Seratusan peternak sapi datangi KPP Boyolali setoran susu macet
Boyolali (ANTARA) - Seratusan petani dan peternak sapi mendatangi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Boyolali, Jawa Tengah, Senin, karena Unit Dagang (UD) Pramono yang menampung hasil produksi susu diduga diblokir, sehingga membuat setoran susu dari 1.300 peternak macet.
Gito (56), peternak sapi asal Dukuh Rejosari, Desa Gedangan Kecamatan Cepogo, Boyolali yang ikut mendatangi KPP Pratama Boyolali mengatakan pihaknya menggantungkan kebutuhan hariannya lewat penjualan susu sapinya. Dia sudah menyetorkan susu sapi di UD Pramono, sejak 10 tahun lalu hingga sekarang.
Menurut Gito, setiap hari dirinya telah menyetorkan hasil perah susu sapinya rata-rata 20 liter per hari dengan harga Rp7.250 per liter. Petani minat ikut Pak Pramono karena harga pakan sapi, kedua pinjam koperasi simpan pinjam itu, bunganya 0 persen, tidak berbunga.
Dia mengatakan kemudahan tersebut sangat membantu para petani. Apalagi, dia mengandalkan uang penjualan susu sapi untuk harian. Dalam satu minggu, dia menerima uang hingga Rp800 ribu. Sedangkan pakan sapi dan garam, dia tidak pusing karena mengambil dari UD.
Menurut dia, dirinya diberitahu pada Jumat (1/11), mau tutup, sehingga susu tidak diambil terus akan disetorkan ke mana. Ada rambu-rambu kalau mau tutup. Dirinya ke KPP mau tanya, sebenarnya bagaimana. Petani akan kerepotan dan sapi modalnya besar.
Hal senada juga diungkapkan peternak asal Kecamatan Jatinom, Klaten, Sriyono (37), yang menyetorkan susu sejak enam tahun terakhir. Dia memiliki empat ekor sapi perah yang menghasilkan susu rata-rata 55 liter per hari. Dia sendiri kaget saat petugas UD Pramono sudah berpamitan.
Menurut dia, dirinya dalam satu minggu bisa mendapatkan Rp450 ribu, masih ditambah pakan brand. Dia berharap kondisi ini, segera dapat diselesaikan. Peternak bisa menyetorkan kembali susu ke UD Pramono. Apalagi banyak peternak kecil yang bergantung pada UD itu.
Dia mengatakan kalau begini berat untuk dirinya. Dirinya selama ini, tergantung hasil harian dari susu sapi, dan di Pak Pramono harganya susu sapi paling tinggi. Kalau tutup, mau dikemanakan susunya. Dirinya mempunyai anak istri, merawat sapi juga mahal. Kalau macet total susu mau buat apa. Modal sapi juga mahal.
Pelaku UMKM susu dan ternak Boyolali Edwin Yudhianto mengaku ikut datang untuk audiensi dengan KPP Pratama. Mereka meminta UD Pramono tetap berjalan, namun, dengan syarat kewajiban pajak tetap dibayarkan. Apalagi usahanya membutuhkan pasokan susu dari UD itu.
Menurut dia, akan ada petugas yang datang ke tempat usaha. Jadi pajak 2018 setelah diperiksa itu, suplier dan mitra usaha yang baru masuk empat tahun terakhir angkanya cukup signifikan. Selain itu, ada kemungkinan nama Pramono dipakai orang lain. Sehingga, besaran pajak dari WB terhitung sangat memberatkan dan tidak logis.
Sedangkan, kata dia lagi, penampungan susu UD Pramono tetap berjalan. Di sisi lain, Pramono telah mengembalikan NPWP administrasi perpajakan ke KPP. Pengusaha susu itu pasrah dengan keadaan. Namun, mitra kerja UMKM dan petani peternak mengupayakan agar UD Pramono tetap eksis.
Baca juga: Peternak sapi perah di Boyolali dapat bantuan alat pendingin susu
Gito (56), peternak sapi asal Dukuh Rejosari, Desa Gedangan Kecamatan Cepogo, Boyolali yang ikut mendatangi KPP Pratama Boyolali mengatakan pihaknya menggantungkan kebutuhan hariannya lewat penjualan susu sapinya. Dia sudah menyetorkan susu sapi di UD Pramono, sejak 10 tahun lalu hingga sekarang.
Menurut Gito, setiap hari dirinya telah menyetorkan hasil perah susu sapinya rata-rata 20 liter per hari dengan harga Rp7.250 per liter. Petani minat ikut Pak Pramono karena harga pakan sapi, kedua pinjam koperasi simpan pinjam itu, bunganya 0 persen, tidak berbunga.
Dia mengatakan kemudahan tersebut sangat membantu para petani. Apalagi, dia mengandalkan uang penjualan susu sapi untuk harian. Dalam satu minggu, dia menerima uang hingga Rp800 ribu. Sedangkan pakan sapi dan garam, dia tidak pusing karena mengambil dari UD.
Menurut dia, dirinya diberitahu pada Jumat (1/11), mau tutup, sehingga susu tidak diambil terus akan disetorkan ke mana. Ada rambu-rambu kalau mau tutup. Dirinya ke KPP mau tanya, sebenarnya bagaimana. Petani akan kerepotan dan sapi modalnya besar.
Hal senada juga diungkapkan peternak asal Kecamatan Jatinom, Klaten, Sriyono (37), yang menyetorkan susu sejak enam tahun terakhir. Dia memiliki empat ekor sapi perah yang menghasilkan susu rata-rata 55 liter per hari. Dia sendiri kaget saat petugas UD Pramono sudah berpamitan.
Menurut dia, dirinya dalam satu minggu bisa mendapatkan Rp450 ribu, masih ditambah pakan brand. Dia berharap kondisi ini, segera dapat diselesaikan. Peternak bisa menyetorkan kembali susu ke UD Pramono. Apalagi banyak peternak kecil yang bergantung pada UD itu.
Dia mengatakan kalau begini berat untuk dirinya. Dirinya selama ini, tergantung hasil harian dari susu sapi, dan di Pak Pramono harganya susu sapi paling tinggi. Kalau tutup, mau dikemanakan susunya. Dirinya mempunyai anak istri, merawat sapi juga mahal. Kalau macet total susu mau buat apa. Modal sapi juga mahal.
Pelaku UMKM susu dan ternak Boyolali Edwin Yudhianto mengaku ikut datang untuk audiensi dengan KPP Pratama. Mereka meminta UD Pramono tetap berjalan, namun, dengan syarat kewajiban pajak tetap dibayarkan. Apalagi usahanya membutuhkan pasokan susu dari UD itu.
Menurut dia, akan ada petugas yang datang ke tempat usaha. Jadi pajak 2018 setelah diperiksa itu, suplier dan mitra usaha yang baru masuk empat tahun terakhir angkanya cukup signifikan. Selain itu, ada kemungkinan nama Pramono dipakai orang lain. Sehingga, besaran pajak dari WB terhitung sangat memberatkan dan tidak logis.
Sedangkan, kata dia lagi, penampungan susu UD Pramono tetap berjalan. Di sisi lain, Pramono telah mengembalikan NPWP administrasi perpajakan ke KPP. Pengusaha susu itu pasrah dengan keadaan. Namun, mitra kerja UMKM dan petani peternak mengupayakan agar UD Pramono tetap eksis.
Baca juga: Peternak sapi perah di Boyolali dapat bantuan alat pendingin susu