotensi tsunami.
Bersamaan hal tersebut sejumlah petugas BCB membawa penutup stupa ke atas candi yang kemudian memasangnya untuk menutupi sejumlah stupa agar abu vulanik tidak masuk ke dalam stupa.
Sejumlah petugas juga mengevakuasi beberapa pengunjung, yakni mereka yang menjadi korban reruntuhan batu candi akibat gempa.
Marsis menuturkan penanganan bencana harus lintas sektor dan tidak mungkin hanya dilakukan satu pihak. Oleh karena itu jika terjadi bencana di Candi Borobudur yang bertanggung jawab pertama tentu BCB, tetapi dia harus melibatkan unsur lain.
"Dengan simulasi seperti ini, kalau suatu saat terjadi bencana kita sudah terbiasa dengan koordinasi. Hal ini juga sebagai pelatihan bagi petugas inti BCB," katanya.
Ia mengatakan selama ini sudah disusun standar operasional prosedur penanganan bencana di Candi Borobudur, maka kegiatan ini sekaligus untuk menerapkan SOP dengan moodel simulasi seperti ini.