Peternak lebah madu di Tuntang panen di musim kemarau
Kabupaten Semarang (ANTARA) - Para peternak lebah madu di Tuntang, Kabupaten Semarang, panen rezeki saat musim kemarau seiring banyaknya tanaman yang berbunga, khususnya pohon karet yang menjadi salah satu kesukaan lebah madu.
"Sekarang ini lagi musim bunga (pohon) karet. Biasanya, antara Agustus-September," kata Joko Sadono (35) peternak lebah, ditemui di peternakan lebah di Tuntang, Kabupaten Semarang, Selasa.
Joko tergabung dalam Kelompok Peternak Lebah Madu "Sumber Nektar" yang membudidayakan lebah jenis Apis mellifera yang menghisap nektar bunga kopi, karet, kapas randu, rambutan, dan kaliandra.
"Kalau untuk musim, Mei-Juni itu bunga randu, Juli-Agustus itu kopi tapi siklusnya cepet sekali, satu minggu. Juni-Juli musim kaliandra, sedangkan Agustus-September musim bunga karet," katanya.
Saat ini, ada 90 kotak budi daya lebah madu yang dimiliki ayah dua putri tersebut, dan masing-masing kotaknya berisikan delapan sisir rumah lebah untuk tempat madu dipanen.
"Saya panen setiap 10 hari sekali. Jadi, sebulan bisa 3-4 kali. Untuk ukuran standarnya, satu kotak (budi daya) bisa berisi dua kilogram madu. Tergantung musim, kebetulan ini lagi bagus musimnya," katanya.
Mengenai harga madu, kata dia, setiap kilogramnya sekitar Rp90.000-100.000 untuk sistem curah, tetapi Joko juga mengemasnya sendiri yang dijualnya seharga Rp100.000 untuk ukuran 500 mililiter.
"Pas COVID-19 sebenarnya musimnya bagus, tapi kan enggak bisa kemana-mana. Kerasa itu tahun 2021-2022 saat musim hujan, hampir enggak ada panas. Pohon tidak berbunga, lebah juga tidak produksi," katanya.
Sejak 2014 menekuni budi daya lebah madu, Joko mengaku sudah banyak merasakan suka dukanya, termasuk ketika pandemi COVID-19 yang membuat usahanya tersendat, padahal saat itu permintaan besar.
Untuk akses permodalan, peternak lebah madu yang juga tergabung dengan Persatuan Perlebahan Jawa Tengah (PPJT) itu mengaku terbantu dengan bantuan modal berbunga ringan dari PT Jamkrindo.
"Saya ambil pinjaman Rp50 juta untuk jangka dua tahun. Pertama ambil tahun 2020, sudah lunas. Lalu, saya ambil lagi, nanti jatuh temponya 2024," katanya.
Selain Joko, ada sembilan peternak lebah madu lainnya di Kelompok Peternak Lebah Madu "Sumber Nektar" yang juga sudah mengakses permodalan dari salah satu perusahaan pelat merah tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Jamkrindo Aribowo menyampaikan bantuan permodalan itu merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pemberdayaan masyarakat, termasuk peternak lebah madu.
"Ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk pemberdayaan pada masyarakat. Selain itu, ini merupakan kontribusi Jamkrindo terhadap salah satu pilar ekonomi Sustainable Development Goals (SDGs)," pungkasnya.
"Sekarang ini lagi musim bunga (pohon) karet. Biasanya, antara Agustus-September," kata Joko Sadono (35) peternak lebah, ditemui di peternakan lebah di Tuntang, Kabupaten Semarang, Selasa.
Joko tergabung dalam Kelompok Peternak Lebah Madu "Sumber Nektar" yang membudidayakan lebah jenis Apis mellifera yang menghisap nektar bunga kopi, karet, kapas randu, rambutan, dan kaliandra.
"Kalau untuk musim, Mei-Juni itu bunga randu, Juli-Agustus itu kopi tapi siklusnya cepet sekali, satu minggu. Juni-Juli musim kaliandra, sedangkan Agustus-September musim bunga karet," katanya.
Saat ini, ada 90 kotak budi daya lebah madu yang dimiliki ayah dua putri tersebut, dan masing-masing kotaknya berisikan delapan sisir rumah lebah untuk tempat madu dipanen.
"Saya panen setiap 10 hari sekali. Jadi, sebulan bisa 3-4 kali. Untuk ukuran standarnya, satu kotak (budi daya) bisa berisi dua kilogram madu. Tergantung musim, kebetulan ini lagi bagus musimnya," katanya.
Mengenai harga madu, kata dia, setiap kilogramnya sekitar Rp90.000-100.000 untuk sistem curah, tetapi Joko juga mengemasnya sendiri yang dijualnya seharga Rp100.000 untuk ukuran 500 mililiter.
"Pas COVID-19 sebenarnya musimnya bagus, tapi kan enggak bisa kemana-mana. Kerasa itu tahun 2021-2022 saat musim hujan, hampir enggak ada panas. Pohon tidak berbunga, lebah juga tidak produksi," katanya.
Sejak 2014 menekuni budi daya lebah madu, Joko mengaku sudah banyak merasakan suka dukanya, termasuk ketika pandemi COVID-19 yang membuat usahanya tersendat, padahal saat itu permintaan besar.
Untuk akses permodalan, peternak lebah madu yang juga tergabung dengan Persatuan Perlebahan Jawa Tengah (PPJT) itu mengaku terbantu dengan bantuan modal berbunga ringan dari PT Jamkrindo.
"Saya ambil pinjaman Rp50 juta untuk jangka dua tahun. Pertama ambil tahun 2020, sudah lunas. Lalu, saya ambil lagi, nanti jatuh temponya 2024," katanya.
Selain Joko, ada sembilan peternak lebah madu lainnya di Kelompok Peternak Lebah Madu "Sumber Nektar" yang juga sudah mengakses permodalan dari salah satu perusahaan pelat merah tersebut.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Jamkrindo Aribowo menyampaikan bantuan permodalan itu merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap pemberdayaan masyarakat, termasuk peternak lebah madu.
"Ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dalam bentuk pemberdayaan pada masyarakat. Selain itu, ini merupakan kontribusi Jamkrindo terhadap salah satu pilar ekonomi Sustainable Development Goals (SDGs)," pungkasnya.