Semarang (ANTARA) - Wakil Presiden Ma'ruf Amin optimistis sebanyak 50.232 penyuluh agama yang tersebar di seluruh Indonesia memiliki peran strategis untuk ikut mendukung percepatan penurunan angka stunting yang saat ini secara nasional berada di angka 24,4 persen menuju target 14 persen pada 2024.
Hal itu disampaikan Ma'ruf Amin pada pengarahan kepada para penyuluh agama, da’i, dan da’iyah di seluruh Indonesia yang dikemas dalam Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da'i, dan Da'iyah untuk Mendukung Percepatan Penurunan Stunting yang berlangsung di Istana Wakil Presiden dan dilaksanakan secara luring dan daring, Kamis (6/10/2022).
"Keterlibatan penyuluh agama sangat diperlukan melalui khotbah, ceramah, dan taushiyah untuk mengajak masyarakat dalam mempercepat upaya penurunan stunting, seperti dengan mengajak masyarakat menerapkan pola hidup sehat dan bersih, menghimbau ibu-ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif selama enam bulan, menekankan pentingnya makan makanan yang bergizi, dan perlunya meminum tablet tambah darah, sehingga anak-anak balita tidak mengalami stunting,” imbuh Wapres.
Ma'ruf mengatakan hasil sebuah survei, lanjut Ma'ruf, Indonesia menempati peringkat ketujuh negara paling religius dan 87 persen beragama Islam, sehingga peran tokoh agama, penyuluh agama, da'i, dan da'iyah sangat strategis dimana peran para penyuluh agama memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengubah perilaku masyarakat karena peran dan kontribusinya sebagai sumber ilmu (manbaul ‘ulum), pendidik (murabbi), penggerak (muharrik), dan tauladan (uswatun hasanah) bagi masyarakat dan jamaahnya.
"Perannya (penyuluh agama, da'i, dan da'iyah, red.) sangat vital karena hadir langsung ke tengah masyarakat untuk menyampaikan kebaikan dan mencegah hal yang tidak baik termasuk stunting, karena stunting bisa tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga bisa menjadi sumber malapetaka jika tidak diatasi, karena berpengaruh pada pendidikan dan ekonomi," katanya.
Dalam kesempatan tersebut Ma'ruf menyebutkan lima hal penting dalam upaya mendorong percepatan penurunan stunting yakni: pertama, mengajak masyarakat untuk hidup sehat dan bersih; kedua, mengajak masyarakat untuk makan makanan yang bergizi, terutama bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan bayi di bawah dua tahun; ketiga, mengajak masyarakat melakukan pengasuhan keluarga yang baik kepada anak-anak.
Kemuidian keempat, mengimbau pentingnya pemberian ASI eksklusif selama enam bulan, makanan pendamping ASI setelah enam bulan, konsumsi tablet tambah darah (TTD) bagi remaja putri, calon pengantin, dan ibu hamil; dan kelima, mengedukasi kepada masyarakat bahwa perkawinan harus dilakukan oleh pasangan yang sudah berusia matang, baik secara fisik, psikologis, spiritual, maupun ekonomi.
"Saya optimistis, jika lima pesan ini disampaikan insya Allah kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap stunting semakin meningkat, sehingga kasus stunting di masyarakat bisa dicegah dan angka stunting bisa diturunkan secara signifikan," kata Wapres.
Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaskan stunting merupakan gagal tumbuh kembang anak karena kurangnya asupan gizi, kurang sehat karena penyakit berulang, dan pengasuhan yang tidak optimal di 1.000 hari pertama yang menyebabkan tinggi badan dan kecerdasan kurang optimal, serta tingginya potensi mengalami banyak infeksi di usia 40 tahun ke atas.
"Sudah menjadi cita-cita dan target bersama bahwa angka prevalensi stunting di tahun 2024 di bawah 14 persen. Masih ada siswa waktu 2,5 tahun menuju akhir 2024 dan ada banyak upaya dilakukan termasuk adanya kewajiban konseling dan periksaan kesehatan tiga bulan sebelum menikah (regulasi sebelumnya satu bulan dan sudah direvisi menjadi tiga bulan) bagi para calon pengantin. Kenapa tiga bulan, karena jika ditemukan kasus anemia, kurang asam folat, dan vitamin D maka bisa dilakukan perbaikan," kata Hasto.
Kawin usia muda, lanjut Hasto, juga bisa berdampak serius yakni tidak hanya mengakibatkan stunting tetapi juga bisa berakibat fatal penyebab kematian ibu dan anak karena lebar panggul yang belum siap. Oleh karena itu, menikah baiknya minimal berusia 20 tahun.
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dalam kesempatan tersebut mengatakan pelibatan peran penyuluh agama, da'i, dan da'iyah oleh pemerintah dalam program nasional percepatan penurunan stunting, isu ketahanan keluarga, dan kesehatan merupakan langkah yang tepat karena mereka dapat mempengaruhi pemahaman bagaimana masyarakat bersikap.
Di sela kegiatan, Yaqut juga melaunching aplikasi Penyuluh Agama Islam atau aplikasi e-Pa yang merupakan Aplikasi Penyuluh Agama Elektronik berbasis website yang menyajikan data hasil kerja bimbingan dan penyuluhan agama Islam yang dapat dipantau secara realtime, meliputi data laporan harian, pendataan keagamaan, dan laporan deteksi dini.
Halaqoh Nasional Pelibatan Penyuluh Agama, Da’i dan Da’iyah untuk mendukung Percepatan Penurunan Stunting tersebut dihadiri secara luring oleh 24 orang perwakilan Kelompok Kerja Penyuluh Agama (Pokjaluh) dan para Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama dari 12 provinsi prioritas percepatan penurunan stunting serta pimpinan perwakilan organisasi masyarakat Islam tingkat pusat. Selain itu, peserta daring diikuti oleh lebih dari 25 ribu orang penyuluh agama, da’i, da’iyah, penghulu KUA, Kantor Wilayah Kementerian Agama dan Kantor Wilayah BKKBN seluruh Indonesia, serta perwakilan dari kementerian/lembaga.