Pemprov dorong masyarakat manfaatkan potensi obat berbahan alam
Penggunaannya harus mulai digalakkan untuk pemeliharaan stamina tubuh
Solo (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mendorong masyarakat memanfaatkan potensi obat berbahan alam sehingga bisa mengurangi konsumsi obat-obatan kimia.
"Sumber daya obat tradisional di Jawa Tengah luar biasa, namun saat ini kan masyarakat sedikit-sedikit ke puskesmas, rumah sakit setelah ada BPJS. Kurang peduli masalah kesehatan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno pada acara Pencanangan Jamu, OHT, Fitofarmaka, dan Sumber Pangan Lokal Dalam Rangka Bulan Pancasila di RSUD Bung Karno Solo, Kamis.
Ia mengatakan kondisi tersebut menjadi evaluasi bersama, apalagi selama ini program promosi kesehatan dengan memanfaatkan obat berbahan alam kurang dilakukan.
"(Penggunaan obat kimia) kurang meningkatkan daya tahan tubuh. Padahal potensi obat berbahan alam di sekitar kita sangat besar. Kenapa orang tua jaman dulu jarang ke rumah sakit, karena mereka cenderung memanfaatkan sumber pengobatan tradisional di sekitar rumah," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, pandemi COVID-19 mendatangkan hikmah bagi masyarakat, yakni orang-orang menjadi sadar akan keberadaan potensi obat herbal.
"Ini lebih aman daripada obat kimia," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi ingin Indonesia stop impor obat dan alkes
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan langkah pencanangan ini seharusnya bisa menjadi momentum kebangkitan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
"Penggunaannya harus mulai digalakkan untuk pemeliharaan stamina tubuh," katanya.
Ia mengatakan penggunaan fitofarmaka di fasilitas kesehatan juga masih perlu ditingkatkan.
"Makanya secara nasional kita tingkatkan penggunaan milik bangsa sendiri yang harus dikembangkan. Ini kan juga untuk kebangkitan ekonomi. Ini sesuai dengan imbauan dari pemerintah seperti gerakan minum jamu, obat herbal terstandar, dan fitomarka. Diharapkan juga fitofarmaka bisa masuk di fasilitas pelayanan kesehatan," katanya.
Ia mengatakan dengan dimasukkan di e-katalog pemerintah bisa mengkolaborasikan obat kimia dengan obat-obatan fitofarmaka.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa mengatakan Kota Solo didapuk menjadi kota percontohan menjadi wellness city dan wellness tourism.
"Penggunaan sumber bahan lokal mengukuhkan Solo sebagai The City Of Java Wellness. Ini juga menjadi tren wisata selama pandemi maupun pascapandemi. Kesehatan fisik, mental, spiritual dengan memanfaatkan obat berbahan alami meningkat seiring kebutuhan kesehatan. Harapannya potensi obat bahan alami Indonesia melimpah dan mewujudkan kemandirian farmasi melalui obat," katanya.
Baca juga: BPOM dorong perguruan tinggi mengembangkan obat herbal
Baca juga: Dokter: Jangan termakan klaim berlebihan obat herbal
"Sumber daya obat tradisional di Jawa Tengah luar biasa, namun saat ini kan masyarakat sedikit-sedikit ke puskesmas, rumah sakit setelah ada BPJS. Kurang peduli masalah kesehatan," kata Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Tengah Sumarno pada acara Pencanangan Jamu, OHT, Fitofarmaka, dan Sumber Pangan Lokal Dalam Rangka Bulan Pancasila di RSUD Bung Karno Solo, Kamis.
Ia mengatakan kondisi tersebut menjadi evaluasi bersama, apalagi selama ini program promosi kesehatan dengan memanfaatkan obat berbahan alam kurang dilakukan.
"(Penggunaan obat kimia) kurang meningkatkan daya tahan tubuh. Padahal potensi obat berbahan alam di sekitar kita sangat besar. Kenapa orang tua jaman dulu jarang ke rumah sakit, karena mereka cenderung memanfaatkan sumber pengobatan tradisional di sekitar rumah," katanya.
Meski demikian, dikatakannya, pandemi COVID-19 mendatangkan hikmah bagi masyarakat, yakni orang-orang menjadi sadar akan keberadaan potensi obat herbal.
"Ini lebih aman daripada obat kimia," katanya.
Baca juga: Presiden Jokowi ingin Indonesia stop impor obat dan alkes
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta Siti Wahyuningsih mengatakan langkah pencanangan ini seharusnya bisa menjadi momentum kebangkitan jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka.
"Penggunaannya harus mulai digalakkan untuk pemeliharaan stamina tubuh," katanya.
Ia mengatakan penggunaan fitofarmaka di fasilitas kesehatan juga masih perlu ditingkatkan.
"Makanya secara nasional kita tingkatkan penggunaan milik bangsa sendiri yang harus dikembangkan. Ini kan juga untuk kebangkitan ekonomi. Ini sesuai dengan imbauan dari pemerintah seperti gerakan minum jamu, obat herbal terstandar, dan fitomarka. Diharapkan juga fitofarmaka bisa masuk di fasilitas pelayanan kesehatan," katanya.
Ia mengatakan dengan dimasukkan di e-katalog pemerintah bisa mengkolaborasikan obat kimia dengan obat-obatan fitofarmaka.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa mengatakan Kota Solo didapuk menjadi kota percontohan menjadi wellness city dan wellness tourism.
"Penggunaan sumber bahan lokal mengukuhkan Solo sebagai The City Of Java Wellness. Ini juga menjadi tren wisata selama pandemi maupun pascapandemi. Kesehatan fisik, mental, spiritual dengan memanfaatkan obat berbahan alami meningkat seiring kebutuhan kesehatan. Harapannya potensi obat bahan alami Indonesia melimpah dan mewujudkan kemandirian farmasi melalui obat," katanya.
Baca juga: BPOM dorong perguruan tinggi mengembangkan obat herbal
Baca juga: Dokter: Jangan termakan klaim berlebihan obat herbal