BKKBN: Rumah Pelita efektif turunkan kasus stunting
Semarang (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menilai keberadaan Rumah Penanganan Stunting Lintas Sektor bagi Baduta (Rumah Pelita) di Kota Semarang efektif menurunkan kasus stunting.
"Program penanganan stunting membutuhkan dukungan berbagai pihak, terutama rumah-rumah seperti ini yang dikelola pemda," kata Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) BKKBN Pusat dr. Reni Hasto Wardoyo, di Semarang, Rabu.
Hal tersebut disampaikan istri Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo itu saat mengunjungi Rumah Pelita di Manyaran, Semarang, yang merupakan program "day care" yang difasilitasi Pemerintah Kota Semarang.
Menurut dia, Rumah Pelita memang perlu dikelola pemda melalui APBD agar keberlangsungannya bisa terjaga dengan baik dan bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama ibu dan anak secara gratis.
"Program di Kota Semarang ini cukup signifikan. BKKBN mendorong DWP melalui kantor-kantor cabang untuk bisa mendukung pemerintah di daerahnya masing-masing (dalam upaya penurunan stunting)," katanya.
Diakuinya, tantangan dan permasalahan yang dihadapi masing-masing daerah tidak sama, termasuk terkait stunting, tetapi program yang dilakukan satu daerah setidaknya bisa memotivasi daerah yang lainnya.
"Stunting kan tidak hanya masalah nutrisi ya. Penyakit perlu diperhatikan, bagaimana mencegah penyakit juga penting, imunisasi dilengkapi. Kebersihan lingkungan, bebas dari asap rokok, dan sebagainya," katanya.
Asisten Administrasi Umum Setda Kota Semarang dr. Susi Herawati menyebutkan bahwa Pemkot Semarang sejauh ini berhasil menurunkan kasus stunting sampai 38 persen, salah satunya dengan peran Rumah Pelita.
"Penurunan stunting sampai 38 persen untuk wilayah Semarang. Kalau di Semarang Barat turun sampai 59 persen, dengan adanya 'day care' (Rumah Pelita) ini terbukti menurunkan angka stunting," katanya, mewakili Wali Kota Semarang.
Rumah Pelita, kata dia, tidak hanya fokus pada penanganan stunting dengan sasaran anak-anak baduta, tetapi juga intervensi bagi ibu hamil melalui edukasi dan pemeriksaan ke dokter spesialis.
Sementara itu, Pengasuh Rumah Pelita Manyaran Lana Muthia Thaher mengatakan saat ini ada 12 balita yang setiap harinya dititipkan di "day care" tersebut dan mendapatkan penanganan stunting.
"Kami berikan PMT (pemberian makanan tambahan). Fokus kami ke protein karena merupakan salah satu faktor yang bisa mempercepat pertambahan berat dan pertumbuhan tinggi badan," katanya.
Setiap hari, anak-anak tersebut mendapatkan dua kali makan, yakni pagi dan siang dengan kandungan dua protein dalam setiap porsi makan, dua kali minum susu, dan ditambah kudapan.
"Selain kami juga lakukan stimulasi, seperti ajak lompat-lompat dan memanjat. Alhamdulillah, balita yang sudah kami tangani ada 32 anak, dan 20 balita sudah lulus. Tinggal 12 balita," katanya.
Rumah Pelita Manyaran di Semarang Barat adalah "day care" yang pertama kali dibangun, dan saat ini sudah ada 10 Rumah Pelita yang tersebar di berbagai wilayah di Kota Semarang.
Baca juga: BKKBN : Keluarga berkualitas dibutuhkan untuk songsong Generasi Emas
"Program penanganan stunting membutuhkan dukungan berbagai pihak, terutama rumah-rumah seperti ini yang dikelola pemda," kata Penasehat Dharma Wanita Persatuan (DWP) BKKBN Pusat dr. Reni Hasto Wardoyo, di Semarang, Rabu.
Hal tersebut disampaikan istri Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo itu saat mengunjungi Rumah Pelita di Manyaran, Semarang, yang merupakan program "day care" yang difasilitasi Pemerintah Kota Semarang.
Menurut dia, Rumah Pelita memang perlu dikelola pemda melalui APBD agar keberlangsungannya bisa terjaga dengan baik dan bisa memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama ibu dan anak secara gratis.
"Program di Kota Semarang ini cukup signifikan. BKKBN mendorong DWP melalui kantor-kantor cabang untuk bisa mendukung pemerintah di daerahnya masing-masing (dalam upaya penurunan stunting)," katanya.
Diakuinya, tantangan dan permasalahan yang dihadapi masing-masing daerah tidak sama, termasuk terkait stunting, tetapi program yang dilakukan satu daerah setidaknya bisa memotivasi daerah yang lainnya.
"Stunting kan tidak hanya masalah nutrisi ya. Penyakit perlu diperhatikan, bagaimana mencegah penyakit juga penting, imunisasi dilengkapi. Kebersihan lingkungan, bebas dari asap rokok, dan sebagainya," katanya.
Asisten Administrasi Umum Setda Kota Semarang dr. Susi Herawati menyebutkan bahwa Pemkot Semarang sejauh ini berhasil menurunkan kasus stunting sampai 38 persen, salah satunya dengan peran Rumah Pelita.
"Penurunan stunting sampai 38 persen untuk wilayah Semarang. Kalau di Semarang Barat turun sampai 59 persen, dengan adanya 'day care' (Rumah Pelita) ini terbukti menurunkan angka stunting," katanya, mewakili Wali Kota Semarang.
Rumah Pelita, kata dia, tidak hanya fokus pada penanganan stunting dengan sasaran anak-anak baduta, tetapi juga intervensi bagi ibu hamil melalui edukasi dan pemeriksaan ke dokter spesialis.
Sementara itu, Pengasuh Rumah Pelita Manyaran Lana Muthia Thaher mengatakan saat ini ada 12 balita yang setiap harinya dititipkan di "day care" tersebut dan mendapatkan penanganan stunting.
"Kami berikan PMT (pemberian makanan tambahan). Fokus kami ke protein karena merupakan salah satu faktor yang bisa mempercepat pertambahan berat dan pertumbuhan tinggi badan," katanya.
Setiap hari, anak-anak tersebut mendapatkan dua kali makan, yakni pagi dan siang dengan kandungan dua protein dalam setiap porsi makan, dua kali minum susu, dan ditambah kudapan.
"Selain kami juga lakukan stimulasi, seperti ajak lompat-lompat dan memanjat. Alhamdulillah, balita yang sudah kami tangani ada 32 anak, dan 20 balita sudah lulus. Tinggal 12 balita," katanya.
Rumah Pelita Manyaran di Semarang Barat adalah "day care" yang pertama kali dibangun, dan saat ini sudah ada 10 Rumah Pelita yang tersebar di berbagai wilayah di Kota Semarang.
Baca juga: BKKBN : Keluarga berkualitas dibutuhkan untuk songsong Generasi Emas