Wali Kota Semarang ingin generasi muda paham sejarah kotanya
Semarang (ANTARA) - Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu ingin agar generasi muda memahami sejarah kotanya melalui buku atau visualisasi video sebagai bahan belajar edukasi bagi anak-anak.
"Dengan pembuatan buku, atau dalam visual kita akan ketemu benang merah dengan sejarah masa lalu," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di sela ziarah Makam Ki Ageng Pandanaran di Semarang, Rabu.
Menurut dia, sejarah Kota Semarang juga tidak bisa dilepaskan dengan wilayah-wilayah sekitarnya sehingga perlu digali agar generasi muda paham dengan perkembangan kotanya.
"Mungkin dengan Kerajaan Mataram, atau Kerajaan Demak, jadi tidak ada yang putus. Mungkin juga bisa nyambung dengan wilayah atau kabupaten lain. Karena kemarin Pak Ngesti Bupati Semarang juga ziarah ke sini," katanya.
Ia menginginkan pembukuan atau visualisasi sejarah Kota Semarang melibatkan para ulama, sejarawan, budayawan, tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh lainnya yang memahami sejarah "Kota Lumpia" --sebutan Kota Semarang.
Untuk mengenalkan sejarah Kota Semarang kepada generasi penerus dan pelajar, Ita juga ingin melibatkan anak-anak agar ikut dalam prosesi ziarah yang kerap dilaksanakan Pemkot Semarang.
"Jangan hanya kita saja yang sudah rutin. Justru kita harus memberikan edukasi, sosialisasi kepada generasi muda. Minimal anak-anak tahu sejarah Kota Semarang," katanya.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Anasom menjelaskan bahwa sejarah Kota Semarang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Islam di nusantara.
"Karena itu, memang perlu tim yang melibatkan ahli sejarawan, ada kajian yang terkait dengan sejarah, antropologi dan arkeologi, di samping juga tokoh agama," katanya.
Dengan membuat buku, kata dia, bisa mengenalkan tokoh lokal Kota Semarang sejak dari pemerintahan di zaman kerajaan, zaman perubahan ke Indonesia merdeka, hingga saat ini.
"Dengan banyaknya tokoh kemudian bisa dibuat ensiklopedi tokoh Kota Semarang. Saya kira itu bisa jadi sumber atau media untuk pendidikan anak-anak di Kota Semarang," katanya.
Menurut dia, biografi ulama atau tokoh di Kota Semarang juga bisa membantu mengenalkan sejarah dan perkembangan Islam di "Kota Atlas" --sebutan lainnya Kota Semarang--, apalagi sebentar lagi Kota Semarang akan berulang tahun.
"Besok ini kan hari jadi Kota Semarang ke-477 tahun. Artinya, hampir lima abad Kota Semarang berdiri sudah banyak sekali tokoh maupun ulama yang sudah berjasa di Kota Semarang," kata dia.
"Setiap abad ada ulama, tokoh yang terus mengembangkan di Kota Semarang. Ini yang perlu kita kaji," tambahnya.
Beberapa tahun lalu, Anasom mengaku pernah berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang menggali situs dan tokoh penting di Kota Semarang.
"Ini memang kan bagus sekali kalau ditulis. Kalau ditulis sejarah bisa dibaca siswa di sekolah maupun madrasah," katanya.
Baca juga: Wali Kota Semarang minta OPD intensif pantau harga komoditas
"Dengan pembuatan buku, atau dalam visual kita akan ketemu benang merah dengan sejarah masa lalu," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, di sela ziarah Makam Ki Ageng Pandanaran di Semarang, Rabu.
Menurut dia, sejarah Kota Semarang juga tidak bisa dilepaskan dengan wilayah-wilayah sekitarnya sehingga perlu digali agar generasi muda paham dengan perkembangan kotanya.
"Mungkin dengan Kerajaan Mataram, atau Kerajaan Demak, jadi tidak ada yang putus. Mungkin juga bisa nyambung dengan wilayah atau kabupaten lain. Karena kemarin Pak Ngesti Bupati Semarang juga ziarah ke sini," katanya.
Ia menginginkan pembukuan atau visualisasi sejarah Kota Semarang melibatkan para ulama, sejarawan, budayawan, tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh lainnya yang memahami sejarah "Kota Lumpia" --sebutan Kota Semarang.
Untuk mengenalkan sejarah Kota Semarang kepada generasi penerus dan pelajar, Ita juga ingin melibatkan anak-anak agar ikut dalam prosesi ziarah yang kerap dilaksanakan Pemkot Semarang.
"Jangan hanya kita saja yang sudah rutin. Justru kita harus memberikan edukasi, sosialisasi kepada generasi muda. Minimal anak-anak tahu sejarah Kota Semarang," katanya.
Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Semarang KH Anasom menjelaskan bahwa sejarah Kota Semarang tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Islam di nusantara.
"Karena itu, memang perlu tim yang melibatkan ahli sejarawan, ada kajian yang terkait dengan sejarah, antropologi dan arkeologi, di samping juga tokoh agama," katanya.
Dengan membuat buku, kata dia, bisa mengenalkan tokoh lokal Kota Semarang sejak dari pemerintahan di zaman kerajaan, zaman perubahan ke Indonesia merdeka, hingga saat ini.
"Dengan banyaknya tokoh kemudian bisa dibuat ensiklopedi tokoh Kota Semarang. Saya kira itu bisa jadi sumber atau media untuk pendidikan anak-anak di Kota Semarang," katanya.
Menurut dia, biografi ulama atau tokoh di Kota Semarang juga bisa membantu mengenalkan sejarah dan perkembangan Islam di "Kota Atlas" --sebutan lainnya Kota Semarang--, apalagi sebentar lagi Kota Semarang akan berulang tahun.
"Besok ini kan hari jadi Kota Semarang ke-477 tahun. Artinya, hampir lima abad Kota Semarang berdiri sudah banyak sekali tokoh maupun ulama yang sudah berjasa di Kota Semarang," kata dia.
"Setiap abad ada ulama, tokoh yang terus mengembangkan di Kota Semarang. Ini yang perlu kita kaji," tambahnya.
Beberapa tahun lalu, Anasom mengaku pernah berkolaborasi dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang menggali situs dan tokoh penting di Kota Semarang.
"Ini memang kan bagus sekali kalau ditulis. Kalau ditulis sejarah bisa dibaca siswa di sekolah maupun madrasah," katanya.
Baca juga: Wali Kota Semarang minta OPD intensif pantau harga komoditas